Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media Sosial Membuang Banyak Waktu? Hapus Saja Akun mu

30 April 2016   09:04 Diperbarui: 30 April 2016   09:25 1366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengutip pernyataan pendiri sekaligus  CEO Facebook Mark Zuckerberg, Saat ini, orang-orang di seluruh dunia rata-rata menghabiskan waktu 50 menit tiap hari untuk menggunakan Facebook, Instagram, dan Messenger.Zuckerberg menegaskan bahwa angka 50 menit itu belum termasuk waktu yang dihabiskan untuk mengakses layanan populer lain milik Facebook, yakni WhatsApp.Saya tambahkan belum lagi, waktu yang dihabiskan jika memiliki akun media sosial lain seperti Path,Twitter,Line,Blackberry Messenger, dan yang lainya.Itu artinya semakin banyak kita memiliki akun media sosial maka semakin banyak pula waktu dan energi yang kita habiskan untuk memelototinya.

Tapi memiliki banyak akun media sosial bukan berarti orang tersebut banyak membuang waktu.Menurut saya tergantung untuk keperluan apa media sosial itu digunakan.Contohnya saja untuk keperluan bisnis, sosialisasi, mempromosikan usaha, buku, atau berkomunikasi dengan berbagai teman dan sahabat.Tentu kalau ditangani dengan bijak maka media sosial dapat membantu kita untuk melakukan berbagai hal.Tapi kenyataanya lebih banyak orang menggunakan media sosial hanya untuk mengumpat, mencaci maki, menumpahkan masalah pribadi, yang tanpa disadari menyita banyak waktu yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk hal yang lebih berguna.

Mengutip pemberitaan Kompas.com,Menurut catatan Bureau of Labor Statistics, tahun 2014, warga Negeri Paman Sam (usia 25-54 tahun dan memiliki anak) rata-rata cuma menghabiskan waktu 43 menit setiap hari untuk melakukan kegiatan sosial seperti mengunjungi teman atau menghadiri acara. Mungkin hal ini bukan hanya terjadi di Amerika tapi juga di Indonesia.Saya sudah mempraktekan sendiri, lalu membandingkan.Bahwa ternyata setelah saya berkomitmen untuk tidak terlalu sering  membuka media sosial (bahkan menghapusnya) saya lebih cepat untuk menyelesaikan (membaca sampai habis) sebuah buku.Demikian pula ada lebih banyak berita yang dapat saya baca tanpa gangguan dari pemberitahuan dari media sosial.

Saya tertarik dengan sebuah berita yang baru saya baca akhir-akhir ini.Menurut Psikolog asal India, Dr. Ripen Sippy mengatakan bahwa Kecanduan mengakses media sosial dapat menyebabkan sebuah penyakit yang disebut FOMO, Fear of Missing Out berupa kecemasan sosial. Dorongan konstan untuk berhubungan dengan teman-teman dan kejadian melalui smartphone, telah membuat orang menderita gangguan jenis baru ini.  FOMO menciptakan ketakutan, perasaan aneh dan perasaan terisolasi saat berada ditengah keramaian. 

Sippy mengatakan, penderita gangguang FOMO biasanya tidak tahan jauh dari gadgetnya. Mereka cenderung merasa gelisah jika jauh dari media sosial dalam waktu yang lama. FOMO mengembangkan perasaan takut kehilangan update dan peristiwa penting, mereka terus akan sibuk dengan memeriksa ponsel.  Hal pertama yang dilakukan adalah untuk memeriksa apakah Ia telah melewatkan sesuatu yang penting di platform sosmednya.Ini adalah fenomena di mana orang merasa ditekan untuk berbagi segala sesuatu di media sosial untuk menunjukkan betapa menyenangkannya apa yang Ia miliki.

Psikolog juga menunjukkan bahwa sosialisasi langsung merupakan faktor untuk menghindari FOMO - meskipun media sosial membantu seseorang tetap berhubungan dengan orang lain.Biasanya para pecandu sosmed merupakan orang yang putus asa di dunia sosialnya. Orang mulai mencari cinta dan perhatian dari dunia maya ketika mereka tidak mendapatkan ini dalam kehidupan nyata. 

Sippy menambahkan, gangguan ini juga berdampak pada hubungan dengan keluarga, teman atau bahkan rekan kerja. "Penderita mulai mengacuhkan keluarga mereka dan cenderung sibuk mengirim pesan atau mengakses media sosial lewat aplikasi di ponsel" ujar sang dokter.

Penggunaan sosmed yang berlebihan mempengaruhi perilaku sosial individu. Orang bisa tumbuh menjadi seorang introvert dan menghindari bersosialisasi dengan orang lain. Sippy menambahkan penderita FOMO nantinya akan menemukan kesulitan untuk menghadapi situasi kehidupan nyata yang sering menyebabkan ketidakseimbangan dalam hubungan, Ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi dalam situasi kehidupan nyata dalam kurun waktu cepat.

Menurut psikolog, remaja cenderung lebih banyak mengalami gangguan ini. Tapi, jangan panik karena FOMO fobia dapat dikendalikan, yakni dengan memprioritaskan kehidupan pribadi dan sosial lingkungan sekitar. Cara terbaik untuk mengatasi fobia sosial media adalah belajar untuk membatasi penggunaan Sosmed. Harus tetap lebih terlibat dalam kegiatan fisik, membaca buku-buku fisik dan menghindari e-buku. Menghabiskan waktu tiga puluh sampai empat jam sehari di media sosial dianggap sehat tapi tidak jika lebih dari itu, penggunaan berlebihan dan melampaui batas harus dihindari karena dapat menyebabkan gangguan dalam hidup.(sumber klik disini) 

Bukankah kita juga terkadang merasakan hal seperti itu, bahasa gaulnya itu biar "kekinian."Sehingga kita sibuk mengecek pemberitahuan dari segala jenis media sosial yang kita miliki.Tak ada salahnya memiliki media sosial, hanya saja kalau kita belum bisa mengontrol diri alangkah lebih baiknya sekalian tidak memilikinya.Ini bukan hanya soal waktu yang kita habiskan, tapi juga soal kemampuan otak kita untuk berpikir,dorongan untuk bersosialisasi, serta bersikap lebih peka terhadap seseuatu disekitar kita.Oleh karena itu jikalau kita belum bisa mengendalikan diri untuk terlibat dalam hiruk pikuk media sosial, sebelum menjadi kecanduan, alangkah baiknya kalau kita menghapus akun media sosial yang kita miliki dan memfokuskan diri pada hal lain yang lebih berguna dan bermanfaat.

penikmat yang bukan pakar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun