Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Banyak Pengalaman yang Malah Bikin Kamu Tidak Diterima Bekerja

31 Agustus 2016   13:22 Diperbarui: 15 April 2019   14:03 1701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buat saya pekerjaan yang paling nggak enak itu ya mencari kerja. Harus ngetik lamaran, beli amplop, ngurus surat kesehatan dari dokter, ah repotlah pokoknya. Sebagai seorang kuli tralala saya tahu banget rasanya kalo nyari kerja itu memang sebuah usaha yang membutuhkan banyak kesabaran. Itu sebab kalau tiba-tiba ada panggilan rasanya itu senang banget. Bisa lompat-lompat saking girangnya. Tentu teman-teman sudah banyak membaca tips-tips agar diterima saat melamar kerja. Oleh karena itu saya tidak akan berpanjang lebar lagi. Saya hanya ingin membagikan sedikit pengalaman melamar kerja, siapa tahu bisa menjadi masukan dan bermanfaat dikemudian hari. Lalu hal-hal apa sajakah yang harus di perhatikan saat melamar pekerjaan?

1. Bilang Saja Keluarga Nomor Satu Pekerjaan Nomor Kesekian

Hal ini saya dapatkan dari seorang teman yang melamar dan telah dipanggil oleh sebuah perusahaan mobil yang cukup beken. Setelah selesai tes dia pun melakukan wawancara. Saat wawancara, dia ditanya jika sedang bekerja tiba-tiba terjadi sesuatu pada keluarga dirumah, mana yang akan di dahulukanya? Sementara pekerjaan juga menumpuk. Teman saya itu menjawab akan mendahulukan pekerjaanya. Perlu diketahui ini hanyalah salah satu jenis pertanyaan yang dilontarkan yang mungkin tujuanya ingin mengetes kejujuran dan skala prioritas si pelamar kerja. Sayang sekali ketika itu dia tidak diterima bekerja disana.

Saya tak bisa bilang kalau dia tidak diterima karena jawaban-jawabanya. Tapi saat dia memberi tahu kalau ada ekspresi yang asing saat dia menjawab begitu di wajah si penanya, saya dan teman saya itu menaruh curiga. Kami membahas hal itu sepanjang hari, dan ini lah yang kami temukan; setahu saya memang, hasil wawancara cukup menentukan apakah seseorang akan diterima bekerja atau tidak. Itu sebab, jawaban teman saya itu terkesan ganjil. Karena pada kenyataanya hampir semua manusia pasti akan meninggalkan pekerjaan jika terjadi sesuatu pada keluarga.

Pelajaran dari kasus ini adalah, jujur saja, sekalipun hal itu seolah-olah membuat kita menempatkan pekerjaan yang kita lamar pada posisi yang kesekian. Dengan berkata apa adanya, justru pihak perusahaan menganggap kita orang yang jujur. Si penanya juga kan memiliki keluarga, jadi jangan takut. Perusahaan juga tidak akan sekejam itu, menyuruh kita tetap bekerja padahal sudah tahu keluarga kita tengah tertimpa musibah. Memang kita butuh banget pekerjaan itu, tapi percayalah memoles-moles perkataan hingga terdengar bahwa kita akan memberikan segalanya demi perusahaan yang kita lamar itu malah membuat perusahaan kurang simpati. Katakan saja bahwa kita siap bekerja keras, dan jangan berlebihan.

2. Jangan Bilang Kalau Aku Sedang Kuliah

Kalau saat ini kita sedang kuliah dan membutuhkan pekerjaan, sebaiknya jangan mengatakan kalau kita sedang kuliah. Tidak apa-apa sih, kalau kita memiliki relasi pada perusahaan yang kita lamar. Karena mungkin kita akan ditempatkan pada posisi yang tak mengganggu kuliah kita. Tapi kalau tidak? Sebaiknya jangan utarakan hal tersebut. Saya pernah mengalami hal ini.Ketika itu saya sedang walk intervew di sebuah toko kaset di Cihampelas Bandung. Hanya ada saya dan seorang pria, lalu kami ngbrol-ngobrol, dan ternyata dia sedang kuliah. Kuliah sore, kelas karyawan sama seperti saya. Dalam perbincangan itu dia bertanya pada saya, kira-kira karena saya kuliah dikasih jam kerja non shift nggak ya.

Dia bertanya begitu karena tahu kalau toko kaset itu jam kerja nya di shift. Tibalah saat nya wawancara untuk kami berdua. Wawancaranya nggak formal, kami duduk bertiga di sofa. Setelah selesai menanyakan beberapa hal, lalu si pelamar itu pun mengutarakan keinginanya untuk kerja non shift karena sedang kuliah. Si pewawancara menanyakan kuliahnya jam berapa dan hari apa saja. Setelah itu si pewawancara bilang akan diusahakan dan nanti akan dihubungi lagi. Tapi sayang dia tak diterima, karena sayalah yang diterima.

Karena memang lagi butuh banget pekerjaan, ya iseng-isenglah dari pada nggak makan, saya pun tak mengutarakan kalau saya sebenarnya sedang kuliah. Akhirnya saya diterima, karena saya tahu toko itu membutuhkan orang yang memang siap bekerja. Mereka tak peduli dengan masa depan kita, mau kuliah kek mau enggak bukan urusan. Mereka hanya butuh pekerja, mereka tak pernah berencena mencetak orang sukses. Lalu bagaimana dengan kuliah?

Ya itulah resikonya, harus ada yang dikorbanin. Tapi itu lah saran saya, kalau memang lagi butuh banget pekerjaan dan diperhadapkan dengan tuntutan kerja dengan jadwal yang di shift. Yasudah cari yang lain,  biar kuliah nggak keganggu, atau kalau butuh banget yasudah jangan kasih tahu rahasia terbesar kita; kalau saya sedang kuliah..

3. Banyak Pengalaman yang Malah Bikin Kita Ditendang

Nah kalau yang ini memang murni kesalahan saya. Jujur saya gampang bosan dan pindah-pindah kerja. Ada yang hanya dua minggu, seminggu, dan dua bulan, padahal masuknya susah haha. Tapi ya namanya juga jiwa nya masih liar, wkwkw. Jadi suatu hari saya interview di sebuah perusahaan keramik. Setelah lolos berbagai tes tibalah waktunya intervew. Semua berjalan lancar sampai dimenit akhir interview si pewawancara bertanya “kamu pernah kerja dimana saja?”

Lalu dengan polosnya saya menceritakan pengalaman kerja saya yang banyak dan hitungan hari itu kepada si penanya. Lalu dia melihat sertifikat kerja saya yang hanya ada dua, loh kan kerjanya banyak kok sertifikatnya dua? Dia bertanya. Kembali dengan polosnya saya menceritakan bahwa untuk pekerjaan saya yang saya sebutkan itu tidak memiliki sertifikat karena saya bekerjanya hanya sebentar-sebentar saja. Nah disinilah point pentingnya kenapa memiliki pengalaman kerja yang banyak juga bisa jadi bumerang buat kita.

Perusahaan akan melihat kita sebagai kutu loncat yang hobi pindah-pindah. Mereka nggak mau dong punya calon karyawan kayak begitu. Nanti sudah capek-capek ngetraining eh malah kabur. Jadi saran saya kalau kalian memiliki kasus yang sama seperti saya sebaiknya yang ditunjukan hanya pengalaman kerja yang memiliki sertiikat saja. 

Maksudnya pengalaman kerja yang kita jalani sudah cukup lama. Misalnya diperusahaan anu satu tahun, di perusahaan anu enam bulan. Kalau pengalam yang hanya selewat sebaiknya tak perlu diceritakan semua. Biar kita dipandang sebagai calon pekerja setia oleh si pewawancara.

4. Jangan Menyebar Lamaran Sebanyak-banyaknya

Karena sedang butuh kerja, tak jarang kita menggila. Bikin lamaran sebanyak-banyaknya lalu disebar ke saentro Negeri. Tidak salah sih, semakin banyak dicoba makin besar peluangnya. Tapi kalau bisa efektif kenapa pula harus melakukan cara-cara mubazir. Sepengalaman saya melamar ke banyak tempat juga akan sia-sia kalau perusahaan itu memang sedang tidak buka lowongan.

Ada beberapa cara menyebar lamaran yang lebih efektif, di antaranya seperti, beli koran di hari sabtu lalu cek perusahaan yang tengah membuka lowongan disana. Kalau dibandung koran favorit untuk mencari kerja itu Pikiran Rakyat, edisi sabtu. Atau bisa juga lihat di internet seperti Jobstreet Indonesia, disana kita akan menemukan banyak lowongan kerja yang sesuai dengan kemampuan dan domisili kita.

Peluang dipanggil nya juga lebih besar karena kita melamar pada perusahaan yang memang lagi membutuhkan. Sepengalaman saya memasukan lamaran ke banyak tempat tidaklah efektif. Yang ada malah buang-buang duit. Di koran atau internet kita bisa melihat perusahaan yang melakukan walk intervew, jadi nggak usah nunggu panggilan lagi. Datang langsung intervew saja, prosesnya juga lebih cepat.

5. Jangan Bingung Kalau Psikotes dan Jangan Malu Mengungkapkan Motivasi

Kasus ini paling banyak saya temukan saat sedang melamar pekerjaan. Ketika sedang psikotes ada saja orang yang mengisinya itu kayak lagi ujian Negara. Padahal soal pada psikotes itu tidak ada salah dan benarnya. Semua lembar pertanyaan itu hanya bertujuan untuk membaca karakter kita, jadi jangan bingung. Mengisinya nggak usah lama-lama. Isi saja sesuai kata hati kita.

Satu lagi, biasanya kita akan ditanya apa motivasi kita bekerja diperusahaan tersebut. Saran saya jangan malu untuk bilang karena butuh uang, ingin membantu keluarga dan jangan pernah bilang karena ingin cari pengalaman. Kalau kita jawab begitu, kesan nya kita hanya ingin menambah pengalaman saja. Tidak ada salahnya berada di bawah, atau merendahkan diri, kan yang penting kita diterima bekerja. Betul kan? Sekian.

---

Boleh setuju boleh tidak

Penikmat yang bukan pakar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun