Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Musik Dalam Kehidupan (8): Dunia Belum Berakhir

8 Februari 2016   07:28 Diperbarui: 8 Februari 2016   10:39 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berakhirnya dunia, atau katakanlah kiamat, selalu menjadi isu yang penting dalam kehidupan manusia. Bagaimana tidak?jika dunia ini berakhir maka kehidupan umat manusia mau tak mau yah lenyap juga. Kecuali kita mencoba kabur dan hidup di planet Mars seperti yang dilakukan Mark Watney dalam film The Martian. Berakhirnya dunia tampak nya adalah sebuah kisah yang teramat seru untuk beberapa kalangan, ingat Skynet dalam film Terminator yang menjadi penyebab akan terjadinya kiamat di masa depan? Nah itu adalah salah contoh film yang mengangkat isu seputar kiamat; kematian umat manusia.

Tentu tulisan ini hanya sekedar intermezzo saja, hanya celotehan anak muda yang kurang kerjaan haha! Kembali menyoal berakhirnya dunia, pada dasarnya hal itu hanyalah bentuk peristiwanya saja. Dalam lanskap yang lebih kecil, berbicara soal berakhirnya dunia, sebenarnya kita sedang membicarakan soal esensi duka dalam kehidupan. Apakah itu? Lose, Kehilangan. Yupss, saat dunia berakhir kita sebagai manusia telah kehilangan tempat kita di dunia, rumah, mobil, saudara, dan segala-galanya, walaupun di suatu tempat Tuhan telah menyiapkan tempat yang baru dan lebih baik dari itu semua.Namun pada dasarnya kita telah kehilangan sesuatu.

Dalam sudut pandang yang lebih personal, berakhirnya dunia ini pun tak melulu karena Kiamat, dalam hal fiktif tak melulu karena serangan Skynet, invansi Alien, atau karena serangan Zombie seperti di film World of War dan lain sebagainya dan lain sebagainya. Maksud saya ada saja mahluk mahluk Tuhan yang mengakhiri hidupnya dengan membunuh diri karena dia berpikir hidup tiada lagi gunanya, pada saat dia mengakhiri hidupnya sebenarnya pada saat itulah dunia berakhir baginya, pertanyaan selanjutnya adalah dimana dia akan berlabuh setelah meninggalkan dunia yang secara harafiah masih baik baik saja.Itulah pertanyaan pentingnya.

Seperti biasa, jujur saya bukan pengamat lagu, bukan pula pakar musik kayak om Dhani, pengetahuan saya soal yang gini ginian masih ceteklah pokoknya. Oleh karena itu saya selalu bilang, menulis bagi saya itu adalah sebuah hiburan dan saya selalu menilainya dari sudut pandang seorang penikmat. Karena saat saya menikmati disitulah saya melebur dan berkomentar tanpa menjadi seorang hakim. haha gaya lu tong!

Dalam sebuah kepingan CD bajakan, dulu saya sempat berkenalan dengan sebuah lagu yang teramat indah secara lirik namun memiliki makna yang amat menyakitkan. Seolah olah lagu itu adalah jawaban dari lagu ‘Please Release Me’ yang dinyanyikan oleh Engelbert Humperdinck saat dia berkata; please release me let me go, for i don’t love you anymore;mohon lepaskan aku biarkan aku pergi karena aku tidak mencintaimu lagi..lepaskan aku dan biarkan aku mencintai lagi, aku telah menemukan cinta yang baru sayang,dan aku selalu ingin dekat dia, bibirnya hangat sementara kau dingin... Cukup! Saya paham kenapa sih para wanita penggemar lagu Country tidak suka dengan lagu ini. Lihat saja liriknya oh itu sakit banget! hahaha jangan baper ya.

Lagu yang saya maksud adalah ‘End of the World’ yang dinyanyikan oleh Skeeter Davis. Saya belum pernah dengar ada ungkapan soal patah hati alih alih kehilangan ‘semiris’ini; Why does the sun go on shining? why does the sea rush to shore? kenapa matahari terus bersinar, kenapa lautan terus menghempas pantai tidakkah mereka tahu bahwa ini adalah akhir dari dunia, karena kau tak tidak mencintai aku lagi.Oh jlebb bangetlah pokoknya.

Kenapa burung burung terus bernyanyi? kenapa bintang bintang terus bersinar? apakah mereka tahu ini adalah akhir dari dunia, berakhir saat aku kehilangan cintamu.Biar saya lanjutkan, ini reff nya;  aku bangun di pagi hari, aku terkejut kenapa semuaya sama seperti semula, aku tidak mengerti aku tidak mengerti, bagaimana hidup berjalan seperti ini..

Lalu Skeeter David bilang lagi;kenapa jantungku terus berdetak? kenapa mataku menangis? tidakkah mereka tahu bahwa ini adalah akhir dunia, semua berakhir saat dirimu mengatakan selamat tinggal na na na na.... Saya nggak mau ketawa, seperti yang dibilang Shakespeare; Hanya orang yang tak memiliki luka yang menertawakan luka. Ohhhhhhh ternyata kehilangan pun adalah wujud lain dari luka. Dalem ya liriknya? hehe ini bukan ketawa tapi nyengir.

Sebagai manusia yang selalu berusaha membumi, saya percaya ada perasaan semacam itu;perasaan mencekam.berdarah darah, seolah olah tiada kesempatan lagi di depan kita. Dalam candaan teman saya (dalam konteks hubungan) dia bilang begini pada teman saya yang sedang galau;udahlah cewek masih banyak, tapi iya sih yang kayak dia cuman satu. jadi pada kalimat pertama dikuatkan eh pada kalimat selanjutnya dijatuhkan lagi haha. Tapi candaan teman saya tersebut menurut saya sangat relevan dengan kondisi psikis dan pikiran saat seseorang kehilangan sesuatu. Ada semacam Trap of thinking dalam pikiran orang orang yang sedang sedih;tapi yang kayak dia cuman satu! Inilah salah satu jebakan itu. Saya cuman mau bilang dunia belum berakhir untuk kita, waktu adalah obat dari segala sesuatu kata orang bijak, so tetaplah hidup. Jangan akhiri dunia mu!

Kembali pada Skeeter Davis, atau siapapun yang menciptakan lagu itu, saya tak tahu apa yang mereka alami saat menciptakan lagu ini, yang saya tahu lagu itu sangat indah! jadi saat kita tengah mengalami kehilangan cobalah untuk mengekspresikan kesedihan tersebut dalam bentuk yang indah; tulislah puisi, lagu, novel, cerpen, apapun itu. Jujur saya adalah orang yang sangat suka dengan cara Hulk marah, si mahluk hijau yang menjadi salah satu anggota The Avengers. Saat dia marah dia menghancurkan dan meluluhlantahkan segala sesuatu yang ada dihadapanya. Saat kita sedih karena kehilangan atau apapun itu, marahlah dan hancurkan kesedihan itu! pergilah nge-gym, buat badanmu indah haha.

Karena tulisan ini sekedar intermezzo entahlah apa kesimpulanya, seperti yang dikatakan Nick Vujicic; jika kamu merasa tidak di cintai lepaskan, jika mereka memilih seseorang yang lain dari pada kamu cari yang lain! Karena saya cuman bocah tengik ingusan dan bukan motivator kayak om Mario Teguh apa yang harus saya kata. Namun pesan saya, saat kita kehilangan sesuatu itu bukanlah gejala atau vonis bahwa dunia telah berakhir. Saya tidak sedang mengkritisi lagu tersebut, justru saya kagum akan pencipta lagu tersebut. Saya yakin saat lagu tersebut dinyanyikan oleh orang orang yang tengah kehilangan malah dapat membuat beban mereka lebih ringan, karena akan tersalurkan dengan keindahan lirik dan nadanya .Mendengar lagu itu kita hanya dapat berempati dan belajar begini loh sudut pandang orang yang sedang sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun