Dari sini saya mulai berpikir, mungkin memang harus ada adaptasi yang baru mengingat baru ini kami tinggal bersama lebih dari satu tahun. Saya tidak bisa selalu berharap semua bisa saya atur sehingga nampak sempurna "kayak orang-orang".
Saya pun secara inisiatif mulai untuk mengatur diri saya sendiri, menahan semua harus seperti yang saya mau.
- Belajar untuk mengetahui kebiasaan pasangan sebelum menikah dan menerimanya
Menikahi lawan jenis yang berbeda pola pikir membutuhkan effort yang luar biasa. Apalagi jika kebiasaannya ketika belum bersama kita sangat jauh berbeda dengan kebiasaan kita.Â
Jika pasanganmu sosok introvert, jangan memaksakan dirinya menjadi sosok extrovert. Jika dia tidak punya adik atau sejak kecil dibiasakan menghadapi segalanya seorang diri, jangan memaksakan diri untuk mengubah itu dengan meminta perhatian secara berlebihan atau ingin terlalu ikut campur urusannya. Atau memaksanya untuk berbagi cerita ketika dia punya masalah. Cukup siapkan diri untuk menjadi lawan bicaranya kapanpun dia membutuhkan.
- Jangan berharap selalu satu visi dan misi
Banyak di antara pasangan suami istri yang salah satunya dominan suka mengeluh. Permasalahan sepele yang tidak sesuai dengan kebiasaan kita tiba-tiba dijadikan alat untuk memacu sebuah keributan yang hebat. Ingat, kita dan pasangan terlahir dari orang tua yang berbeda. Tidak ada pasangan yang 100% memiliki visi dan misi yang sama, yang ada adalah dua orang yang sama-sama berjuang untuk menyamakan visi dan misi dalam ikatan pernikahan.
- Lakukan banyak kesibukan
Ini hal yang paling keras saya lakukan. Menulis adalah salah satu upaya menyibukkan diri. Mungkin untuk yang tidak suka menulis bisa lakukan hobi lainnya.Â
Melakukan hobi selain untuk menghabiskan waktu yang senggang, juga bisa mengurangi rasa lelah, menyenangkan hati, dan yang pasti mengurangi pikiran-pikiran jelek tentang pasangan. Kesibukkan yang dilakukan juga bisa bersama teman-teman atau keluarga lain, yang pasti manfaatkan momen itu untuk melupakan rasa kesepianmu.
- Jangan menceritakan rasa kesepian dalam rumah tangga pada orang yang salah
Dalam pernikahan, perselingkuhan adalah permasalah yang sangat ditakuti. Dan rasa kesepian dalam pernikahan bisa menjadi salah satu pemicunya. Ingat kata pepatah "rumput tetangga jauh lebih hijau dan indah daripada rumput di halaman sendiri" Hal itu yang bisa muncul ketika kita dalam kondisi merasa kesepian.Â
Boleh saja kita bercerita tentang rasa kesepian pada orang yang kita percaya, bisa sahabat, keluarga (orang tua/kakak/adik) atau bisa juga ke konsultan pernikahan. Namun jangan coba-coba menceritakan hal itu pada lawan jenis, apalagi yang memiliki keluhan yang sama dalam pernikahan. Hal itu bisa menjadi awal mula terjadinya perselingkuhan.
- Kenali rasa sepi atau kesepian?
Ada sejumlah suami atau istri yang terkadang terlalu berlebihan dalam menyikapi rasa sepi. Padahal jika perasaannya sedang baik-baik saja, kesepian itu justru tak terasa. Namun ketika hati atau kondisi mental sedang tidak baik-baik saja, perasaan itu makin membuncah dan mulai menganggu ketenangan. Coba pahami dulu apakah yang dirasakan benar-benar sebuah kesepian atau hanya rasa sepi belaka?
- Belajar berdamai dengan kesepian
Sesungguhnya rasa sepi memang tidak bisa dihindari. Kita semua pasti akan mengalaminya. Entah ketika pasangan lebih dulu kembali ke Maha Pencipta, atau ketika anak-anak sudah besar dan sudah punya keluarga masing-masing, atau pasangan memang sudah tak ada cinta lagi.Â