Bergabung dengan Komunitas
Setelah mendapatkan Freez beberapa kali, saya tak lantas menjadi puas. Saya bergabung ke sebuah komunitas bernama ID Kita Kompasiana gagasan Bapak Tovanno Valentino dan Ibu Christie Damayanti. ID KITA Kompasiana yakni sekumpulan kompasianer yang peduli tentang internet sehat. Para member di sana diharapkan rajin mengadakan agenda penyuluhan internet sehat ke lingkungan di sekitarnya. Mulai dari lingkungan rumah, sekolah, tempat kerja dan lainnya. Â ID Kita Kompasiana juga melibatkan anak-anak sekolah untuk mejadi Duta ID Kita. Di momen masuk dalam komunitas itulah saya mulai lebih mengenal dunia luar melalui Kompasiana. Di satu kesempatan, ID Kita Kompasiana bekerjasama dengan Kementrian Komunikasi dan Informasi yang kala itu dipimpin oleh Bapak Tifathul Sembiring juga Ibu Dewi Motik. Mimpi apa saya bisa berjabat tangan dengan dua orang hebat di Indonesia? Betapa kesempatan itu terbuka tanpa disangka. Tapi sayang sekali, Komunitas ID Kita Kompasiana saat ini sudah non aktif karena beberapa pengurusnya sudah berpencar entah kemana. Yang masih saya lihat ada di Kompasiana hanya Pak Dosen Armand yang selalu saya sapa dengan sebutan Om Armand.
Masih soal komunitas, walau saya tak lagi sering menulis fiksi, namun cinta saya pada fiksi tak pernah pudar. Saya bergabung dengan komunitas Pulpen Kompasiana yang diketuai oleh Bang Edward Horas. Komunitas Pulpen secara rutin membuat event kepenulisan yang memacu semangat para pegiat fiksi kompasiana untuk terus menulis. Alhamdulillah saya pernah merasakan menjadi juara 1 dalam salah satu event-nya. Tak hanya event menulis, sering juga Pulpen mengadakan pertemuan via zoom untuk memberikan materi tentang ilmu-ilmu menulis fiksi dengan mendatangkan narasumber yang mumpuni dan tak diragukan lagi kemampuannya. Member Pulpen ini sudah ribuan, lho. Yang belum bergabung wajib masuk, deh.
Komunitas lainnya yang membuat jalan hobi saya semakin terbentang adalah Komunitas Traveller Kompasiana atau Koteka yang digawangi oleh Mbak Gaganawati Stegmann dan Ibu Palupi. Koteka merupakan wadah untuk para kompasianer yang ingin berbagi kisah tentang aktivitas jalan-jalan baik dalam dan luar negeri. Komunitas ini juga kerap mengajak para membernya untuk tur ke tempat-tempat unik di Indonesia. Dari Koteka ini saya berkenalan dengan salah satu agen wisata yang ada di Jakarta pimpinan Kompasianer Mbak Ira Latief, yang saat ini sering mengajak saya untuk bergabung dalam kegiatan tur mereka. Dari agen wisata itu saya bisa kenal dengan banyak Tour Guide (TG). Saya tahu apa suka dukanya menjadi TG dan bagaimana agar bisa menjadi TG.
Setelah mengenal Koteka, saya bisa kenal dengan lebih banyak lagi kompasianer yang awalnya hanya saya tahu namanya saja. Seperti om Taufik Uieks, om Sutiono Gunadi, om Rahab Ganendra, Ibu Muthiah Alhasany, om Jay, Bunda Elisa Koraag, bahan tulisan saya jadi makin banyak. Sudah diajak jalan gratis, dikasih jajan, dapat bahan tulisan, kurang apa lagi coba?
Centang Biru
Momen bergabung dengan komunitas Koteka ini saya manfaatkan untuk mengejar centang biru. Hahhahaa. Jujur, saya pernah merasa kecil hati ketika salah seorang kompasianer yang menyindir saya, "Nulis dari 2011 kok nggak centang biru?" Duh, magdeg rasanya. Mungkin beliau sedang bercanda, hanya candaanya di forum sehingga saya merasa malu.
Dengan penuh tekad dalam hati, "saya harus bisa centang biru segera" maka saya makin rajin menulis. Alhamdulillah tidak ada yang sia-sia. Di bulan November 2023, ceklis biru itu muncul di sebelah nama saya. Bangga? Jelas! Artinya saya konsisten menulis, sesuatu yang awalnya sulit dilakukan karena saya juga bekerja lebih dari 8 jam sehari.