2. Kalau Bikin Ribet Bukan Teknologi Namanya
Tak hanya diperhadapkan dengan manusia, sebagai anak baru kita juga akan diperhadapkan dengan yang namanya sistem komputerisasi. Ya ialah zaman modern gini perusahaan mana yang segala sesuatunya masih dikerjakan secara manual. Biasanya setiap perusahaan memiliki aplikasi dan sistem operasi nya sendiri. Tentu kita dituntut harus mempelajari hal tersebut.
Biasanya buat kita yang gaptek, bahkan tidak gaptek sekalipun akan langsung merasa pusing, mual, dan muntah-muntah --lalu hamil-- saat diperhadapkan dengan komputerisasi seperti ini. Ya kalau yang melatih kita itu tipe yang tak suka melebih-lebihkan sesuatu sih tidak masalah. Tapi masalahnya tak jarang ada orang yang suka berlebihan, ”Saya saja butuh waktu lima tahun untuk mempelajari hal ini.” Tentu hal ini bikin nyali kita menciut. Apa iya mempelajari sistem dalam sebuah perusahaan lebih ribet dari pada belajar Microsoft word, excel, dan power point?
Ingatlah prinsip ini, kalau sesuatu itu bikin ribet, bukan teknologi namanya. Ya iyalah kalau untuk mengoperasikanya saja ribet, teknologi macam apa itu. Teknologi itu diciptakan untuk mempermudah kita dalam beraktivitas dan mengerjakan sesuatu.Bukan sebaliknya..
Jadi kalau nanti teman-teman yang baru diterima bekerja dihadapkan pada layar komputer yang kita tidak tahu apaan itu, jangan langsung resign. Tenang saja, sengejelimet apapun penjelasan orang lain, sebenarnya cara kerja sistem di setiap perusahaan itu simple kalau dijelaskan dengan runut dan baik.
3.Cek Ekspresinya, Samakah Ke Semua Orang?
Setelah di point pertama sebagai anak baru kita dihadapkan pada pandangan, lalu yang kedua di hadapkan pada sistem, maka yang ketiga kita akan di hadapkan pada ekspresi. Sebagai anak baru, pasti kita ketemu orang baru yang sifatnya berjuta-juta rupa.Kalau yang ramah sih tidak masalah, oke-oke saja. Tapi pasti kita akan di hadapkan pada orang-orang yang juteknya nggak ketulungan.
Nah kalau di giniin sekali saja, tak jarang kita yang perasa langsung merasa tidak enak hati. Saya tidak punya motivasi untuk mengatasi hal ini, tapi saya punya satu metode perbandingan yang semoga dapat membantu cara kita dalam menyikapinya.Kalau kalian yang baru kerja di hadapkan pada orang-orang judes yang menjawab seadanya untuk sesuatu yang kalian tanya dengan ekspresi dingin tak bersahabat, coba lakukan ini.
Pertama, coba cek ekspresi dan bahasanya saat dia berbicara dengan kita, lalu coba perhatikan saat dia berbicara dengan orang lain.Kalau cara menjawab dan ekspresinya sama seperti saat berhadapan dengan kita, artinya itu memang sudah pembawaanya. Jadi abaikan saja. Ke karyawan lama saja dia judes kok, apalagi ke kita yang masih anak baru.Jadi tak usah di ambil hati.
Kedua, Masih sama, coba cek ekspresinya. Kalau ke kita judes, tapi ke orang lain ramah. Yasudah sabar dan tenang saja, itu berarti hanya masalah waktu. Begitu kita sudah lama bekerja disana, nanti dia juga tak akan judes. Berarti sebenarnya dia ramah kalau dia semakin mengenal kita. Tak usah diambil pusing sifat manusia memang aneh-aneh dan macam-macam.
Mungkin hanya ini yang bisa saya tuliskan, ini adalah hal-hal sederhana yang tak jarang bikin kita langsung resign dari pekerjaan. Padahal baru kerja dua hari. Semua hanya soal mengalami dan tetap bertahan. Agar kalaupun kita sebagai anak baru langsung memilih resign, pengunduran diri kita bukan karena ketakutan.Lagian kalau kita bertahan, siapa tahu itu adalah pekerjaan terbaik yang akan kita miliki kelak.