Sudah beberapa hari ini seorang pria selalu mengantarkan koran Kompas ke rumah saya, tahu kenapa? Karena baru saja saya berlangganan koran Kompas. Sudah dari dulu saya ingin berlangganan koran tapi karena sudah keburu lengket dengan media online maka niat itupun saya urungkan.Â
Kalau begitu, lalu kenapa saya malah berlangganan koran disaat bisa mengkonsumsi berita dengan gratis di internet? Sebenarnya saya tak pernah berpikir akan berlangganan koran.
Jadi ceritanya kelas kami tengah mengadakan event di kampus, maka teman-teman yang lain sibuk mencari sponsor dari berbagai perusahaan. Ada yang menjual baju, kartu perdana, kerudung termasuk koran. Kalau saya tidak salah, kami harus mencari dua puluh enam orang yang mau berlangganan koran Kompas agar pihak Kompas mau menjadi sponsor atau media partner (saya agak lupa).
Jujur, ternyata menawarkan pada orang-orang agar mau berlangganan koran (terlepas dari Kompas atau bukan) itu agak sulit.Bahkan menawarkanya dikalangan mahasiswa pun sulit.Entahlah, mungkin semua masih ada hubunganya dengan media online yang lebih mudah diakses dari ponsel dan gratis lagi (cuman beli kuota internet saja).Â
Saya bukan pemerhati media, praktisi, apalagi pemain di ranah ini. Saya hanyalah penikmat yang bukan pakar saja hehe. Karena sampai tenggat waktu yang ditentukan kami belum menemukan dua puluh enam orang yang mau berlangganan, maka sebagai bentuk tanggung jawab saya dan beberapa teman yang lain pun ikut berlangganan Koran Kompas selama satu bulan.
Seperti biasa, salah satu masalah saya dengan koran adalah saya  tak akan bisa membaca  keseluruhan isi berita, oleh karena itu terkadang jadi terasa mubazir. Bukan salah korannya tapi salah saya karena memang tak semua topik menarik buat saya.
Jadi ya tak saya baca. Selain itu masalah yang terjadi dengan berlangganan koran bagi saya pribadi adalah soal waktu kedatangan koran tersebut di rumah.
Tak ada masalah sih, karena beberapa hari ini si mas pengantar koran selalu tiba sekitar jam delapan pagi untuk mengantar koran tersebut. Hanya saja menjadi masalah karena saya jam setengah tujuh sudah berangkat kerja, padahal enaknya sih baca koran itu kan di pagi hari.Â
Sekali lagi ini bukan salah korannya, tapi hanya masalah mobilitas tiap orang itu berbeda-beda. Jadi ya mau tak mau saya akan membaca koran tersebut di malam hari saat sudah sampai di rumah, kadang sudah capek dan ngantuk dan akhirnya beritanya tidak kebaca semua.
Memang bukan korannya yang salah, tapi manusia yang memang punya kesibukan masing-masing. Tapi justru hal itulah yang menjadi salah satu masalah koran saat ini.
BAGAIMANA CARA SAYA MEMBACA KORAN
Dalam media online kita sebagai pembaca bebas memilih berita yang ingin dibaca,misalnya hanya suka sepak bola maka tinggal pilih kanal sepak bola. Di kanal tersebut kita akan dipuaskan dengan berita seputar sepak bola baik dari liga inggris, spanyol, itali hingga isu transfer serta prediksi-prediksi yang akan terjadi di kemudian hari. Selain praktis beritanya juga lebih cepat update.Â
Tapi membaca koran juga menawarkan pengalaman berbeda.Contohnya saja penyajian yang lebih terangkum sehingga dalam satu kolom kita bisa memahami secara utuh suatu kasus.Beda dengan media online, yang terkadang hanya sepotong ucapan juga bisa dijadikan berita lalu untuk memenuhi halaman ditumpuk dengan pemberitaan sebelumnya.Â
Jadi ibarat kata, membaca sebuah judul berita media online terkadang hanya membaca setengah berita karena sisanya adalah berita yang sudah-sudah.
Saya sendiri terkadang membaca berita yang tayang di koran kemarin dihari ini. Habis bagaimana lagi semuanya masih berhubungan dengan waktu, kesibukan dan mood membaca.
Contoh berita-berita seputar kesuksesan bisnis seorang pemuda, ulasan-ulasan seputar buku, perkembangan sains, teknologi, dan berbagai hal menarik lainya. Sehingga selalu ada alasan bagi saya dan pembaca lain untuk selalu berlangganan koran.Â
Kenapa orang-orang masih membeli buku? tentu karena tak semua hal dapat didapatkan di internet. Untuk itu mungkin koran juga bisa menawarkan hal yang tak didapatkan oleh pembaca di media online.
Boleh setuju boleh tidak
Penikmat yang bukan pakar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H