Keuntungan yang saya rasakan, antara lain:
- Efisiensi Waktu
Senin s/d Jumat saya menghabiskan waktu kurang lebih 9 jam di luar rumah. Sementara Sabtu dan Minggu adalah waktu untuk keluarga. Rasanya tubuh ini sudah lelah sekali jika saya harus mengunjungi pasar. Jika saya belanja secara online, saya bisa sambil main dengan anak-anak atau sambil mengerjakan pekerjaan rumah yang lain.
- Banyak harga promo dan diskon
Semakin banyak item yang kita pilih maka kemungkinan mendapatkan diskon pun akan semakin besar. Ditambah lagi banyak yang menyediakan bebas ongkos kirim dengan syarat tentunya.
- Memanfaatkan fasilitas paylater dari marketplace
Inilah yang terfavorit. Di marketplace yang saya gunakan, akun saya mendapatkan fasilitas itu. Sebagai ibu-ibu tentunya hal ini tak boleh dibiarkan begitu saja, donk.Â
Â
- Pola Pembayaran
Kita bisa memilih pola pembayaran yang kita mau, bisa Cash on Delivery yakni dibayarkan setelah barang sampai, bisa juga menggunakan sistem pembayaran online yang sudah beragam jenisnya.
- Menjaga diri dari cuaca ekstrim dan virus yang banyak bermunculan
Hal ini menjadi concern paling penting. Kita sedang berada di era semua virus bebas keluar masuk tanpa permisi. Sebagai ibu, menjaga kesehatan itu sangat penting. Ada suami dan anak-anak yang membutuhkan kita. Saya kutip sebuah kata bijak "Ibuku adalah akarku, pondasiku. Dia menanam benih yang mendasari hidup saya, dan itu adalah keyakinan bahwa kemampuan untuk mencapai dimulai dari pikiran Anda." -Michael Jordan
Namun, tak ada yang sempurna dalam hidup, termasuk pola belanja sayur mayur secara online ini. Beberapa kekurangan yang mungkin terjadi antara lain :
- Jenis, kualitas dan kuantitas barang tidak sesuai
- Waktu pengiriman yang terlambat
- Complaint yang tidak diselesaikan dengan baik oleh pihak penjual
Melihat dari pengalaman penutupan Tiktok Shop (sebelum akhirnya dikabarkan banyak hal lain yang jadi alasan fasilitas itu ditutup) terlihat ada dua kubu yang tengah berseteru. Satu pihak merasa keberadaan transaksi jual beli online yang notabene lebih modern dianggap mematikan pasaran pengusaha yang tetap kekeuh pada bisnis konvensional. Sementara ada pihak yang dengan pikiran yang terbuka pada akhirnya harus merugi karena pemerintah yang terkesan berat sebelah dalam mengambil keputusan.
Seharusnya pemerintah bukan hanya mencari kekurangan pihak yang dituding merugikan. Namun lihatlah system yang mereka gunakan dan kenapa cukup dinikmati?Â
Mungkin salah satu alasan yang melatarbelakangi kesenjangan ini adalah minimnya informasi tentang Literasi Finansial yang sampai saat ini masih jarang disosialisasikan.Â
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep, risiko, dan keterampilan konteks finansial. (sumber: https://ditpsd.kemdikbud.go.id/)
Aspek-aspek yang bisa dipelajari dari literasi jenis ini salah satunya adalah mengenalkan literasi digital online yang berkenaan dengan manfaat berbisnis online dalam upaya efisiensi sebagai jantung ekonomi. Di sini para pengusaha baik mikro besar maupun kecil akan diberikan pemahaman mendasar bagaimana cara mengelola bisnis online dengan benar. Mulai dari mengenalkan atau mengajarkan bagaimana bertransaksi online yang aman, penggunaan sistem pembayaran online, cara memasarkan produk secara online, dan lain sebagainya.
Pemerintah pun tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan adanya pihak yang bisa diberdayakan sebagai penyuluh untuk kegiatan literasi finansial ini. Manfaatkan keberadaan Gen Z dan Generasi milenial yang dianggap lebih mudah menerima perkembangan teknologi. Didik mereka sebagai agen literasi yang bisa memberikan informasi yang harus disesuaikan dengan kebudayaan masyarakat yang menempati masing-masing daerah agar maksud dan tujuan yang diharapkan bisa dipahami secara menyeluruh. Jangan lupa, libatkan pihak bank atau pemodal lain untuk mendukung bisnis UMKM ini. Mungkin, dengan adanya sinergi semacam ini, bisa terealisasi peningkatan taraf ekonomi yang sesuai harapan bersama.
Karena, Memaksa orang untuk menerima perubahan tanpa memberikan pemahaman yang matang sama halnya dengan memerintahkan orang berperang tanpa melengkapinya dengan senjata.Â
-Ajeng Leodita-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H