Bagi seorang yang punya "persoalan" kardiovaskular seperti saya, mengkonsumsi obat selama seumur hidup sudah merupakan kenyataan yang harus dijalani.Â
Awalnya ketika dokter memvonnis bahwa saya harus mengkonsumsi beberapa obat selama hayat dikandung badan, saya sempat shock alias kaget bukan kepalang. Bagaimana tidak kaget, hampir selama 54 tahun sebelumnya saya sangat minim mengkonsumsi obat, dan saya selalu berusaha menghindar untuk menelan obat. Itu karena saya nyaris tidak pernah sakit.Â
Kalaupun pernah, ya hanya sebatas flu atau sakit kepala. Walaupun sakit kepala terasa sangat menyiksa, saya hanya minum air banyak-banyak, makan kenyang, lalu tidur. Hampir tidak pernah mau minum obat flu atau obat sakit kepala dan yang sejenisnya.Â
Itulah sebabnya ketika dokter mengatakan bahwa untuk menghindari persoalan kardiovaskular tidak menjadi lebih parah, saya harus rutin minum obat selama seumur hidup, saya terkejut amat sangat.Â
Saya sempat menawar apakah dengan menjaga masukan makanan dan istirahat tidak cukup untuk mencegah persoalan kardiovaskular, dokter mengatakan itu tidak cukup, konsumsi obat dengan teratur juga harus dilakukan. Persoalan kardiovaskular saya sebenarnya hanya dipicu oleh satu faktor, yaitu KOLESTEROL.Â
Zat yang satu ini sudah merusak pembuluh darah saya, dan menjadikan saya korban kardiovaskular kronis. Pembuluh darah jantung saya menyempit sehingga oksigen yang dibutuhkan sangat sedikit yang bisa dialirkan ke jantung.Â
Persoalannya cukup parah karena ketiga pembuluh darah utama di jantung saya sudah mengalami penyempitan yang cukup besar. Bahkan salah satu pembuluh darah utama di jantung ada yang menyempit sampai 99%, kapasitas pembuluh darah yang berfungsi hanya tersisa tinggal 1%.Â
Dengan kondisi pembuluh darah utama jantung yang terseumbat 99%, sebenarnya setiap saat saya bisa terkena serangan jantung yang mematikan, alias "sudden death". Â Konkritnya saya bisa mati mendadak hampir setiap saat. Saya diberitahu dokter kondisi yang demikian ketika dokter melakukan pemeriksaan kateterisasi jantung.Â
Dokter menunjukkan gambar video di monitor menunjukkan pembuluh darah jantung yang tersumbat plak kolesterol Saya melihat sendiri bagaimana gambar video pembuluh darah yang tersumbat. Syukur kepada Tuhan karena saya tidak sampai mengalami serangan jantung dan segera dipasang stent (ring) di pembuluh darah jantung. Â Pada saat itulah saya merasa seperti orang mati tapi diberi kesempatan hidup kembali.Â
Sejak pemeriksaan kateterisasi jantung itu, saya meneguhkan janji kepada diri sendiri untuk patuh pada anjuran dokter mengkonsumsi obat secara teratur selama seumur hidup.Â
Peneguhan janji itu menjadi tantangan besar, karena tidak mudah berjanji kepada diri sendiri. Apalagi saya membaca berbagai artikel tentang efek samping dari obat-obatan yang saya konsumsi. Saya harus mengkonsumsi obat kolesterol, obat pengencer darah, dan obat penguat jantung. Semua obat dalam ketiga kategori itu berpotensi punya efek samping. Â Â
Tapi demi mempertahankan supaya tidak terkena serangan jantung, saya harus mengkonsumsi beberapa obat setiap hari selama seumur hidup. Menghadapi fakta seperti ini, tidak ada pilihan lain kecuali menjadikan obat-obat itu sebagai sahabat. Sepanjang saya mengikuti ketentuan dosis yang diperintahkan dokter, tentu manfaat obat pasti lebih besar dari risikonya. Efek samping pasti ada, tapi kegunaannya lebih besar. Jadi bersahabat dengan obat adalah suatu yang mesti dijalani. Lagi pula mana ada suatu tindakan yang 100 persen bebas dari risiko. So, enjoy the medicine! They are your best friends.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H