Karena sambil meneriakkan kampanye di atas, Negara ini tengah kawin dengan korporasi-korporasi raksasa, menyelewengkan dana publik, dan merampas kepemilikan bersama.
Karena sambil meneriakkan kampanye di atas, pupuk hilang dari pasaran dan harga kentang dan bawang dan buah-buahan dirubuhkan.
Karena sambil meneriakkan kampanye di atas, gurita korporasi membengkak. Monopoli terjadi dari hulu ke hilir.
Jadi kampanye untuk memakai dan membeli produk dalam negeri, bagi saya, tak lebih hanyalah sebuah upaya mendongkrak ketaatan kita pada produk-produk milik Si kaya, yang itu-itu saja, yang telah mencengkeramkan kukunya dalam-dalam dan menguasai seluruh jaringan dagang dan ruang-ruang publik.
Bagi saya, entah itu lokal atau global, kerakusan harus dihindari.
Tai tetaplah tai.
Nasional atau Internasional, orang brengsek tetap saja brengsek.
Terigu lokal atau bukan, kalau sama-sama berasal dari pabrik brengsek nan rakus yang kejam dan penuh manipulasi dan membuang limbah sembarangan, tetap aja berasa tai anjing.
Bagi saya, gerakan kemandirian yang sejati adalah apabila kita memihak pada produk-produk usaha kecil milik komunitas-komunitas lokal yang demokratis, dan yang tak gigantik, dan ramah lingkungan, dan melibatkan perempuan secara setara, dan berkelanjutan, dan egaliter, dan kolektif, dan tak memakai formalin, dan mempunyai suasana kerja yang menyenangkan, dan tak membunuh anjing sesukanya, dan tak menelantarkan orang jompo atau anak-anak, dan tak suka bergunjing, dan menolak rentenir, dan gemar berolah raga, dan bekerja sambil bersenang-senang dan bernyanyi, dan semacamnya dan semacamnya.
--
toha adog
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H