Jean Baudrillard menuliskan serentetan pertanyaan bernada mengejek, yang tentunya akan melukai perasaan beberapa manusia yang melupakan humor: “Bagaimana Anda bisa melakukan perjuangan kelas pada orang-orang yang semuanya belum pernah merasakan revolusi borjuis? Atau lagi; Bagaimana Anda bisa memperjuangkan aspirasi kaum feminis dan egalitarian dari perempuan-perempuan yang belum pernah mendengar hak-hak perempuan?”
Sekali lagi; seseorang harus membuat semacam kamus atau ensiklopedi perdebatan-perdebatan.
Baudrillard memang tidak bermaksud untuk melucu.
Pembicaraan lebih lanjut; liberalisasi ekonomi dan pasar bebas telah melahirkan sesuatu yang harus diwaspadai selain punahnya Harimau Sumatera, yakni ketidakadilan.
Saya sendiri selalu berpikir bahwa kesedihan dan kesengsaraan manusia tidaklah menjadi sesuatu yang lebih penting dari punahnya beberapa spesies yang mengagumkan, semisal tapir atau landak. Sebatang pensil yang manusia gunakan untuk sekadar menuliskan sepenggal ide tolol telah membuat jutaan hektar hutan merana.
Manusia adalah jenis predator dengan seperangkat pembenaran dan alibi.
Pasar bebas tak hanya menjelma sebagai benda-benda tak ber-biografi yang berserakan di kehidupan. Ia bukan sekadar permasalahan bagaimana kulkas-kulkas Jepang, mainan-mainan Cina dan berbagai hiburan Amerika bisa secara serentak mengisi kepala manusia di berbagai tempat di belahan bumi yang paling terpencil sekalipun. Namun lebih dari itu, ia justru mengarahkan orang untuk berpikir dan menilai dengan parameter tunggal.
Seoran teman mengatakan: “Ini adalah ketika semua orang berpikir bahwa satu-satunya fungsi seterika adalah untuk menghaluskan baju, dan oleh karenanya telah menutup kemungkinan bahwa ia bisa berfungsi lain, sebagai pengganjal pintu misalnya.”
Baiklah.
–
toha adog
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H