Semestinya kita belajar dari Jepang dan Tiongkok. Setelah dihajar bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang langsung menutup diri dari dunia internasional. Tujuannya? Yang untuk membangun kualitas sumber daya manusia dan teknologi domestik secara mandiri.Â
China juga begitu, sempat dijuluki "Negeri Tirai Bambu" ketika negara-negara komunis runtuh, karena saking tertutupnya negara itu dari pasar global. mereka tertutup untuk memperkuat sumber daya manusianya. Hingga ketika kedua negara tersebut  sudah siap menjadi bangsa yang mandiri, barulah mereka membuka hijab internasional, dan diakui sebagai bangsa maju. Iran juga begitu. Dengan semangat kemandirian mereka membangun negaranya. Iran jadi negara kuat, sampai-sampai bikin pusing dunia Barat.
Lha kita? Mana berani seperti itu? Apa yang dilakukan Jepang, Tiongkok, atau Iran itu butuh proses dan ketekunan. Pola pikir instant dibuang jauh-jauh. Pertanyaannya, untuk kita yang kadung terbiasa maunya serba-cepat ini, apa mau seperti itu?Â
Padahal, kalau mau, kita bisa lebih dahsyat, lho, dari Jepang dan Tiongkok. Secara sumber daya alam kita lebih kaya. Dan kita, kan, juga punya lembaga pendidikan---yang seharusnya sudah mampu menyerap metodologi dan teknologi dari dunia maju setelah 75 tahun studi banding. Tapi, apa mau kita melakukannya?
Ya, semua tergantung kemauan sih. Dan keberanian ding. Membangun sumber daya manusia memang bukan hal mudah---apalagi kalau mental masyarakat sudah kayak gini ini. Perlu proses panjang dan berat. Tapi kalau benar-benar mau memulai, inilah momentum yang tepat buat 'Revolusi Mental' secara hakikat---bukan hanya 'lips service' pas kampanye saja. Membangun mental kemandirian itu perlu. Jangan malah minder terus-terusan dipiara.
Seandainya---seandainya lho ya---kita benar-benar mau dan berani seperti itu: Merevolusi mindset dan program pendidikan/pembangunan sumber daya manusia secara mandiri, hakul yakin tidak bakal ada lagi polemik tentang UU Cilaka---yang membuat kita jadi semakin asing dengan diri sendiri, demi sebuah 'apokaliptik' bernama kemudahan investasi asing.
Kalau kita mandiri, kita tidak butuh asing. Merekalah yang butuh kita---sebagaimana sejarah kebesaran bangsa kita dulu.
Ya, untuk sementara, bolehlah kita mimpi soal itu. Mimpi kan gratis...*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI