Mohon tunggu...
Muhamad Ratodi
Muhamad Ratodi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

A Father of two Gorgeous Sons

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saat IPTEK Menegaskan Eksistensi Pendidikan Keislaman

31 Oktober 2014   15:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:04 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun terakhir, Kementerian Agama RI sedang gencar-gencarnya melakukan perubahan besar-besaran institusi pendidikan tingginya, dari level Institut menjadi Universitas. Konsekuensinya adalah muncul keberagaman ilmu yang ditawarkan diluar spesifikasi ilmu bermuatan agama. Hal ini menurut penulis memang sudah semestinya dilakukan dalam menjawab tantangan global di masyarakat umum akan eksistensi keilmuan yang islami.

Pro dan Kontra

Menjadi sebuah fitrah manusia bahwa perbedaan akan selalu ada terkait apapun, tak terkecuali perubahan. Pihak yang pro akan perubahan IAIN menjadi UIN memiliki pendapat bahwa sudah saat nya IAIN membuka diri dan memperluas jangkauan keilmuannya demi pegembangan umat dan generasi muda Islam. Sedangkan pihak yang kontra (mungkin) lebih didasari oleh kekhawatiran akan kemungkinan ter-marjinal-kannya unsur ilmu pendidikan keislaman oleh pendidikan umum. Bahwasanya dengan berubah menjadi UINSA maka akses menuju pintu gerbang pemikiran civitas akademik akan terbuka seluas-luasnya yang pada akhirnya akan menggeser bahkan mendominasi institusi itu sendiri serta mencetak generasi-generasi yang luntur nilai keislamannya.

Jangan Mengulang Dosa Sejarah

Secara historis konsep pemisahan antara ranah keilmuan dan agama sudah dimulai semenjak abad pertengahan saat kala itu posisi ilmuwan adalah pihak yang dianggap berseberangan dengan pihak gereja yang saat itu mempunyai otoritas tertinggi dimasyarakat. Kekhawatiran akan ilmu pengetahuan akan menggoyah dominasi otoritas gereja sangat besar sehingga di “fatwa”kan bahwa para ilmuwan, adalah pihak yang berbahaya bagi umat dan semestinya harus dihukum seberat-beratnya. Inilah yang berujung kepada terpisahnya konsep ilmu pengetahuan dan agama hingga saat ini dan menjadi dosa sejarah umat manusia.

Berbeda dengan islam yang jauh-jauh hari telah memahami pentingnya esensi ilmu pengetahuan, maka Islam memandang agama dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain serta saling menguatkan satu sama lain. Ilmu merupakan salah satu sarana bagi manusia meninggikan derajatnya di hadapan Alloh SWT. Setiap amal ibadah manusia haruslah memiliki dasar ilmu dan pengetahuan yang benar, sedangkan dalam memahami dan mempelajari ilmu pengetahuan haruslah di iringi dengan bahasa keimanan, tak sekedar mengedapankan rasionalitas dan logika.

Sinergi Islam dan Iptek

Islam menuntut umatnya untuk memperbanyak dan menggali ilmu pengetahuan sedalam-dalamnya sehingga pada akhirnya ilmu pengetahuan akan semakin menegaskan eksistensi Islam serta semakin membuat diri mendekat kepada Alloh SWT, bukannya malah makin menjauh.

Dalam konteks metamorfosis IAIN menjadi UIN, paradigma Twin Tower (Islam dan Iptek) haruslah dapat dimaknai dan diimplementasikan secara komprehensif dan menyeluruh, dari level organisasi tertinggi (pimpinan) sampai dengan terendah (staff dsb) dan tak kalah penting terhadap para mahasiswanya.

Bahwasanya menanamkan nilai-nilai keislaman dalam setiap ilmu pengetahuan akan jauh lebih baik dari pada mengkotak-kotakannya dan menganggap sebagai dua hal yang bertolak belakang. Fakultas umum yang ada di UIN harus mampu mengukuhkan eksistesi Islam itu sendiri dan bukannya melemahkan. Bila hal ini dapat dilakukan maka kekhawatiran yang dikemukakan sebelumnya dapat di eliminir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun