Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Film Her: Ketika Manusia Berhubungan Intim dengan Teknologi

15 Februari 2016   10:34 Diperbarui: 15 Februari 2016   15:11 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi

Kalau saya berkata bahwa Steve Jobs, Bill Gates,elon musk,Steve Wozniak adalah sosok-sosok yang sangat mencintai teknologi tentu kalian paham apa maksud kata 'mencintai' disini. Sekalipun cinta mereka pada teknologi bahkan tergolong maniak tapi tetap saja kita paham kemana arah kata 'mencintai teknologi' yang disematkan pada mereka. Tentu kita akan menangkap dan menterjemahkanya bukan secara harfiah. Betul mereka mencintai teknologi, tapi artinya sama seperti;Afgan mencintai musik, Messi mencintai sepak bola, Christiano Ronaldo mencintai mobil mewah, hingga pak ujang yang mencintai ikan ikan peliharaanya dikolam depan rumahnya. Cinta atau mencintai disini tidaklah dimaknai secara harfiah!

Lalu bagaimana jika ada manusia yang benar-benar jatuh cinta hingga mencintai sesuatu yang bukan manusia dalam arti sebenarnya (harfiah). Hal unik inilah yang tertuang dalam sebuah film berjudul her yang saya tonton kemarin sore. Awalnya saya ingin mencari film  The Intern tapi karena tidak ketemu akhirnya saya membeli film ini secara tidak sengaja. Saya tidak akan me-review film ini secara mendetail, film ini bukan tergolong baru hingga rasanya sudah 'basi' kalau saya me-review nya lagi. Kalau saya bilang begini maka kalian sudah dapat menangkap apa inti cerita dari film ini;Seorang pria yang harus bercerai dengan isterinya, lalu merasa sedih, kesepian, patah hati dan menjalani hari hari dengan kemurungan. Lalu membeli sebuah aplikasi (semacam AI;Artificial intelligence) yang di install pada komputernya lalu jatuh cinta pada aplikasi/Artificial intelligence yang dibelinya tersebut. 

Perlu diketahui Artificial intelligence adalah sebuah kecerdasan buatan yang tengah dikembangkan oleh perusahaan perusahaan teknologi saat ini. Tujuanya adalah menciptakan sebuah teknologi yang bisa berpikir sehingga dapat, yang saya perkirakan menjadi semacam asisten pribadi manusia (walaupun tujuanya lebih dari itu). Contoh AI ini misalnya seperti program buatan Tony Stark, Jarvis, dalam film Iron Man. Dimana program buatan Tony Stark itu mampu berpikir dan mengembangkan 'otak' nya sehingga mirip bahkan lebih pintar dari manusia. Untuk lebih lengkap mengetahui soal AI ini silahkan cari sendiri di mbah Google hehe.

 

MANUSIA DAN KETERIKATANNYA PADA TEKNOLOGI

Film ini sendiri diperankan oleh Joaquien Phoenix yang berperan sebagai Theodore Twombly. Theodore memiliki kepribadian yang suka menyendiri, hobi main game, dan asyik dengan dunianya sendiri. Saya ingin menggaris bawahi kata asyik dengan dunianya sendiri sebagai dampak awal keterikatan manusia pada teknologi (saya pernah merangkum sebuah buku tentang 5 Gejala Berbahaya Akibat Dampak Teknologi yang Perlu Anda Ketahui silahkan cek sendiri). Samantha nama OS (operating system) yang dibeli oleh Theodore lah yang tampaknya membuat film ini menjadi absurd futuristik (istilah saya sendiri) dan bukan tergolong fiksi ilmiah seperti beberapa pendapat orang-orang. Tapi terserah sih itu masalah istilah saja.

Theodore didepan komputer yang telah di install oleh OS cerdas yang menamai dirinya Samantha

Di dunia nyata hal seperti ini juga sedang dikembangkan. Contohnya saja Siri buatan Apple, Cortana Dari Microsoft, dan Google dengan Google Now nya.

Ilustrasi tampilan Cortana

Kembali pada film her, diceritakan Samantha bukan hanya cerdas namun bisa di ajak bicara seperti manusia, bahkan memiliki selera humor yang bagus sehingga dapat membuat Theodore tertawa terpingkal pingkal. Tak berhenti sampai disitu Samantha (yang suaranya diperankan oleh Scarlett Johansson) ternyata juga memiliki emosi. Hal inilah yang membuat cerita ini semakin kompleks dan rumit.

Dalam sebuah hubungan kita mengenal yang namanya LDR (LONG DISTANCE RELATIONSHIP). Artinya sebuah hubungan yang dilakukan dengan jarak jauh. Hal itu masih mending, sekalipun jauh tapi keberadaanya ada;tubuhnya ada, kupingnya ada, dan suatu saat bisa di ajak bertemu atau dia datang untuk menemui kita. Namun bagaimana dengan sosok Samantha;dia hanya sebuah OS yang terjebak dalam sebuah komputer namun malah jatuh cinta pada sosok Theodore.

menikmati perbincangan bersama Samantha melalui headset ditelinganya

Dalam sebuah hubungan memang jatuh cinta pada seseorang yang sosoknya tidak eksis itu dimungkinkan. Contohnya saja pasangan yang menjalin hubungan hanya melalui media sosial padahal mereka belum pernah bertemu. Namun hal itulah yang membuktikan bahwa cinta tak melulu soal fisik. Seseorang bisa jatuh cinta pada seseorang karena memiliki sudut pandang yang sama, pada sosok yang asyik di ajak ngobrol, lucu, cerdas, bijak, dan bisa diajak untuk membicarakan topik apapun dengan cara yang'kaya' sehingga tidak membosankan. Ini adalah ranah emosi, saat seseorang sudah klop pada bagian ini yang secara tidak langsung seseorang itu cocok untuk dijadikan teman tukar pikiran, maka cinta tinggal menyusul saja.

 

THEODORE CONTOH AKUT HUBUNGAN MANUSIA DENGAN TEKNOLOGI

Hal itulah yang terjadi pada Theodore. Saat itu isterinya begitu ngotot ingin menceraikanya, hanya Samantha lah yang bisa memahami nya dan turut berempati;bisa merasakan apapun yang tengah dialami dan dirasakan oleh Theodore. Akhirnya Theodore pun jatuh cinta pada sosok Samantha, demikian pun dengan Samantha yang juga jatuh cinta pada Theodore.

Saya setuju pada apa yang dikatakan penyanyi cantik Maudy Ayunda dalam lagunya yang berjudul Untuk Apa;Bahwa cinta itu tak bertumpu pada status. Theodore adalah seorang manusia sedangkan Samantha hanyalah sebuah teknologi secara status tak mungkin mereka bisa memiliki hubungan spesial. Karena secara kodrat pun mereka berada di alam yang berbeda.

Cukup miris mendengar keluhan Samantha, memiliki perasaan yang besar namun terjebak dalam sebuah komputer. Kesimpulanya ada pada rasa sakit dalam kalimat;Cinta tapi tidak bisa memiliki!eaa. Demikian pula bagi Theodore, sungguh ini sebuah hubungan yang rumit.

Lalu bagaimana kisah ini akan berakhir, nah tentu kalian bisa menontonya sendiri untuk lebih lengkapnya. Namun dari film ini kita bisa belajar sesuatu.Memang kehadiran teknologi seperti Samantha yang begitu emosional untuk saat ini belum akan terjadi, masih butuh waktu yang panjang.Namun kembali pada persoalan membangun emosi tadi, bahwa keterikatan manusia dengan sesuatu bukanlah soal status yang mereka sandang atau cap yang diberikan manusia itu sendiri.

Contohnya, ada seorang pria dan wanita. Mereka saling memberi perhatian lebih, padahal mereka telah memiliki pasangan, secara status tak ada komitmen yang disepakati namun secara aktivitas mereka telah membangun emosi pada masing masing pihak, mencoba membuat ketertarikan hingga keterikatan di antara mereka. Main hati begitulah istilah yang dilontarkan salah satu band asal Indonesia Andra and The BackBone.

Bukankah terkadang kita mengalami hal yang demikian dengan gadget,smartphone kita? Memang sih porsi nya belum seperti yang ada pada film tersebut;kita belum dan mungkin tak akan pernah terikat pada gadget dan smartphone kita sebagai pacar, namun secara kebiasaan?

Tiap bangun tidur, makan, sekolah, mandi, belajar bahkan saat bertemu dengan kekasih nyata kita di dunia yang real ini kita malah sibuk menyentuh gadget dan smartphone lalu tertawa-tawa cekikikan sedangkan orang disamping kita, kita abaikan.

Banyak hal pesan yang bisa di kupas dari film ini, namun saya rasa itulah yang paling penting:Jangan sampai teknologi menjadi kekasihmu..

 

Bandung, 15 feb 2016

penikmat yang bukan pakar 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun