Pantai Tablolong, Kupang. Inilah tempat saya bersama para Aspiran Komunitas Pra Novisiat Claret (PNC) Kupang pernah bermalam. Kami memulainya pada sore hari. Lalu, malamnya kami berdinamika bersama di situ. Malam itu adalah malam minggu. Kemudian, kami mengakhirinya dengan Misa Hari Minggu, Pekan III Masa Paskah (14/04/2024).
Sebenarnya, kami berada di tempat ini bukan atas inisiatif sendiri. Tempatnya memang kami pilih, tetapi untuk berada di sini, kami hanya menjalankan program semesteral komunitas kami.
Pada tahun ajaran 2023/2024, Komunitas PNC Kupang memiliki agenda outing tingkat sekali dalam satu tahun. Kami merencanakan dan menetapkan tanggal 13-14 April 2024 sebagai hari outing tingkat dimaksud.
Para Postulan CMF berpetualang menuju Fatumnasi, sedangkan para Aspiran CMF menuju ke tempat ini, Pantai Tablolong. Meski demikian, kami tidak datang dan bermalam di alam terbuka. Kami bermalam di rumah Frater Rian (Christian Alexander). Rumahnya persis di pantai Tablolong.
Kami sangat bersyukur karena keluarga Frater Rian menerima kami dengan sangat baik. Mereka sangat ramah. Ibunya sangat terampil dalam memasak. Sungguh sangat lezat masakannya. Mama Kristin, begitulah kami menyapa ibu Frater Rian, seorang koki terbilang profesional.
Frater Rian bercerita, mamanya sering masak untuk acara besar, baik di dalam keluarga maupun event besar lainnya. Keterampilannya dalam memasak membuat kami sangat bersemangat ketika makan. Hal ini membuat kami lebih mampu merasakan kekeluargaan melalui kebersamaan tersebut, terutama dalam makan bersama.
Di pantai ini, kami berusaha menghadirkan kembali peristiwa Tuhan Yesus bersama para murid-Nya 2000-an tahun silam. Mereka biasanya pergi ke pantai. Di sana Tuhan Yesus mengajar orang banyak. Mereka juga menghabiskan waktu dengan duduk bersama dan makan.Â
Peristiwa makan bersama di antara Tuhan Yesus dan para murid-Nya sungguh menarik. Rutinitas ini membuat mereka semakin akrab. Mereka pun saling mengenal di dalam makan bersama. Bahkan, Tuhan Yesus memerintahkan mereka untuk makan bersama sebagai kenangan akan Dia.Â
Sebelum Tuhan Yesus wafat, mereka sering makan bersama. Setelah bangkit pun Dia masih sering mengajak mereka makan bersama. Ia bahkan meyakinkan mereka akan kehadiran-Nya setelah kebangkitan dalam makan bersama.Â
Kami pun di Pantai Tablolong makan bersama. Sambil mengenang 2000-an tahun silam, kami pun mengikat tali persaudaraan dan kekeluargaan di tepi pantai tersebut. Salah satu caranya adalah makan bersama.
Dua hari berturut-turut kami lalui dengan penuh kehangatan, meski semalam suntuk kami harus berjuang melawan dinginnya angin pantai. Narasi kasih dan rajutan kisah bersama kami pintal. Dua hari seakan kami hadirkan kembali peristiwa 2000-an tahun silam.