Mohon tunggu...
Togar Sianturi
Togar Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - Direktur

SolusiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Cara Menghadapi Gosip dan Fitnah

11 Maret 2018   06:30 Diperbarui: 11 Maret 2018   09:11 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.brilio.net

Di awal komunitas kami hadir di kota Medan dulu, banyak gosip dan fitnah yang terdengar tentang kami. Ada yang mengatakan perjamuan kami menggunakan darah, fellowship kami disertai dengan peluk-pelukan dan ciuman secara bebas terhadap lawan jenis, dan lain-lain. Memang mengikut Yesus tidak hanya tentang menaati dengan setia semua kehendakNya, tetapi termasuk juga memikul salib atas aniaya dan fitnahan seperti itu. Kita dituntut untuk tetap berlaku benar ketika kebaikan kita dicurigai, ajaran kita diputarbalikkan serta dituduh melakukan kejahatan yang kita tidak lakukan.

Paulus kerap kali mengalami hal seperti itu, ia dikatakan hanya berani kalau melalui surat, kerasulannya dipertanyakan serta khtobahnya diputarbalikkan. "Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: "Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya." Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman. Roma 3:8." Ketika Paulus mengajarkan tentang anugerah dan kesetiaan Allah, maka orang-orang yang tidak bertanggungjawab ini menyebar fitnah yang mengerikan - seolah Paulus sesesat itu dalam ajarannya. Paulus sangat radikal terhadap dosa, namun ada saja yang menuduhnya mendorong orang berbuat dosa.

Gosip dan fitnah seperti itu kebanyakan di luar kendali kita. Tetapi kalau cara kita berkomunikasi atau cara kita berhubungan dengan orang lain yang bermasalah maka bagian kitalah untuk bertobat. Namun ketika kita sudah melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan, kemudian gosip dan fitnah masih menghujam maka kepada Tuhan sajalah kita berserah. Saya sudah belajar untuk tidak menaruh seluruh pengharapan saya kepada manusia sebab manusia selalu berubah-ubah, mereka yang sekarang menjilat kemudian hari bisa berbalik, begitu juga yang menentang kita sekarang kelak bisa menjadi sekutu. Hanya Tuhan yang sejati dan tetap tak berubah, jadi berpegang kuatlah padaNya.

1. SABARLAH, YESUS SUDAH TERLEBIH DAHULU MENGALAMINYA

Mengalami rasa sakit hati dan posisi terpuruk seperti itu membuat kita berkesempatan mencicipi penderitaan Tuhan Yesus. Sehingga itu juga adalah kesempatan untuk kita bertumbuh semakin mirip Yesus. Belajarlah dari bagaimana Tuhan Yesus melaluinya, kita sudah memiliki patron yang berhasil. Bagaimana pun, akhirnya, yang benar yang akan menang, jadi mengapa mesti terlalu memusingkan perkataan orang yang tidak benar?!

2. JANGAN MELEMPARKAN MUTIARA KE BABI

Melawan orang gila berarti kita juga sama gilanya, demikian juga melawan orang bodoh. Banyak gosip dan perlakuan yang tidak adil kepada kita yang lebih baik untuk kita diamkan saja, sayang sekali kita membuang energi terhadap hal-hal yang tidak berguna seperti itu. Akan lebih berguna jika energi dan pikiran kita dicurahkan untuk membangun Kerajaan Allah dan membagikan kabar baik kepada banyak orang. Janganlah terpancing dengan yang berkendara sesuka hatinya di jalan raya, abaikanlah segala perkataan orang bodoh yang tidak dipikirkannya terlebih dahulu. Meladeni orang seperti itu sama saja seperti kita membuang mutiara ke babi.

3. BANGUN PELAJARAN DAN PEMBELAAN IMAN ATAS TUDUHAN YANG DIBERIKAN

Pelajaran yang powerful biasanya dihasilkan melalui masalah yang powerful juga. Tuduhan yang ditujukan kepada Paulus selalu Paulus gunakan untuk menjadi bahan pengajaran yang kemudian membangun jemaat Tuhan. Mari belajar dari cara Paulus menggunakan batu yang dilemparkan padanya menjadi materil pembangunan gereja Tuhan.

Bapa, bersamaMu saja kami bisa melalui semua aniaya, gosip dan fitnah dengan cara yang benar. Kiranya kami kuat mempertahankan kebenaran ketika perlakuan tidak adil melanda kami. Amen.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun