Kenapa mereka bisa begini, kok mereka sudah mencapai itu ini sementara saya belum.
Perlu diketahui perasaan ini berbeda dengan iri hati. Ada batasan yang jelas di antara keduanya, kalau iri hati itu kita tidak suka dengan keberhasilan orang lain, tapi kalau 'terintimidasi' kita merasa gagal karena belum mencapai apa yang orang lain sudah gapai.Â
Saya tidak tahu apakah pemilihan kata intimidasi sudah tepat untuk mewakili perasaan semacam ini. Namun yang jelas saat melihat keberhasilan, katakanlah teman kita, maka akan muncul penghakiman yang kita lakukan terhadap diri sendiri.Â
Si A kok udah bisa jadi pembawa acara di TV sementara aku masih menganggur, kok si B bisa buka usaha sendiri sementara aku masih kerja dengan orang lain.
Dalam batasan tertentu, perasaan ini bisa dikatakan wajar, namun akan sangat salah jikalau direspon dengan tidak bijak, seperti:
- Menjadi minderÂ
- Menutup diri
- Pesimis terhadap diri
- Merasa masa depan suram
- Menjauhi teman
- Merasa sudah ditakdirkan jadi orang gagal
- Dll
Untung saja saya tak pernah larut terlalu lama dengan perasaan yang mengintimidasi tersebut. Lalu bagaimana cara saya lepas dari perasaan yang menuduh bahkan terkadang bersikap seperti hakim dan menjadikan saya sebagai seorang kecil dalam kungkungan tirani yang merusak gambaran diri tersebut?
Pertama, menyadari bahwa jalan hidup setiap orang itu berbeda. Ini adalah pintu masuk dan menyadarinya adalah kunci yang dapat membuat kita bisa melihat diri dalam realita yang benar.Â
Saya dan kamu tentu lahir dari keluarga yang berbeda, serta menghabiskan masa hidup dalam ruang yang berlainan. Setiap kita disokong oleh kemampuan finansial yang berbeda pula; ada yang mapan ada yang pas-pasan.Â
Ada yang harus bekerja setengah mati baru bisa membayar semesteran dan ada pula yang dengan menjentikan jari saja biaya kehidupan langsung masuk kedalam rekening dengan nominal yang edan-edanan.Â
Ini adalah pola pikir orang dewasa yang dipengaruhi dengan rasa optimisme yang tinggi. Tentu kita tak bisa menjadikan waktu keberhasilan orang lain menjadi waktu bagi keberhasilan kita .Lebih tepat jika kita menjadikanya sebagai motivasi. Awalnya mungkin terasa mengintimidasi tapi percayalah dengan sikap yang benar serta pikiran terbuka hal tersebut malah akan memacu kita untuk berhasil pula. Nah inilah pemikiran yang benar.
Kedua, jangan menjauhi teman yang sudah lebih dulu sukses.Tak ada alasan untuk menjauhinya, apalagi hanya karena malu. Justru bukankah jika teman kita sudah lebih dulu di atas maka dia dapat mengulurkan tanganya untuk mengangkat kita.Â