Mohon tunggu...
Tohirin Hasan
Tohirin Hasan Mohon Tunggu... -

Pernah belajar mengeja kehidupan di Good Life Academy.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Langit Tanpa Tiang!

11 Oktober 2013   23:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:39 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit diciptakan tanpa tiang. Menghampar luas mengandaikan kebebasan. Tinggi tak terkira menyimpan jutaan pertanyaan. Indah mempesona menjanjikan ketakjuban. Berlapis tujuh menyajikan sistematika yang sempurna. Langitadalah ibarat bagi manusia untuk melintasi cakrawala. Ia adalah perintah bagi manusia untuk merumuskan cita setinggi-tingginya. Menentukan arah masa depan dengan penuh kebebasan. Memformulasi pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawaban. Memahat optimisme serta merawat semangat kemajuan. Menyiapkan seribu jalan dalam menghadapi segala kemungkinan.

Tidak hanya langit, Tuhan juga meletakkan gunung-gunung agar bumi tetap seimbang dan tidak goyang. Ini tamparan bagi manusia agar tidak hanya memiliki cita-cita setinggi langit. Setelah memiliki cita-cita manusia tidak boleh lupa di mana kakinya berpijak. Pijakan mesti kuat agar tidak goyah dalam mengawal cita-cita. Pijakan harus kokoh agar apa yang diinginkan tetap terbungkus rapih, tidak robek dan berceceran di tengah perjalanan.

Setelah pijakan kokoh, pelan tapi pasti kita melangkah dengan mantap ke depan. Membabat segala rintangan, menghalau aneka rupa godaan. Langkah merupakan aksi nyata mendekatkan asa dengan realita. Jembatan untuk memperpendek jarak antara keinginan dan kenyataan. Inilah kesempatan untuk membumikan cita-cita. Tanpa aksi, cita hanya menjadi cita yang tak pernah membumi.

Tuhan kemudian memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Perkembangbiakkan beragam jenis makhluk mengingatkan kita untuk tidak membabi-buta dalam menggapai cita-cita. Terdapat ekosistem yang mesti dijaga kelestariannya. Manusia mesti menjaga relasi dengan alam agar terjadi keselarasan. Ada tumbuhan, hewan, dan manusia. Kita mesti saling mengenal dan membantu satu sama lain dalam mewujudkan cita-cita kolektif manusia. Saling menyapa dan bergandeng tangan merajut masa depan.

Tuhan kemudian menurunkan air hujan dari langit, dan menumbuhkan segala macam tumbuhan yang baik. Ini lagi-lagi tayangan nyata untuk manusia, air hujan adalah cinta kasih agar menghasilkan buah kebaikan bersama. Cinta kasih merupakan pelumas bagi keharmonisan dan keberlanjutan kehidupan. Puncak dari segala cita manusia adalah kemaslahatan bersama.

Demikian Tuhan menciptakan alam sebagai kitab yang tak habis dikaji. Kini saatnya kita mulai meluruskan cita-cita kehidupan, menetapkan seribu langkah untuk menggapainya, menjaga alam sebagai sumber daya dalam mewujudkannya, serta mengedepankan cinta kasih antara sesama makhluk, hingga akhirnya kemaslahatan bersama dapat berdiri kokoh di muka bumi. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun