Mohon tunggu...
Akh. Toharudin
Akh. Toharudin Mohon Tunggu... -

Jember Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memilih Pemimpin dengan Mata Hati Bukan Mata Uang

25 Oktober 2015   10:35 Diperbarui: 25 Oktober 2015   10:35 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

By: Akh. Toharudin

Memilih pemimpin adalah kewajiban warga Negara Indonesia sebagai amanah dari Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang harus dilaksanakan secara umum, langsung, bebas, rahasia (luber), jujur dam adil (jurdil). Pemilu yang berkualitas dan demokratis dapat diwujudkan apabila dilaksanakan oleh semua pihak sesuai dengan asas dan undang-undang berlaku.

Momentum Pemilu serentak tahap pertama tahun 2015 sebagai pembuktian untuk menciptakan dan melahirkan pemimpin terpercaya, jujur, berdidikasi, cerdas, bermoral, bertanggung jawab, serta pemimpin yang berani tegas, teruji, dan mempuni untuk mewujudkan pembangunan dan pemerintahan yang betul mengayomi masyarakat selama satu periode.

Impian masyarakat untuk mendapatkan pemimpin yang bisa melayani dan mengayomi adalah impian yang sulit diwujudkan ketika melihat problem pemimpin Kepala Daerah banyak yang terjerat kasus korupsi. Bencana korupsi yang menimpa Bangsa Indonesia sudah akut, tidak bisa hanya diselesaikan oleh sekelintir orang dan lembaga penegak hukum. Peran serta masyarakat sangat penting untuk melakukan pencegahan sejak dini dengan terlibat langsung dalam proses pemilihan pemimpin mulai tingkat nasional hingga daerah.

Keterliban masyarakat sebagai penentu dalam menentukan pilihannya kepada semua calon pemimpin Kepala Daerah yang maju baik sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota pada tanggal 09 Desesmber 2015. Perlu dipertimbangkan dalam menentukan pilihannya berdasarkan mata hati. Pertimbangan yang berdasarkan mata hati akan membantu dalam proses pemilihan pemimpin yang betul-betul bisa mewujudkan sesuai dengan harapan masyarakat.

Berdasarkan UUD 1945 pasal 1 ; ayat (2) kedaulatan berada di tangan rakyat dilaksanakan menurut undang undang dasar” bentuk kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui pemilihan umum bentuk kontrol masyarakat dilaksanakan oleh dewan perwakilan rakyat bentuk partisipasi masyarakat dilaksanakan melalui organisasi kemasyarakatan dan bentuk partisipasi lainnya

Peran serta masyarakat bisa dibuktikan dengan mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) dimana anda terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk menggukan hak suaranya dalam menentukan pemimpin Kepala Daerah 5 tahun mendatang sesuai dengan hati nurani anda, bukan lagi berdasarkan kedekatan, keluarga, sembako, pemberian dengan bentuk apapun.

Banyaknya Kepala Daerah yang tersangkut kasus korupsi menjadi pelajaran penting bagi semua masyarakat dalam menentukan pilihan politik. Berdasarkan catatan statistik penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selama 11 tahun terdadapat 56 Kepala Daerah yangt terjerat kasus korupsi (website KPK RI).

Memilih seorang calon pemimpin bukanlah seperti memilih kontestan Indonesia Idol. Berdasarkan popularitas yang dikemas melalui media tertentu untuk mendapatkan dukungan sms sebanyak mungkin dengan menguntungkan kedua belah pihak, baik pemilik siaran maupun peserta terkait

Apakah pemimpin itu dilahirkan atau diciptakan?

Ketika Werren Bennis mewancarai para pemimpin besar, mereka semua sepakat para pemimpin itu diciptakan, tidak dilahirkan. Dan mereka lebih banyak diciptakan oleh mereka sendiri daripada oleh hal-hal diluar mereka. (Chenge Your Mindset).

Pemimpin pertama kali ketika menempati jabatan tertentu akan mengikuti beberapa bimbingan dan pelatihan, mereka terbuka terhadap barbagai gagasan, serta mereka berfikir panjang dan keres tetang bagaimana bisa melaksanakan tugas, termasuk merealisasikan janji-janji politik semasa kampanye.

Visi misi pasangan calon (paslon) adalah gambaran profil terkecil dari paslon untuk diciptakan selama satu periode. Terciptanya pemimpin tidak terlepas dari mindset pemimpin itu sendiri.

Menurut Carol S. Dweck, PH.D,. memilih calon pemimpin perlu memperhatikan mindset dari orang tersebu. Mindset dibagi menjadi 2 (dua);

Pertama, mindset tetap (fixed mindset): adalah mempercayai bahwa kualitas-kualitas anda sudah ditetapkan. Kepercayaan yang dimiliki oleh anda akan menciptakan kebutuhan untuk membuktikan diri anda terus menerus bisa mewujudkan kemampuan yang anda miliki.

Kepercayaan yang dimiliki oleh seseorang memiliki kekuatan yang bisa merubah psikologi (pikiran, kesadaran, perasaan, sikap dll). Dengan mindset tetap inilah seorang calon pemimpin akan lebih cendrung menganggap sebagian orang superior dan sebagian lain inferior. Mereka akan terus menerus menegaskan bahwa mereka itulah yang paling superior dan memilih suatu jabatan seabagai panggung untuk menunjukkan superioritasnya.

Seorang pemimpin dengan mindset tetap akan selalu menjaga wibawanya melebihi capaian dari hasil yang diinginkan, dan menyampingkan proses kaderisasi selanjutknya pasca dia selesai menjabat.

Kedua, Mindset berkembang (Growth mindset): ini didasarkan pada kepercayaan bahwa kualitas-kualitas dasar anda adalah hal-hal yang dapat anda olah melalui upaya-upaya tertentu. Meskipun manusia mungkin berbeda dalam segala hal, dalam bakat dan kemampuan awal, minat, atau temperamen mereka. Setiap orang dapat merubah dan berkembang melalui perlakuan dan pengalaman.

Kepercayaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin dengan mindset berkembang akan selalu meyakini kemampuan yang dimiliki oleh dirinya dan bawahannya mampu memberikan yang terbaik untuk capaian dari sebuah tujuan yang akan dicapai.

Pemimpin dengan mindset berkembang tidak akan melewatkan setiap momentum untuk selalu memperbaiki dan menata kekurangan yang dimiliki selama ini, walaupun pemimpin tersebut dinilai oleh orang lain adalah pemimpin yang layak memimpin jabatan tersebut

Dalam Islam setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik dirinya. Rasulullah SAW sendiri menekankan pentingnya kepemimpinan Islam dalam Shahih  Bukhari. Setiap diri kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggunggjawaban atas kepemimpinannya. Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni : Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah (STAF):

  1. Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;
  2. Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;
  3. Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
  4. Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.

Selain itu, juga dikenal ciri pemimpin Islam dimana Nabi Saw pernah bersabda: “Pemimpin suatu kelompok adalah pelayan kelompok tersebut.” Oleh sebab itu, pemimpin hendaklah ia melayani dan bukan dilayani, serta menolong orang lain untuk maju.

Dalam metode kempemimpinan ada tiga hal yang perlu diperhatikan

Pertama, kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya untuk melakukan perubahan yang lebih besar dari segala lini dengan proses kreatifitas dan melalui integrasi maupun sinergi dari berbagai keahlian orang yang ada dalam organisasi.

Kedua, pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual agama dibandingkan dengan kesuksesan duniawi. Sehingga tindakan yang mengarah kepada KKN dapat dihindari. Dalam pekerja tidak menunggu diperhatikan orang lain yang mengharap dapat perhatian dan penghargaan.

Ketiga, pemimpin sejati senantiasa mau belajar terus menerus. Baik dari berbagai aspek pengatahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan lain sebagainya.

Seorang pemimpin juga harus istiqomah dalam menjalankan tugasnya sebagai rasa tanggung jawab terhadap jabatan yang diamanahkan kepada dirinya tanpa membeda-bedakan.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun