Mohon tunggu...
Togar Sianturi
Togar Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - Direktur

SolusiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Titik Manakah Kita Sebenarnya Diselamatkan?

19 Maret 2018   08:43 Diperbarui: 19 Maret 2018   09:35 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memahami bagian-bagian yang ada dalam jalan menuju keselamatan adalah hal yang banyak menjadi pertentangan di antara orang Kristen masa sekarang ini. Kita mungkin mendengar pertanyaan atau pernyataan seperti, "Jadi baptisan dibutuhkan untuk selamat? Bukankah itu berarti Yesus plus? Kasih karunia Yesus tidak cukup menyelamatkan? Hanya iman yang menyelamatkan! Keselamatan bukan pekerjaan manusia! Pertobatan dan baptisan itu adalah usaha manusia!" Dan masih banyak lagi nada-nada seperti itu yang menjadi pertentangan karena semua hal itu memang ada dalam firman tetapi penafsiran orang-orang berbeda satu dengan yang lainnya.

Barangkali tempat paling bagus untuk mulai memahami ini adalah dari pemahaman akan keselamatan itu sendiri. Dr. David Pawson memberi gambaran yang sangat bagus bahwa keselamatan itu adalah sebuah garis horisontal, sebuah proses yang kita tempuh seumur hidup. Keselamatan itu bukan sebuah garis vertikal di mana kita mengambil satu langkah tertentu lalu menyeberang dari binasa ke selamat. 

Keselamatan dalam Alkitab ada dalam 3 tenses: lampau, kini dan mendatang. Kita baru mulai diselamatkan ketika kita percaya, bertobat, dibaptis dan menerima Roh Kudus. Kita sedang diselamatkan hari ini dengan bertekun dalam proses pengudusan kita, lalu kelak ketika kita mati maka kita dimuliakan, di sana keselamatan kita sempurna. 

Keselamatan kita bermula dari iman yang benar kepada Tuhan Yesus, tetapi menjadi final apabila kita setia dan bertekun hingga mati. "Dalam keadaan manakah hal itu diperhitungkan? Sebelum atau sesudah ia disunat? Bukan sesudah disunat, tetapi sebelumnya. Roma 4:10." Abraham mengalami pembenaran karena iman, sunat adalah ketaatan Abraham karena imannya. Kita mengalami pembenaran (justification) ketika kita percaya kepada Kristus Yesus lalu dalam iman itu kita bertobat, dibaptis dan menerima Roh Kudus, maka kita lahir baru sehingga mulai diselamatkan dari sana.

Kalau kita memahami keselamatan ini sebagai sebuah proses, sebuah perjalanan, maka kita tidak akan menemukan kontrdiksi dalam ayat-ayat firman Tuhan. Kita akan tahu di mana posisi ketekunan kita untuk terus semakin kudus (sanctification) dalam keselamatan itu. Kita juga jadi mengerti bahwa dari upah dosa-lah kita dimerdekakan dalam justification itu, sedangkan dalam masa sanctification sekarang ini kita sedang dimerdekakan dari kuasa dosa. 

Dan sanctification adalah porses yang paling panjang yang terjadi seumur hidup kita. Lalu hanya ketika kita dimuliakan (glorification) maka kita benar-benar merdeka dari dosa, kita menjadi sempurna, keselamatan kita menjadi final. Di situlah titik kita diselamatkan dan kita bisa berseru, "Sekali selamat, tetap selamat!" Hari ini dan sejak iman kita lahir, yang benar adalah bahwa kita sedang diselamatkan, bahwa keselamatan sedang terjadi atas hidup kita.

1. AWALI DENGAN IMAN, LANJUTKAN DENGAN IMAN, AKHIRI DENGAN IMAN JUGA

Saya kuatir bagian iman yang benar ini kurang difokuskan dalam memberitakan Injil. Padahal bertolak dari titik inilah semua hal lainnya dalam hidup rohani itu. Iman bukam seperti yang orang-orang pikirkan atau jelaskan, tetapi iman seperti yang Alkitab ajarkan atau tunjukkan. Lihatlah contohan Abraham dalam hal imannya, pelajari juga dalam Perjanjian Baru bagaimana dampak iman kepada orang seperti Petrus atau Paulus. Miliki iman itu dalam perjalanan kita sedari awal hingga akhirnya.

2. JIKA YESUS ITU TUHAN, APA KONSEKUENSINYA BAGI HIDUP KITA?

Banyak orang yang berpikir mereka sudah menjadi hamba Yesus tetapi kenyataannya mereka adalah hamba dari keinginan mereka sendiri. Misalnya anda mempekerjakan seseorang, berapa gaji pekerja itu? Lalu apa  saja tanggung jawab atau job description pekerja itu? Apa saja sikap dari orang kerja itu kepada sang pemberi kerja? 

Berapa jam ia harus bekerja? Apa akibatnya jika pekerja terlambat, tidak patuh, mencuri, menolak atau tidak sopan? Uhhh, sedahsyat itu konsekuensinya kepada majikan pemberi kerja yang hanya memberi gaji sekian banyak. Lalu apakah mestinya konsekuensi bagi hidup kita jika Yesus adalah Tuhan kita? Dia memberi kita hidup dan segala sesuatu yang ada di dalam hidup itu. Jangan mengaku percaya Tuhan jika orang kerja lebih hormat kepada majikannya daripada kita taat kepada Tuhan Yesus!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun