Mohon tunggu...
Togar Sianturi
Togar Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - Direktur

SolusiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hati-hati dengan Keinginan Hati

2 Maret 2018   05:54 Diperbarui: 3 Maret 2018   11:04 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hati kita, selain menjadi storage (media penyimpanan), juga merupakan processor yang memproses apa yang kita input ke dalamnya menjadi output tertentu. Hati kita hidup, tidak seperti prosesor komputer yang semuanya adalah mesin logika. Jadi apa yang kita masukkan ke dalam hati kita menentukan apa yang akan terjadi dalam hati kita dan apa yang hati kita akan dorong kepada kita. Karena itu Salomo menasehatkan agar kita menjaga hati dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23).

Bagian yang paling mengerikan lagi adalah bahwa ada titik di mana Allah tidak lagi mencegah hati manusia dari kesesatan, tetapi justru menyerahkannya. "Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Roma 1:24." Mereka ini adalah orang-orang yang terus menerus  bermegah dalam dosanya. Ini seperti Firaun yang awalnya mengeraskan hati dan tidak mau melepaskan Israel, tetapi pada giliran berikutnya Allah 'membantu' Firaun mengeraskan hatinya.

Kita tidak pernah tahu di titik mana Allah akan menyerahkan kita kepada dosa kita, karena itu kitalah yang mesti memosisikan diri kita di titik yang aman, tetap pada bagian yang terang dan benar. Kalau di hadapan kita ada jurang yang sangat dalam, berapa sentimeter-kah dari bibir jurang itu yang masih  dapat disebut aman untuk anak kita berdiri atau bermain? Kalau saya, pasti saya membawa anak saya sejauh mungkin dari bibir jurang itu, tidak perlu menghitung jarak berapa sentimeter yang masih aman. Dalam bisnis, high risk high reward itu benar, begitu juga dalam banyak hal lain di hidup kita, tetapi dalam hal dosa dan godaan jangan pakai prinsip itu.

1. PAGAR HATI

Hati kita perlu dipagarin, karena kalau tidak ada pagar maka hati akan menjelajah ke mana-mana. Kita yang mesti menetapkan pagar untuk hati kita dengan firman Tuhan. Menjaga hati adalah perkara yang tricky, nabi Yeremia menegaskan bahwa hati manusia itu sangat licik, makanya tidak sedikit yang terjerat kesesatan namun mereka pikir mereka masih benar. Jangan bermain-main dengan api, kata orang itu sangat berbahaya. Lebih dari itu, jangan pernah bermain-main dengan hati!

2. PENJARA KEINGINAN

Max Lucado memperkenalkan jenis penjara ini, ini adalah penjara yang penghuninya membludak dan mereka masuk ke dalam penjara ini secara sukarela. Keinginan itu akan memenjarakan kita kalau kita tidak menguasainya, kalau kita menyerahkan diri kita kepada keinginan kita. Dan kunci kepada penjara ini adalah hati kita, sekali lagi, jagalah hati kita dengan baik. Keluarkan diri kita dari penjara keinginan kita, bebaskan hati kita kepada terang kebenaran Allah.

3. MERAWAT HATI

Kita mesti menjaga hati kita dengan baik, itu adalah bagian vital dari hidup kita. Dalam tubuh fisik kita, hati itu adalah seperti jantung yang menentukan hidup matinya kita. Merawat hati itu tidak mudah, tetapi sangat mungkin untuk dilakukan. Tetaplah rendah hati, akui dosa dan kelemahan kita secara jujur, berpuasalah untuk hati kita, minta feedback dari orang-orang sekitar kita yang mengenal kita dengan baik. Jika hati kita terpelihara dengan baik, maka hidup kita dan masa depan kita di Sorga juga terpelihara dengan baik.

Bapa, terima kasih telah menyucikan hati kami, tolonglah kami agar hidup benar di hadapanMu. Hati kami kiranya senantiasa hanya dipenuhi dan selalu dioperasikan oleh Roh Kudus. Amen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun