Mohon tunggu...
Tofiyah TophY
Tofiyah TophY Mohon Tunggu... -

Saya mahasiswa PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan Teori Belajar dan Pembelajaran

2 November 2010   00:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:55 6298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proses pembelajaran pada saat ini sudah semakin meningkat seiring perkembangan teknologi yang semakin maju. Oleh karena itu, sebagai calon pendidik harus memahami berbagai teori belajar yang ada, dan harus bisa memahami bagaimana cara melaksanakan proses pembelajaran. Pada saat ini akan dijelaskan bagaimana teori belajar dan pembelajaran (masa lalu, masa kini, dan masa depan). Selain itu juga ada analisis dari berbagai macam teori belajar yang ada, diantaranya behavioristik, kognitif, konstruktivisme, dan juga humanistik. Setelah mengetahui berbagai macam teori, juga ada pergeseran dari teori tersebut, yaitu pergeseran teori koneksionisme sampai kognitivisme.

A.Teori Belajar dan Pembelajaran (Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Depan)

Persoalan yang membedakan teori-teori pembelajaran

Setiap teori-teori pembelajaran pasti memiliki persoalan yang membedakan dengan teori yang lainnya, selain itu juga memiliki perubahan dari masa ke masa. Persoalan yang mendasar antara lain persoalan mengenai hakikat pembelajaran dan proses pembentukan teori (Hilner 1978). Delapan persoalan yang kontrofersial antara lain: variabel perantara yang digunakan, hal-hal tertentu yang berperan sebagai variable perantara dalam teori bersifat kognitif atau koneksionisme, penguatan yang digunakan dalam teori merupakan hakikat dasar dan inti dalam pembelajaran, suatu pembelajaran yang harus dianalisis pada level molar atau pada level molecular, persoalan selanjutnya yaitu apakah teori tersebut disajikan secara formal atau informal, luas cakupan teori tersebut, penekanan diberikan pada pengaruh aspek bawaan terhadap perilaku dan pada pengaruh batasan-batasan biologis (biological constraints) terhadap pembelajaran, dan persoalan yang terakhir yaitu mengenai kepraktisan teori tersebut.

Persoalan-persoalan teori tersebut diperdebatkan oleh para teoritis yaitu seperti Tolman, Hull, Skinner, Thorndike, Watson, Guthrie, Estes dan Miller. Mereka memperdebatkan masalah-masalah tersebut sesuai dengan teori-teori yang mereka kemukakan.

Kriteria teori yang ideal

Jenis teori ideal yang diperjuangkan oleh para teoritis yang paling ambisius adalah yang mirip dengan cita-cita yang digagas oleh Hull namun gagal diwujudkan yaitu: format, akurat, konsisten secara internal, namun sekaligus juga cukup luas cangkupannya sehingga meliputi seluruh topic mengenai pembelajaran dan motivasi. Teori ideal ini mengandung variable-variabel perantara dan sebagai teori formal variable-variabelnya dinyatakan secara eksplisit. Variabel-variabelnya jauh lebih kognitif dibandingkan pada teori-teori terdahulu yang ada di posisi tengah, variable tersebut terkait dengan perolehan, penyimpanan, dan penggunaan informasi, keyakinan dan bukti-bukti yang mendasarinya, pikiran yang logis dan tidak logis.

Ada dua aspek pembelajaran yang perlu dipelajari, yang pertama adalah hakikat memori. Sepanjang berfokus pada pengetahuan dan pembelajaran melalui pengamatan, nampaknya akan lebih konsisten bila kita membahas memori sebagai pemanggilan kembali informasi simpanan dari pada sebagai persaingan diantara respon-respon. Di sisi lain untuk keahlian-keahlian yang amat praktis, termasuk keahlian verbal, teori interferensi. Selain itu teori yang kompleks tidak dapat mengabaikan cara asimilasi pengalaman baru kedalam schemata. Aspek yeng kedua yaitu persepsi. Kebanyakan teoritis pembelajaran memandanag persepsi sebagai hal yang tidak perlu dipersoalkan. Sementara itu kalangan Gestalt yang berfokus pada persepsi tergolong kelompok teoritis pembelajaran yang sekunder. Pembelajaran tidak bisa berlangsung melebihi input perceptual yang mendasarinya, sehingga persepsi tidak bisa diabaikan oleh semua teori yang dianggap komplit. Istilah register sensori yang dikemukakan Atkinson dan Shiffri adalah salah satu contoh konsep persepsi dalamteori pembelajaran (teori memori).

Arti penting teori pembelajaran masa kini

Pada psikologi pembelajaran terapan memiliki arti penting bukan hanya sebagai cara menempatkan teori-teori dalam penggunaannya yang praktis melainkan juga sebagai cara untuk memperbaiki teori-teori. Disamping konstribusi lainnya, studi-studi terapan membantu kita memastikan kondisi-kondisi batasyang ada pada teori. Jika sebuah teori yang bertolak dari data leboratorium digunakan untuk memprediksi sebuah situasi terapan dan perdiksinya tidak terbukti, kejadian ini menunjukkan bahwa teori tersebut tidak sesuai untuk situasi tersebut. Sekalipun demikian teori tersebut mungkin tetap berhasil sempurna untuk memprediksi teori-teori lainnya. Selain itu studi-studi terapan memunculkan hukum-hukum baru yang nantinya bisa digunakan untuk memodifikasi teori lama atau membangun teori baru.

Bagi kita pada umumnya teori-teori pembelajaran memiliki dua arti penting yang pokok. Pertama, teori pembelajaran menyediakan kosa kata dan kerangka konseptual yang bisa kita gunakan untuk menginterpretasi contoh-contoh pembelajaran yang kita amati. Hal ini penting artinya bagi siapa saja yang hendak mengamati dunia secara seksama. Kedua, masih terkait dengan yang pertama, teori pembelajaran menuntun kita kemana harus mencari solusi atas persoalan-persoalan praktis. Teori memang tidak memberikan kita solusi, namun teori mengarahkan perhatian kita kepada variable-variabel yang bermanfaat untuk menemukan solusi.

Guthrie mengarahkan kita pada perlunya mempraktikan respon yang hendak dipelajari dalam kondisi tertentu dimana respon tersebut akan digunakan, dan juga perlunya mempraktikan respon tertentu dalam kondisi yang berbeda-beda agar rsepon itu tertanam kuat dalam diri kita. Skinner m,emberi saran agar kita mencari tahu hal apa yang menguatkan tindakan tertentu, sehingga kita bisa menghadirkan penguat itu jika kita ingin tindakan itu terjadi atu menghilamgkannyajika kita ingin menghapus tindakan tersebut. Piaget dan Gagne menekankan begaimana pembelajaran pada saat ini berkembang dari pembelajaran pada waktu sebelumnya. Tolman, Hull, Estes dan Anderson menawarkan banyak usulan serupa dengan bentuk-bentuk yang lebih teknis. Semua usulan ini membutuhkan kreativitas tertentu bila hendak diterapkan dalam penggunaan praktis. Masin-masing juga menekankan aspek tertentu dalam proses pembelajaran yang perlu kita pertimbangkan. Dengan demikian semuanya berfungsi memperkaya pemahaman kita terhadap situasi-situasi pembelajaran yang kita amati dan membantu kita menemukan solusi atas problema pembelajaran praktis yang kita hadapi. Meski banyak teoritis yang ingin memberikan konstribusi yang lebih besar dari semua ini, dan sampai kadar tertentu mereka berhasil melakukannya, kontribusi seperti ini saja sudah cukup menjadikan teori-teori mereka sebagai hal yang tidak ternilai harganya bagi studi mengenai pembelajaran.

B.Analisis Bernagai Teori Belajar

Teori Belajar Behavioristik

Proses pembelajaran dipengaruhi juga oleh pemahaman guru terhadap aliran atau teori belajar. Ada beberapa jenis aliran atau paham yang dapat dijadikan inspirasi untuk melakukan proses pembelajaran, salah satunya adalah teori behavioristik. Secara umum teori behavioristik lebih melihat sosok atau kualitas manusia dari aspek perilaku yang dapat dilihat. Tokoh teori behavioristik yang terkenal adalah Abraham maslow dan Carl Roger. Inti pikiran Maslow (dalam pembelajaran kontekstual : 2008) antara lain: individu sebagai keseluruhan, tidak relevan pemahaman manusia melalui penyelidikan hewan, manusia pada dasarnya memiliki pembawaan, pada hakekatnya manusia memiliki potensi kreatif, dan menekankan kesehatan psikologi manusia.

Pokokpikiran Roger(dalam pembelajaran kontekstual : 2008) antara lain yaitu: pandangannya yang sangat optimis manusia memiliki potensi untuk berkembang, penciptaan metode terapi yang terpusat Klin (Clin centered therapy) dalam menghadapi masalah pribadi yang dialami manusia. Selain Maslow dan Roger tokoh behavioris yang lain adalah Pavlov, Watson, Thorndike, dan Skinner. Thorndike (1874-1949) mengemukakan hubungan sebab akibat antara stimulus dan respon. Hubungan ini dikenal dengan hokum akibat, latihan, dan kesiapan. Hukum akibat menyatakan bahwa ketika stimulus dan respon dihargai secara positif akan terjadi penguatan dalam belajar. Menurut Watson (1878-1958), bseseorang dilahirkan dengan beberapa reflek serta reaksi emosional terhadap cinta dan kegusaran. Perilaku lainnya dapat dibangun melalui hubungan stimulus-respon dalam pengkondisian. Skinner (1904-1990) juga meyakini hubungan stimulus-respon, tetapi Skinner lebih menekankan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses berpikir pada otak seseorang.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teori behavioristi menekankan perhatian pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah seseorang diberi perlakuan, perilaku dapat dikuatkan atau dihentikan melalui ganjaran atau hukuman, dan guru tidak perlu tahu pengetahuan apa yang telah diketahui dan apa yang terjadi pada proses berpikir seseorang. Proses pembelajaran menurut teori behavioristik adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti pembelajaran dalam pandangan behavioristik adalah terletak pada stimulus dan respon (S-R). Keberhasilan belajar menurut teori behavioristik ditentukan oleh adanya interaksi adanya stimulus dan respon yang diterima oleh manusia.

Teori Belajar Kognitif

Kognitif adalah salah saturanah dalam taksonomi pendidikan. Kognitif berarti persoalan yag menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional/akal. Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimilki oleh orang lain. Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Secara umum teori kognitif memiliki pandangan bahwa belajar atau pembelajaran adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya. Tokoh-tokoh alirn kognitif antara lain adalah Jean Piagetdan Jerome S. Brunner. Menurut Piaget, perkembangan kognitif seseorang atau siswa adalah proses yang bersifat genetik. Artinya proses belajar didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan system syaraf. Oleh sebab itu, makin bertambahnya umur seorang siswa mengakibatkan semakin kompleks susunan sel-sel syaraf dan juga semakin meningkatkan kemampuan khususnya dalam bidang kualitas intelektual (kognitif). Tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget adalah:

a.Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun).

Pada tahap ini yang menonjol adalah kegiatan motorik dan persepsi sangat sederhana.

b.Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun).

Pada tahap ini lebih ditandai dengan penggunaan symbol atau bahasa tanda. Dan juga mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.

c.Tahap opersional konkret (umur 7/8 tahun- 11/12 tahun).

Tahap ini ditandai dengan adanya kemampuan menggunakan aturan-aturan yang sistematis, logis, dan empiris. Pada tahap ini juga adalah tahap melakukan transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakan lebih efektif.

d.Tahap operasional formal (umur 11/12- 18 tahun).

Tahap ini ditandai dengan adanya kemampuan anak dalam berfikir abstrak dan logis, serta memiliki kemampuan menggunakan pola berfikir dan mampu berfikir ilmiah.

Tahapan perkembangan akan berjalan secara lsinier atau relevan dengan kualitas berfikir, makin tinggi tahap perkembangan kognitif membawa implikasi terhadap teraturnya dan semakin abstrak cara berfikir yang dilakukan oleh seorang anak.

Menurut Brunnerperkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitar. Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar –gambar atau visualisasi verbal. Dan pada tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasanabstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.Menurut Brunner, perkembangan kognitif seseorang dapat dilakukan dengan cara gaya mengajar yang dilakukan dengan menggunakan cara kerja dari sederhana/kecil ke arah yang lebih rumit atau luas.

Jadi teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahaman tentang situasi yang berhubungan dengan dirinya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak.

Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisme juga bagian dari teori kognitif. Teori kognitif dalam belajar memilki perbedaan dengan cara pandang teori konstruktivisme. Menurut cara pandang teori konstruktivisme belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam lapangan. Pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa, sehingga model pembelajarannya dilakukan secara natural. Penekanan teori kontruktivisme bukan pada membangun kualitas kognitif, tetapi lebih pada proses untuk menemukan teori yang dibangun dari realitas lapangan. Belajar bukanlah proses teknologisasi (robot) bagi siswa, melainkan proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikan. C. Asri Budiningsihdalam buku Pembelajaran Moral menyatakan bahwa keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh peran social yang ada dalam diri siswa. Menurut C. Asri Budiningsih ada dua macam proses adaptasi yaitu adaptasi yang bersifat autoplastis dan adaptasi aloplastis. Adaptasi autoplastis adalah proses penyesuaian diri dengan cara mengubah diri sesuai dengan suasana lingkungan, adaptasi aloplastis adalah adaptasi dengan cara mengubah situasi lingkungan sesuai dengan keinginan dirinya sendiri. Paul Suparno SJ dalam buku Reformasi pendidikan menyatakan bahwa model pembelajaran yang dianggap tepat menurut teori konstruktivisme adalah model pembelajaran yang demokratis dan dialogis. Pembelajaran harus member ruang kebebasan siswa untuk melakukan kritik, memilki peluang yang luas untuk mengungkapkan idea tau gagasannya, guru tidak memilki jiwa otoriter atau diktaktor. Menurut pandangan konstruktivisme dalam proses pembelajaran siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan member makna tentang hal-hal yang dipelajari.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivisme lebih menekankan pada pembelajaran yang nyata sesuai dengan situasi lingkungan yang ada

Teori Belajar Humanistik

Teori humanistik menjelaskan bahwa poses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia (proses humanisasi). Teori humanistik sifatnya lebih menekankan bagaimana memahami persoalan manusia dari berbagai dimensi yang dimilki, baik dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Teori humanistic tidak bisa serta merta mampu menciptakan peserta didik menjadi sosok manusia yang ideal, dalam proses pembelajaran harus mampu menciptakan situasi dan kondisi yang menyebabkan manusia memilki kebebasan untuk beraktualisasi, kebebasan untuk berpikir alternatif, dan kebebasan untuk menemukan konsep dan prinsip.

Tokoh teori belajar humanisme antara lain: Kolb, Honey dan Mumford, serta Habermas. Menurut Kolb teori belajar dibagi dalam empat tahap yaitu: tahap pengalaman konkret, tahap pengamatan aktif dan reflektif, tahap konseptualisasi, dan tahap eksperimentasi aktif. Pada tahap pengalaman konkret belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Pada tahap pengamatan aktif dan reflektif belajar harus member kesempatan kepada seluruh siswa melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Pada tahap konseptualisasi, setelah siswa diberi kebebasan melakukan pengamatan, maka selanjutnya siswa diberi kebebasan untuk merumuskan konseptualisasi hasil pengamatannya. Artinya siswa berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan teori, konsep atau hokum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya. Sedangkan pada tahap eksperimen aktif, belajar harus mampu melakukan eksperimentasi secara aktif. Seseorang sudah mampu mengaplikasi konsep-konsep, teori-teori, atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata. Tahap-tahap teori ini tidak dapat dipisahkan, karena suatu siklus yang berkesinambungan dan berlangsung di luar kesadaran orang yang belajar.

Menurut pandangan Honey dan Mumford orang yang belajar digolongkan dalam empat macam kelompok, yaitu kelompok aktivis, golongan reflector, kelompok teoritis, dan golongan pragmatis. Cara kerja manusia ditentukan oleh dua dimensi yaitu dimensi kualitas berfikir abstrak (BA) dan kualitas kerja (KK). Semakin tinggi BA akan melahirkan manusia yang kritis dan idealis, semakin tinggi BA akan melahirkan sosok manusia yang pekerja tinggi. Habermas berpandangan bahwa belajar akan efektif jika ada proses interaksi antara individu/siswa dengan realitas social yang ada di sekitar dirinya. Keberhasilan pembelajaran jika guru mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan fenomena kehidupan sekitar.

Dapat disimpulkan bahwa teori belajar humanistic lebih mementingkan kepentingan peserta didik dari kepentingan lainnya, jadi dalam pembelajaran siswa lebih aktif sesuai dengan kemampuannya.

C.Berbagai Pergeseran Teori Pembelajaran koneksionisme,Kognitifisme, Konstruktivisme sampai Humanisme.

Pergeseran Teori Pembelajaran dari Koneksionisme ke Kognitifisme

Pada teoritisi kneksionisme telah dinyatakanbahwa respon akan menghasilkan stimulasi, yang pada gilirannya bisa menghasilkan respon-respon lainnya. Sebagian respon memiliki fungsi pokok untuk menghasilkan stimulasi. Respon-respon yang terutama berlaku sebagai penghasil stimulasi dikenal sebagai respon-respon perantara (mediating responses). Respon peranatara berfungsi dengan cara mengubah orientasi reseptor indera kita dan stimuli yang kita terima, respon-respon perantara dari berbagai bentuk memiliki fungsi pokok yaitu sebagai petunjuk (cue). Fungsi Fungsi petunjuk (cue) pada respon-respon perantara sangat penting nilainya untuk mempertemukan perbedaan antara teori koneksionisme dan kognitif. Jika respon-respon bisa menghasilkan petunjuk dan jika petunjuknya berupa petunjuk verbal berarti mengarah pada teori kognitif-koneksionisme. Peralihan para teoritisi dalam tradisi koneksionisme kearah yang lebih kognitif juga mencakup pembahasan mengenai hal-hal yang dipelajari orang dari orang lain. Pada masa koneksionisme orang-orang mengesampingkan pembelajaran semacam itu dan lebih focus pada pembelajaran dengan tindakan.

Struktur Pembelajaran Hierarkhis

Pengajaran terprogram pada awalnya digunakan sebagai upaya penerpan prinsip-prinsip Skinnerian dalam hal penguatan langsung dan pembentukan respon bertahap untuk situasi-situasi verbal yang kompleks di dunia pendidikan. Pentingnya struktur materi bukan hanya berlaku pada penulisan program pengajaran melainkan juga topic-topik terkait. Gagasan mengenai hierarkhi tidak denga sendiri nya bersifat kognitif, karena kalangan koneksionisme pun berasums bahwa kebiasaan-kebiasaan sederhana akan tertata menjadi keahlian yang kompleks. Namun demikian gagasan tersebut akhirnya lebih dikaitkan dengan pemikiran kognitif, bersifat koneksionisme, kognitif atau perpaduan dari keduanya, gagasan mengenai susunan hierarkhis penting, artinya bagi belajar mengenai pembelajaran, pikiran, dan perkembangan manusia.

Dari beberapa penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa dalam dunia pendidikan baik masa lalu, masa kini, ataupun masa yang akan dating selalu mengalami perkembangan kearah yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu, dalam proses pembelajaran juga terdapat berbagai macam teori belajar yang sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Diantaranya adalah behavioris, kognitif, konstruktiv, dan juga humanistik. Setiap teori memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing, sehingga setiap teori tidak dapat berjalan sendiri tanpa ada pengaruh dari teori yang lain. Dalam teori belajar terdapat pergeseran-pergeseran dari masing-masing teori. Semoga dengan tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca, amin.!!!

Sumber:

Hill, F, Wilfred. 2009.Theories of Learning. Terj. Teori-teori Pembelajaran. Bandung: Nusa Media.

Saekhan Muchith. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group.

Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Pakar raya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun