Mohon tunggu...
Togar Sianturi
Togar Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - Direktur

SolusiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Iman Seperti Apakah yang Ingin Anda Wariskan Kepada Anak Cucu Anda?

3 Maret 2018   22:48 Diperbarui: 3 Maret 2018   22:55 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila kita dipanggil pulang oleh Yang Maha Kuasa, seperti apakah kita akan dikenang oleh keturunan kita dan orang-orang terdekat kita? Paulus mengisahkan iman Timotius yang tulus ikhlas, yakni iman yang ia warisi dari nenek dan ibunya. "Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. -- 2 Timotius 1:5."

Timotius menjadi seorang pelayan Tuhan yang luar biasa, Paulus sangat mengandalkanya untuk mengiringi perjalanan misinya dari awalnya. Kemudian Timotius diutus untuk tugas-tugas penggembalaan di berbagai tempat, serta menyelesaikan masalah-masalah di beberapa kota. 

Ia adalah seorang yang memiliki hati yang lembut, ia menangis dalam doanya untuk orang lain. Ia sangat percaya kepada Tuhan dan rela mengalami apa saja demi Injil yang ia pegang. Namun Paulus menegaskan bahwa imannya itu erat kaitannya dengan iman Lois, neneknya, dan Eunike, ibunya. Iman seperti apakah yang anak cucu atau orang terdekat kita telah warisi dari kita?

Kita tidak hidup hanya untuk diri kita sendiri, hidup kita memberi pengaruh kepada orang lain. Sedangkan orang yang idiot memberi pengaruh kepada sekitar 10.000 orang seumur hidupnya, demikian kata penelitian. Lalu dapatkah kita bayangkan berapa banyak orang yang akan terpengaruh oleh hidup kita? 

Saya, seperti kebanyakan orang, cenderung mengecilkan pengaruh hidup saya. Saya tidak memberi perhatian yang cukup pada dampak yang hidup saya akibatkan, baik atau buruknya. Tapi saya sudah melihat dalam diri anak-anak saya, kerap saya kaget dan menegur ekspresi atau sikap mereka yang kurang baik, tetapi pada kesempatan lain kami menemukan bahwa itu adalah sikap atau ekspresi dari salah satu kami orang dewasa di sekitarnya.

1. PERCAYALAH BAHWA HIDUP KITA SANGAT BERDAMPAK; BAIK ATAU BURUKNYA

Saya tidak tahu bagaimana caranya meyakinkan  Anda lagi bahwa hidup Anda sangat memberi pengaruh kepada orang lain. Semangat atau pesimistis, keteguhan hati atau kekompromian kita, iman atau ketidakpercayaan kita tetap menjadi pengaruh bagi orang lain, suka atau tidak suka. Tuhan sudah menetapkan bahwa identitas kita adalah terang dan garam. Tuhan tidak mengatakan hendaklah kamu menjadi terang, tetapi kamu adalah terang! Jadilah demikian!

2. TETAPKAN DAMPAK ATAU IMAN SEPERTI APA YANG ANDA INGIN WARISKAN KEPADA ORANG LAIN

Stephen Covey mengajarkan dalam bukunya, bayangkanlah kita sudah berada di dalam peti mati kita, lalu pikirkanlah apa yang kita ingin dengarkan pasangan kita, anak-anak kita dan orang lain katakan tentang kita di situ. Maka apa yang kita ingin dengar di situ adalah apa yang benar-benar penting bagi kita. 

Hal-hal lain yang sekarang kita anggap penting, yang sedang kita kejar, sebenarnya bukan yang terpenting bagi kita, itu hanyalah desakan dari tatanan sosial kita, itu hanyalah titipan bukan inti hidup kita. Jangan sampai salah mengejar, kelak di akhir sana tak ada gunya kita menyesal lagi. Menyesallah sekarang, bertobatlah!

3. MULAI HARI INI, BERTINDAKLAH SESUAI DENGAN HARAPAN ITU

Hidup kita menjadi efektif dan berdampak besar apabila kita sudah mulai menjalani apa yang sebenarnya menjadi inti bagi hidup kita. Dan pribadi yang paling tahu apa yang paling penting bagi kita adalah Dia yang telah menciptakan kita. Jalanilah hal-hal inti itu, mulailah sekarang. Kabar baiknya, Tuhan tidak hanya menyediakan jalannya tetapi juga kekuatan untuk menjalaninya serta komunitas  gerejaNya untuk berbagi dalam perjalanan itu. Tetap semangat!

Bapa, terima kasih untuk jalan yang sudah pasti untuk kami lalui. Tuntun kami di jalan yang benar itu sehingga tak akan ada penyesalan kelak dan bahwa hidup kami akhirnya berdampak bagi generasi selanjutnya. Amen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun