Buat saya pribadi ada sesuatu tentang natal yang tak akan pernah berubah.Bebaslah, entah natal itu dirayakan dengan hangat atau meriah, sendirian atau beramai-ramai, yang jelas natal selalu menawarkan kedamaian.Hal itu lah yang selalu saya rasakan setiap bulan desember.Bagaimana dengan kamu? Iya kamu? Apakah natal tahun ini terasa biasa-biasa saja dan tak ada sesuatu yang istimewa? Kalau natal tahun ini terasa datar-datar saja di hatimu, bisa saya pastikan kamu sedang jomblo dan masih terikat roh-roh mantan yang tiap kali handphone mu berdering kamu langsung melompat kayak kucing kesiram air panas, menyambar handphone yang sedang di cas, dan berharap itu  chattingan  dari dia.Tapi naas, ternyata itu hanya  chattingan  dari group Whatsapp, dimana kamu terjebak di dalamnya dan merasa tidak enak kalau mau keluar dari group itu.
Entahlah, saya pribadi tak bermaksud sentimentil, tapi damai yang di tawarkan natal, bahkan sudah terasa sebelum hari H hingga natal yang di tentukan pada tanggal 25 Desember itu berlalu.Bukan bermaksud mengada-ada, atau meng-hyperbolakan suatu peristiwa, tapi memang begitulah kenyataanya.Natal seperti menawarkan rasa damai yang otomatis, damai yang tak perlu dicari-cari, usahakan atau dikerjakan.Bagi kita yang merayakanya tentu dapat menangkap nuansa yang terdapat di balik  peristiwa natal.
Ah bisa jadi saya cuman baper, begitu juga kamu.Bagaimana tidak, dibulan desember ini, kemanapun kita pergi, entah itu ke Mall, menonton televisi, dan ke gereja bukankah yang terdengar hanyalah lagu  Jingle  Bells, sebuah lagu natal sepanjang massa.Atau bisa jadi kedamaian yang kita, atau katakanlah saya rasakan hanya sekedar jebakan suasana; saat melihat pohon natal, pernak-pernik dan lampunya, hingga orang-orang yang memakai kostum Santa Claus, atau pemberitaan media tentang meriahnya kembang api di Eropa sana saat merayakan natal?Ah..siapa perduli sebab Tuhan bisa memakai apapun untuk menimbulkan damai di hati manusia.
Sayang waktu itu saya tak membawa pulpen dan kertas untuk mencatat, tapi sekalipun membawa saya pikir saya tak akan fokus mencatat karena memperhatikan si dia eh bercanda kok.Sehabis menyanyikan beberapa lagu pujian dan penyembahan kami pun berdoa untuk kemudian mempersiapkan hati untuk mendengarkan firman Tuhan yang di bagikan oleh bapak Stefanus Maleakhi.Saya tak ingat untuk menceritakan semua  isi firman Tuhan yang beliau bagikan, tapi beberapa hal yang saya ingat adalah, bagaimana dulu kehidupan beliau bisa dikatakan jauh dari kata baik.Beliau adalah seorang pengusaha, namun hidup jauh dari Tuhan, sehingga suatu hari beliau mengalami sesuatu yang bisa dikatakan menghancurkan kejayaan nya, dan peristiwa itulah yang menjadi titik balik kehidupanya hingga akhirnya  bertobat dan mau menerima Yesus sebagai juru selamat dalam kehidupanya.
Bapak Stefanus Maleakhi juga mengutip ayat alkitab tentang pohon ara (seingat saya sih).Ayat itu sendiri terdapat dalam Yohanes 15:2, "Setiap ranting  pada-Ku yang tidak berbuah  dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah  dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah."Secara tak langsung bapak Stefanus Maleakhi ingin menyampaikan bahwa entah kita dalam kondisi baik atau tidak, berdosa atau tidak, hingga tengah jauh dari Tuhan atau tidak, pekerjaan yang Tuhan lakukan dalam hidup kita tidak lain adalah untuk kebaikan hidup kita sendiri.
Hal itu sudah dialami langsung oleh bapak Stefanus Maleakhi dalam perjalanan hidupnya, soalani gogo kata orang batak, ya bukan karena kekuatan dan kemampuan kita jikalau saat ini kita bisa berada di tempat kita berada saat ini, semua karena pertolongan Tuhan dan campur tanganya.Melalui khotbah singkatnya yang tentu tak bisa dimaknai sesempit tulisan ini, saya merasa secara tak langsung bapak Stefanus Maleakhi juga ingin mengajarkan kepada kami sebuah gaya hidup yang bergantung kepada Tuhan, sebab bukankah Alkitab sendiri berkata,"Terkutuklah manusia yang mengandalkan kekuatanya sendiri?"
"Sedikit share," Ujar salah seorang yang saya panggil kakak melalui group Whatsapp kami dan memang selalu mau mengambil bagian terdepan dalam berbagai kegiatan rohani yang saya ikuti di tempat kerja.
"Acara natal kita kemarin mengajari saya banyak hal:"