Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengunjungi 3 Rumah Ibadah Lintas Agama dalam Balutan Kebhinekaan

24 November 2023   17:28 Diperbarui: 24 November 2023   17:44 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sabtu, (18/11/2023) para peserta diarahkan untuk menuju titik kumpul pertama yakni, Gereja Katedral. Gereja ini terletak Jl. Katedral No.7B, Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat.

Bicara tentang sejarahnya, ternyata bangunan ini adalah bangunan kedua dari Gereja Katedral. Sebelumnya pernah dibangun Gereja Katedral pertama (yang dulunya rumah Jenderal De Kock) di area pojok lapangan Banteng. Umat katholik tidak mendapatkan bangunan tersebut secara cuma-cuma, mereka membelinya seharga 20.000 gulden dari pemerintah Hindia Belanda. Gereja tersebut diresmikan pada Februari 1810.

Sayangnya, kemudian gereja ini akhirnya mengalami kebakaran besar pada 27 Juli 1826  yang juga ikut menghabiskan lebih dari 100 rumah penduduk yang ada di sekitarnya. Tak hanya itu, pada tanggal 31 Mei 1890 bangunan gereja itu pun sempat roboh.

Setelah gereja Katedral pertama tak lagi bisa digunakan, maka lokasinya akhirnya berpindah ke Gereja Katedral kedua ini yang bernama resmi  Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga. Gereja ini dibangun pada 1901 dan dirancang oleh seorang Pastor yang memang belajar ilmu arsitektur bernama Antonius Dijkmans. Rancangan bangunan ini bergaya neo-gotik (berasal dari kata Gothic) yang kala itu sedang menjadi trend di Eropa. Ciri khas bangunan neo-gotik berciri khas eksotis. Dengan kapasitas yang bisa menampung sekitar 2.500 orang.

Di Gereja ini juga tedapat museum. Pembuatan Museum Katedral diprakarsai oleh Pastor Kepala Katedral pada waktu itu, yaitu Pater Rudolf Kurris yang berasal dari Belanda. Museum ini diresmikan pada tanggal 14 November 2018 oleh Mgr. Ignatius Suharyo.

Di dalam museum ini terdapat kilasan diografi Pastor Kurris. Beliau seorang pecinta sejarah yang juga memiliki hobi menulis. Ada pula koleksi mesin tik yang pernah digunakan Pastor Kurris, pakaian dan kacamata yang biasa beliau pakai. Adapula diorama Patter Bonneke S.J yang tengah duduk di atas replika perahu belo. Patter Bonneke tenggelam di selat Lobetobi, Larantuka.

Dan masih banyak koleksi lainnya yang membuat museum ini sangat layak dikunjungi bahkan tak hanya bagi kaum Nasrani.

Masjid Istiqlal


Sumber: Grup WKJ
Sumber: Grup WKJ

Masjid Istiqlah dalam Bahasa Arab berarti Masjid Kemerdekaan. Pembangunan masjid ini diawali dengan ide pembentukan sebuah organisasi bernama yayasan Masjid Istiqlal pada tahun 1953. Ide itu diprakarsai KH. Wahid Hasyim selaku Mentri Agama RI, H.Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan dan sekitar 200 tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqorrahman. Setahun kemudian akhirnya gagasan tersebut terealisasi pada 7 Desember 1954.

Penunjukkan lokasi pembangunan yang awalnya sempat menuai perdebatan di antara kedua pemimpin negara Indonesia yakni, Bung Karno dan Bung Hatta akhirnya mendapatkan kesepakatan bahwa Masjid Istiqlal ini akan dibangun berseberangan dengan Gereja Katedral yang berlokasi di Jl. Taman Wijaya Kusuma, Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Hal itu bukan tanpa alasan memilih titik ini, Bung Karno memiliki tujuan agar kehidupan bertoleransi antar umat beragama bisa dilihat dari dua bangunan yang saling berhadapan ini.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun