Sampai pada dua contoh kasus ini saya sudah yakin, betapa pentingnya sebuah dialog serta narasi dalam sebuah cerita.Hal ini pun tampaknya di amini oleh Winna Efendi, penulis yang telah menelurkan beberapa karya seperti AI, Remember When, Refrain ( sudah di filmkan dibintangi Afgan dan Maudy Ayunda) dan berbagai karya fiksi lainya ini menuliskan tentang pentingnya sebuah narasi yang variatif serta dialog dalam buku nya yang berjudul ‘Draf 1:Taktik Menulis Fiksi Pertamamu', seperti yang dia contohkan sebagai berikut:
Ilustrasi dimana seorang ibu sedang berusaha melindungi anaknya dari kedatangan seseorang yang menginginkan nyawa mereka,
"Dia datang."
"Cepat sembunyi, aku akan menghadangnya sampai kau berhasil keluar dari sini."
"Tidak, aku tidak akan meninggalkan ibu sendirian disini."
"Cepatlah nak, dia sudah datang kamu harus cepat pergi."
"Tidak aku akan tetap disini."
"ssh.Dia datang."( halaman 182)
Menurut Winna dialog tersebut sangat lemah, terlebih lagi di sajikan tanpa sebuah narasi, sehingga pembaca sulit membayangkan siapa yang sedang bicara dan apa yang sedang terjadi di tempat itu.Agar lebih baik dialog di atas dapat di modifikasi seperti berikut ini:
Aku dapat merasakan ia mendekat.Lantai kayu berderit seiring setiap langkahnya.Aku mencengkram lengan ibu sekuat tenaga.Aku takut, ibu.Aku takut.
"Cepat sembunyi," ibu berkata padaku, suaranya pelan namun tegas."Aku akan menghadangnya sampai kau berhasil keluar dari sini."