Â
Berdasarkan berbagai informasi yang dihimpun bahwa tanaman janggelan sebagai bahan dasar pembuatan cincau hitam berasal dari Cina, tanaman tersebut berada di Pacitan diduga pada mulanya dibawa oleh masyarakat keturunan Tionghoa yang berdomisili di Daerah Gading Jawa Tengah. Ketika Kartasura terjadi huruhara pemberontakan cina sekitar abad 17 atau tahun 1740-an. Setelah gagal melakukan pemberontakan maka warga keturunan Tionghoa banyak yang menyelamatkan diri dan pergi kedaerah pegunungan di Barat Laut Kabupatan Pacitan kususnya Wilayah Kecamatan Nawangan Kabupatan Pacitan.
Diperkirakan keberadaan tanaman janggelan di wlayah Nawangan bersamaan dengan kedatangan orang-orang Tionghoa di wilayah tersebut pasca pemberontakan yang terjadi di Kartasura. Tanaman janggelan pada mulanya dianggap tanaman liar yang tumbuh bersama rumput-rumputan lainnya dan dianggap sebagai tanaman pakan ternak oleh penduduk di wilayah tersebut. Oleh karena itu tanaman tersebut di potong dan dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak bersama-tanaman rumput-rumputan yang lain. Â Sekitar tahun 1985 seorang yang bernama Haris yang berdomisili Desa Jetis Kecamatan Bandar Kabupaten Pacitan memulai memanfaatkan tanaman janggelan tersebut sebagai bahan baku pangan berbentuk gel dan sekarang dinamakan sebagai gel janggelan hitam.
![Bersama pak Haris bincang-bincang asal usul janggelan](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/17/janggelan1-57637a60137f610a0ad01da8.jpg?t=o&v=770)
Bibit tanaman janggelan bisa berasal dari biji maupun dari stek batang. Bibit dari biji harus disemaikan terlebih dahulu sebelum ditanam. Waktu penyemaian benih adalah 10 – 15 hari. Sedangkan bibit yang dari stek batang bisa langsung ditanaman dari cabang tanaman induk.
Teknik budidaya yang berkaitan dengan teknik penggolahan tanah dilkukan oleh petani  di Wilayah Kabupaten Pacitan dikategorikan dalam 3 jenis budidaya :
1. Budidaya notilage.
Budidaya tanaman janggelan jenis ini dilakukan dengan tanpa penggolahan tanah sama sekali. Bibit tanaman janggelan dipotong setinggi 10-15 cm dari bagian pucuk  ( paling tidak ada 3 ruas ) kemudian ditancapkan dalam tanah dan biabiarkan tumbuh secara alami. Sebagaian petani menganggap teknik budidaya ini dapat mengasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik budidaya yang lain.
2. Budidaya minimum tillage
Budidaya dengan penggolahan tanah minimum dilkukan dengan menggemburkan tanah ala kadarnya kemudian bibit tanaman janggelan di tancapkan selanjutnya dibiarkan tumbuh dengan sendirinya. Setelah berumur 10 – 15 hari tanaman diberi pupuk kandang.Â
3. Budidaya intensif ( maximum tillage)
Budidaya intensif (maximum tillage) dibagi menjadi dua cara yaitu : (1). tanah digulut selanjunya bibit janggelan baik dari stek batang atau biji yang sudah desemaikan ditanam dalam guludan. (2). Tanah dibuat parit dan digemburkan selanjutnya bibit (stek) batang atau bibit hasil semai ditanam dalam parit.Â
Setelah tumbuh baru diberi pupuk kandang. Jarak tanam yang baik adalah 20 X 25 cm. Sebagaimana tanaman yang lain, tanaman janggelan membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannya.Tanaman janggelan mudah tumbuh tanpa harus dilakukan pemeliharaan secara intensif dan pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang dan tanpa pupuk kimia tanaman ini dapat tumbuh dengan baik, bahkan beberapa petani di kabupaten Pacitan menghindari pemnggunaan pupuk kimia.Â
Untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu dilakukan penyiangan terhadap tanaman pengggangu (gulma).  Menjelang berbunga (umur sekitar 3 bulan) tanaman ini sudah bisa dipanen dengan cara dipotong dan disisakan sekitar 3 – 5 cm tanaman dari permukaan tanah. Sisa tanaman tersebut akan tumbuh dengan membentuk  baru dan dipanen lagi dengan interval waktu sekitar 3 bulan.
Pemanenan tanaman janggelan dilakukan dengan cara dipotong/dibabat setelah berumur 3 bulan (menjelang berbunga). Batang dan daun hasil panen selajutnya dikeringkan dengan cara penjemuran selama 1 hari (kondisi matahari terik) selanjutnya hasil pengeringan ditumpuk supaya terjadi kering angina kira-kira membutuhkan waktu 2 hari. Setelah itu baru dijemur sampai kadar air ± 10 %. Dalam waktu 1 tahun tanaman janggelan dapat dipanen antara 3 – 4 kali tanpa haru melakukan olah tanah yang baru (SKT-UWG-2016).