Terakhir, argumentasi bahwa kemiskinan menjadi penggerak utama pertumbuhan penduduk juga perlu dilihat secara kritis. Tidak semua keluarga miskin memutuskan untuk memiliki banyak anak sebagai strategi ekonomi. Dalam beberapa kasus, keluarga justru menunda memiliki anak atau membatasi jumlah anak karena tekanan ekonomi yang begitu besar.Â
Ini menunjukkan bahwa hubungan antara kemiskinan dan pertumbuhan penduduk tidak selalu sederhana, dan banyak faktor lain yang turut berperan, termasuk norma budaya, akses terhadap pendidikan, serta kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan sosial.
Kemiskinan di Indonesia memiliki dampak yang kompleks terhadap pertumbuhan penduduk. Di satu sisi, tekanan ekonomi yang dialami oleh keluarga miskin dapat membatasi jumlah anak, khususnya di wilayah perkotaan dengan biaya hidup yang tinggi.Â
Namun di sisi lain, di banyak daerah pedesaan dan terpencil, kemiskinan justru berperan sebagai pendorong pertumbuhan penduduk, di mana anak-anak sering dianggap sebagai aset ekonomi dan jaminan sosial bagi keluarga.
Kedua pandangan ini menunjukkan bahwa hubungan antara kemiskinan dan pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pendidikan, akses terhadap layanan kesehatan, dan norma budaya setempat. Oleh karena itu, tidak ada jawaban tunggal apakah kemiskinan lebih cenderung bertindak sebagai rem atau penggerak pertumbuhan penduduk.
Yang jelas, kebijakan pemerintah yang lebih holistik diperlukan untuk mengatasi tantangan ini. Peningkatan akses pendidikan, layanan kesehatan, serta kesadaran tentang keluarga berencana harus menjadi prioritas. Sehingga, Indonesia bisa mengurangi angka kemiskinan dan pada saat yang sama mengelola pertumbuhan penduduk secara lebih bijak.
Pada akhirnya, pertanyaan apakah kemiskinan menjadi rem atau penggerak pertumbuhan penduduk di Indonesia tidak bisa dijawab dengan sederhana. Setiap keluarga menghadapi realitas yang berbeda, dipengaruhi oleh akses pendidikan, kesehatan, dan tekanan sosial ekonomi yang mereka hadapi. Namun, yang pasti adalah bahwa anak-anak yang lahir dalam kemiskinan berhak atas masa depan yang lebih baik.
Indonesia tidak bisa terus menerus membiarkan kemiskinan menjadi faktor penentu pertumbuhan penduduk. Jika kita ingin melihat perubahan nyata, langkah-langkah strategis harus diambil sekarang. Bukan hanya untuk menekan angka kelahiran, tetapi juga untuk memastikan bahwa setiap anak yang lahir, terlepas dari latar belakang ekonominya, memiliki kesempatan untuk tumbuh dengan martabat dan potensi penuh.
Kita harus bertanya kepada diri sendiri: apakah kita akan terus membiarkan siklus ini berlanjut, atau sudah saatnya kita melakukan intervensi yang lebih tegas dan bijak?
References:
Badan Pusat Statistik. (2024a). Persentase Kemiskinan. Https://Www.Bps.Go.Id/Id/Pressrelease/2024/07/01/2370/Persentase-Penduduk-Miskin-Maret-2024-Turun-Menjadi-9-03-Persen-.Html.