Kembali pada film Si Pitung yang dibintangi oleh mendiang Dicky Zulkarnaen, infonya film tersebut bukan sebuah film dokumenter melainkan film yang berdasarkan imajinasi sang sutradaranya, Nawi Ismail. Namun faktanya, masyarakat sudah terlanjur 'jatuh cinta' dengan hal-hal yang dimunculkan dalam film tersebut.
Pada film-nya, sosok Si Pitung adalah seorang pria gagah perkasa yang memiliki ilmu bela diri. Namun dari beberapa sumber mengatakan Pitung adalah singkatan dari frasa Jawa "pituan pitulung" yang berarti "tujuh sekawan tolong-menolong". Sehingga bisa diartikan bahwa Pitung ini bukanlah nama orang melainkan sebutan untuk sebuah kelompok.
Informasi dari Bang Tama, salah satu anggota Pitung yang diketahui nama aslinya ialah Raden Mas Ahmad Nitikusumah. Diperkirakan Pitung lahir di Rawa Belong pada tahun 1866. Ia dikatakan memiliki ayah berdarah Banten bernama Piung dan ibu berdarah Betawi bernama Supinah.
Sejak kecil Pitung mengenyam pendidikan mengaji dan bela diri di sebuah Madrasah milik Haji Naipih. Salah satu ilmu bela diri yang dipelajari adalah ajian Rawa Rontek yakni sebuah ilmu yang mampu membuat si pemiliknya akan hidup abadi. Satu-satunya cara untuk mengalahkan ajian ini adalah dengan menggantung tubuh pemiliknya sampai benar-benar mati. Karena diyakini siapapun yang memiliki ilmu yang berasal dari jaman Jawa Kuno ini tak boleh dikubur dalam tanah karena hal itu justru akan membuatnya hidup kembali.
Mulanya ilmu bela diri yang dimilikinya digunakan hanya untuk menjaga diri, namun karena sebuah kejadian pencurian hewan ternak milik ayahnya, Pitung akhirnya menggunakan kemampuannya untuk merebut kembali apa yang menjadi miliknya. Tak sampai di situ, keinginan Pitung akhirnya berkembang, tak hanya mengambil hak keluarganya, ia juga merampok para tuan tanah yang sudah merenggut harta masyarakat pribumi di Hindia Belanda. Oleh karena itu, Pitung dikenal sebagai perampok oleh pihak kompeni dan dianggap pejuang oleh pribumi.
Berdasarkan cerita Bang Tama dan berbagai sumber yang saya baca, saat itu berbagai cara dilakukan untuk menangkap Pitung. Salah satunya dengan mencari tahu kelemahannya. Terdapat banyak versi juga mengenai ini. Ada yang mengatakan bahwa sosok Haji Naipih (gurunya) yang justru membongkar rahasia kelemahan Pitung setelah mendapat tekanan dari kompeni. Ada pula versi lain yang menyatakan bahwa sahabat-sahabat Pitung sendiri yang membongkar rahasia tersebut.
Namun dari berbagai versi tersebut merujuk pada sebuah benang merah bahwa Pitung dikabarkan tewas karena peluru emas milik Adolf Wilhelm Verbond Hinne, seorang polisi hutan yang memiliki ayah berdarah Prancis dan ibu berdarah pribumi.
Sejak jasadnya dikubur, makam Pitung dijaga ketat para tentara kompeni, hal ini berhubungan dengan ajian Rawa Rontek yang dimilikinya. Mereka khawatir jasad Pitung akan kembali bangkit.
Ada sejumlah orang yang meyakini keberadaan makam Pitung terletak di daerah Kebon Jeruk Jakarta Barat. Yang kemudian jalan tersebut diberi nama Jalan Bang Pitung. Di lokasi tersebut terdapat sebuah makam yang belum bisa diyakini keabsahannya bahkan oleh pemerintah bahwa memang terdapat jasad Pitung di dalamnya. Namun, jika rekan-rekan ingin ke sana, lokasinya berada di Jalan Bang Pitung No.7, RT.1/RW.1, Kelurahan Sukabumi Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Peninggalan Sang Jawara di Rumah Si Pitung
Di lahan ini terdapat 3 bangunan yakni, Rumah Si Pitung, Musholla, dan ruang serba guna.