Setahun yang lalu saya pernah membeli laptop dengan cara kredit melalui salah satu perusahaan pembiayaan.Setelah melihat barang yang akan di beli, melengkapi persyaratan, sebuah laptop bermerek ASUS pun hadir di rumah saya.Kebetulan ketika itu adik saya ingin sekali memiliki laptop untuk mendukung kegiatanya.
Saya pun akhir nya membeli Laptop itu dengan lima belas kali cicilan dengan nilai sekian ratus ribu rupiah perbulan.Dari cicilan pertama hingga cicilan ke dua belas semua pembayaran berjalan lancar, tapi karena ada kendala satu dua hal, maka pada cicilan ketiga belas saya  mulai telat membayar, bahkan sampai cicilan ke lima belas hahaha.
Karena saat itu kebetulan handphone saya hilang, maka pihak pembiayaan  pun tak dapat menghubungi saya.Sebulan telat saya biarkan, lalu di bulan ke empat belas saya tergoda untuk tidak membayar lagi (kalau kali ini sengaja), dan akhirnya sampailah pada jatuh tempo pembayaran terakhir saya  juga tidak membayar.
Sudah sekian lama telat , saya tidak dihubungi oleh perusahaan pembiayaan itu, biasanya seminggu sebelum jatuh tempo saja mereka sudah sibuk mengingatkan melalui telepon.Ya iyalah , bagaimana mereka mau menghubungi kalau mereka tidak punya nomor baru saya.Tapi saya yakin, bagian penagihan di perusahaan itu sudah ditekan oleh bos nya untuk segera menangkap dan segera menaikan status saya dari seorang konsumen menjadi buronan.
Tapi dua kosong untuk saya, tempat saya tinggal saat ini sudah tidak sesuai dengan alamat KTP, karena saya sudah pindah.Saya yakin bisa memiliki laptop tersebut tanpa harus melunasinya.
Namun ternyata saya tak tenang, saya merasa tidak memiliki laptop tersebut seutuhnya (ceilahh).Ternyata Tuhan sudah mendesain hati manusia itu dengan sangat murni dan suci.Sekalipun yakin aman dan bebas dari tagihan, tapi ikatan hutang tersebut selalu mengusik dan membuat saya tak tenang.Jika karena hutang itu saja saya bisa tak tenang dalam hidup, apakah hutang itu juga akan membuat saya  merasa tak  damai ketika saya mati nanti?Â
Akhirnya saat Tunjangan Hari Raya (THR) cair saya pun langsung melunasi cicilan tersebut.Awalnya saya ingin  menggunakan THR itu untuk membeli monitor baru ini dan itu.Tetapi akhirnya saya malah menelepon perusahaan tersebut dan berkata ingin membayar cicilan.
"Oh ini pak Boris ya," terdengar suara seorang pria sumeringah.Akhirnya sang buronan bertobat, begitu mungkin  arti kegiranganya itu.Saya pun mengutarakan keinginan saya untuk melunasi cicilan sekaligus agar lunas, dan mengajukan agar dendanya di hapuskan.Si penagih pun setuju asal dibayarkan hari itu juga.Sore harinya sayapun langsung membayarnya, Lunas!
PARADIGMA YANG SALAH MENGENAI HUTANG
Beberapa hari yang lalu seorang kerabat saya baru saja ribut dengan seorang yang dikenalnya.Jadi ceritanya begini.
Dulu pada saat kerabat saya masih hidup di masa paceklik, susah dan melarat dalam hal ekonomi.Saudara saya itu pernah meminjam kepada temanya yang kebetulan pekerjaanya meminjam-minjam kan uang kepada masyarakat dengan imbalan bunga sekian persen.Karena tak sanggup membayar maka televisi saudara saya itu pun di sita sebagai gantinya.Dulu, saudara saya itu mengira bahwa harga televisi itu sudah melunasi hutangnya, karena memang saudara saya dan sang peminjam tidak ada obrolan lebih lanjut apakah hutangnya sudah lunas atau masih kurang sekian rupiah.Jadi dalam kasus ini yang terjadi adalah "hitung manis."Artinya seperti hitungan kasar saja.
Tapi beberapa waktu lalu , setelah sepuluh  tahun lebih,  sang pemberi hutang mengungkit kembali masalah hutang piutang tersebut (sekarang saudara saya itu sudah memiliki ekonomi yang lebih baik), menceritakanya kesana kesini yang membuat saudara saya itu kesal dan malu.Tak dapat dihindari pertengkaran dan keributan pun terjadi.Sang pemberi hutang merasa saudara saya itu masih punya hutang sedangkan saudara saya merasa hutangnya sudah lunas.Yang lebih parah, sang pemberi hutang menghitung tiap bunganya dari sisa hutang dan meminta saudara saya itu membayar dengan harga satu buah rumah.
Saudara saya itu tak terima, tapi juga tak mau ribut berkepanjangan.Akhirnya saudara saya itu pun menghitung ulang harga televisi , hutangnya lalu membayar sisanya plus sedikit bunga.Pelunasan hutang  pundilakukan dengan nilai rupiah sekian juta, yang penting masalah beres.
Dari kasus saya dan saudara saya tersebut, dapat disimpulkan bahwa waktu tidaklah membuat sebuah hutang menjadi lunas, Berapa pun lamanya.Hutang tetaplah hutang.Mungkin inilah kesalahan yang sering kita lakukan, kalau kita punya hutang dan si pemberi pinjaman lupa menagih, kita menganggap  hutang kita sudah lunas.Padahal hanya karena si pemberi pinjaman lupa menagih bukan berarti hutang kita lunas!
Hanya ada dua cara untuk melunasi sebuah hutang.Pertama si pemberi hutang dengan rela hati menghapuskan hutang kita, kedua kita membayar hutang kita sampai lunas (dan mungkin syarat-syarat lain di dalam agama sehingga hutang itu di anggap lunas).Di luar itu kita tetaplah manusia yang terhutang sampai mati, sekalipun kita bersembunyi di pelosok terpencil di ujung dunia tak perduli berapa abad lamanya.
IDUL FITRI MOMENT PENGHAPUSAN HUTANG
Ternyata hutang piutang tak melulu bicara soal uang.Dalam hidup tak jarang kita membuat janji dengan seseorang tapi gagal menepatinya.Namun seiring berjalanya waktu, kita membiarkan janji itu berlalu begitu saja, lalu melupakanya.Seolah dengan bertindak begitu janji kita menjadi lunas.
Demikian pula tak jarang kita menyakiti hati seseorang namun dengan seiring waktu tak pernah mengucap sepatah kata maaf pun.Seolah dengan beriringnya waktu kesalahan kita itu akan lenyap begitu saja.
Padahal dalam konteks hutang piutang waktu dan jarak tak dapat melunasinya, satu-satu nya cara untuk melunasinya adalah dengan membayarnya.
Beberapa hari lagi kita akan (terutama teman-teman yang beragama islam) merayakan idul fitri.Konon ini adalah hari yang penuh berkah.Ada banyak silaturahmi yang terjalin, yang tadinya putus  di pererat kembali.
Setelah berpuasa sekian lama beberapa hari lagi kita akan merayakan hari kemenangan.Tentu bukan hanya menang dari hawa nafsu, haus dan lapar, dengan membayar segala sesuatu yang pernah kita pinjam atau janjikan, kita semua bahkan akan menang dan bebas atas segala hutang.
Selamat menyongsong hari kemenangan untuk para sahabat kompasiana yang merayakanya.Mohon maaf kalau ada salah hehehe
Boleh setuju boleh tidak
Penikmat yang bukan pakar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H