Teman lama kembali bertemu, lumrah saja. Banyak terjadi di belahan dunia mana pun. Namun bagaimana teman lama yang sebelumnya hanya sekadar tegur sapa lalu mencoba untuk saling membuka diri dan bercerita tentang kehidupan masing-masing. Ya, hanya sekadar bercerita.
Pertemuan Pertama
Dia di depanku, benar-benar di depan mataku. Bahkan aku bisa menghirup parfumnya dalam-dalam. Ini bukan situasi biasanya seperti ketika aku melihatnya duduk di belakang drumnya, atau ketika kami sedang kumpul bersama kawan-kawan yang lain. Tapi malam ini kami memang sengaja membuat janji temu. Hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Rasanya seperti akan menjumpai seorang pria dari aplikasi kencan, aku sibuk memilih kata-kata agar perjumpaan kami tidak canggung. Namun, semakin aku berusaha mencari ide pembahasan, justru ide itu seakan menguap dari otak. Sial!
"Eh, ketemu juga sama Dita, apa kabar?" Sebuah sapaan yang rasanya ingin ku tertawakan. Bagaimana tidak? Beberapa minggu ini kami sudah sering ngobrol melalui pesan singkat.
"Eh, ada Ali. Kabar baik, keluarga sehat?" seketika tawa kami pecah tak tertahankan. Persoalan keluarga adalah salah satu pembahasan kami tiap malam. Tidak ada pernikahan yang sempurna, dan kami sama-sama merasakannya.
Ali bercerita bagaimana ia merindukan masa muda; menjadi anak band, nongkrong tiap malam, dan sejumlah aktivitas anak muda pada umumnya.
Kami tumbuh dan besar di sebuah lingkungan yang bisa dibilang cukup menyenangkan. Ketertarikan pada musik membuat kami saling mengenal. Kebetulan kami juga punya tanggal kelahiran yang dekat jaraknya tentunya zodiak kami pun sama. Aku dan Ali pernah punya mimpi untuk merayakan ulang tahun bersama yang sampai saat ini belum pernah ada wujudnya.
Ternyata tak seburuk yang kubayangkan, obrolan kami terbilang cukup lancar, sama lancarnya ketika berbincang melalui gawai. Selalu ada pembahasan yang bisa kami pikirkan dan tertawakan bersama. Walau yang dibahas hanya itu-itu saja, namun rasanya tetap menyenangkan. Entah pengaruh dari suasana atau lawan bicaranya, entah...
Setelah malam itu, kami semakin intens berkomunikasi. Yang mulanya bicara tentang topik tertentu, berubah menjadi hal-hal receh seperti mengingatkan makan atau sekadar pamer foto kopi yang sudah dingin karena lambat diminum. Kami juga kerap menebar kata-kata romantis yang kadang kami tertawakan sendiri. Konyol tapi sangay menyenangkan.