Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Media Sosial, Pilihan Menjalankan Backburner Relationship Paling Aman

7 Oktober 2023   14:57 Diperbarui: 7 Oktober 2023   22:41 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ungkapan bahwa, media sosial mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat itu ada benarnya, lho. Orang memanfaatkan media sosial untuk banyak hal dalam hidup. Mengekspresikan diri, mempromosikan bisnis, mencari pekerjaan, membentuk komunitas, berinteraksi dengan banyak orang, hingga mencari kekasih cadangan, loh, kok?

Begini, begini ...

Sudah tahu atau pernah dengar istilah Backburner relationship? Ini adalah sebuah hubungan antar dua orang yang dilakukan dengan atau tanpa ikatan, tapi bukan jadi yang utama namun hanya sebagai pilihan kedua (cadangan) saja. 

Keduanya berusaha menciptakan chemistry di belakang pasangan resmi. Hal ini dianggap sebagai sebuah langkah antisipasi jika mungkin suatu saat pasangan resmi meninggalkan maka masih ada pacar cadangan yang siap sedia. Bisa dianggap juga sebagai sebuah hubungan pelarian dari sebuah hubungan inti yang membosankan.

Sebenarnya istilah kekasih cadangan ini sudah lama muncul di Indonesia. Ada yang tahu lagu Lelaki Cadangan dari T2 alias Tika dan Tiwi? Potongan liriknya seperti ini,

https://sigmainteraktif.com/
https://sigmainteraktif.com/

Kutuliskan sebuah cerita cinta segitiga

Di mana akulah yang jadi peran utama

Aku tak dapat membohongi segala rasa

Aku mencintai dia dan dirinya

Lagu yang rilis di tahun 2007 itu mengisahkan tentang seorang wanita yang memiliki pacar cadangan di belakang pacar resminya. Hal itu secara jelas disadari oleh si pria cadangan, kok bisa? Katanya, cinta itu tak pakai logika sehingga hal itu sangat bisa saja terjadi, kan?

Saya mau bagi-bagi kisah pribadi. Waktu itu saya sedang memiliki hubungan yang serius dengan seorang cowok berinisial A. Namun, jujur saya merasa sangat tidak percaya diri jika gabung dengan circle-nya yang berisi anak-anak dari salah satu kampus swasta termahal di Jakarta. 

Walau pasangan si A ini terus meyakinkan bahwa tidak seharusnya saya merasa insecure dengan kondisi itu, tapi sebagai orang yang tumbuh dan besar di pinggiran Jakarta membuat saya tak bisa melepaskan diri dari rasa rendah diri. Hal itu berlangsung selama dua tahun. 

Lama-lama saya tidak tahan juga dengan kondisi ini, akhirnya saya menceritakan keresahan itu pada seorang sahabat lama. Sebut saja di si BN, yang notabene kami memang cukup akrab saat duduk di bangku sekolah menengah pertama. Mungkin karena dia yang lebih tahu bagaimana proses saya berkembang dari sejak jaman sekolah, dan bagaimana lingkaran pergaulan saya, akhirnya saya merasa menemukan kenyamanan itu lagi. 

Obrolan kami masih sama, menertawakan hal yang sama berulang-ulang. Untuk sebagian orang mungkin itu terkesan buang waktu. Tapi bagi saya itu menyenangkan.

Mulai dari situ kami pun akhirnya membuat kesepakatan tidak tertulis, bahwa jika saya tidak jadi menikah dengan si A atau jika terjadi apa-apa dengan hubungan kami, maka satu-satunya pengganti adalah si BN ini. 

Anehnya, BN ini mau saja menerima kesepakatan itu. Mulanya BN ini jomblo, alias tidak punya pacar, namun seiring berjalannya waktu, mungkin dia juga mau punya pasangan yang "sedikit lebih jelas", dia sempat ajak saya bicara tentang niatnya untuk membangun hubungan dengan perempuan lain. Saya iyakan tanpa pikir panjang. Toh, saya juga punya pacar, rasanya nggak fair kalau saya melarangnya punya kekasih yang nyata.

Selang beberapa bulan, saya dan BN mulai jarang berkomunikasi. Ditambah lagi dengar dari beberapa teman yang tidak tahu kami ada "sesuatu" bahwa antara BN dengan pacarnya semakin intim saja. 

Saat itu jujur saya mulai merasakan kehilangan sosoknya. Saya jadi cemburu nggak karuan. Padahal kami tak punya ikatan yang jelas. 

Saya jadi keki sendiri, mau marah malu, nggak marah rindu, eakkkk. Saya mulai menyadari, hubungan semacam ini bukan jalan keluar, melainkan masalah yang justru baru saya mulai.

Kembali lagi ke pembahasan backburner ini, secara manusiawi, siapa sih yang nggak mau dicintai 2 orang sekaligus dalam wakitu yang sama? Ini lepas dari yang dicintai punya perasaan yang sama atau tidak, ya. 

Secara manusiawi baik pria maupun wanita  akan lebih memilih dicintai dari pada mencintai. Banyak yang bilang mencintai itu melelahkan, lebih sering cemburu dan curiga, harus melakukan banyak effort untuk keberlangsungan hubungan, dan selalu punya rasa takut ditinggalkan. Hal itu tentunya sangat menyita pikiran dan kesabaran.

Saat insecurity itu muncul, ada sebuah motivasi dalam diri untuk mencari orang lain sebagai pelarian. Biasanya backburner relationship ini terjadi pada dua orang yang tengah mengalami masalah yang sama dalam hubungan resmi mereka. Kesamaan minat memang selalu mampu memunculkan sebuah ikatan yang kuat.

Menurut Study Finds, istilah backburner relationship ini mulai hadir ke permukaan semenjak adanya pandemi. 

Apa sebab?

Coba kita ingat-ingat masa itu, bagaimana dunia seakan lumpuh. Kita sulit kemana-mana, melakukan segala aktivitas hanya dari rumah, untuk sebagian orang yang tiap harinya selalu melakukan banyak rutinitas kondisi tersebut bisa menciptakan kejenuhan tingkat tinggi.

Tak pelak hal ini juga dialami oleh mereka yang sudah memiliki pasangan. 24 jam penuh harus bertemu dengan orang yang sama. Belum lagi saat pandemi, baik suami ataupun istri harus dirumahkan sampai batas waktu yang tak bisa ditentukan. Ditambah lagi tak ada uang masuk dalam rekening. Untuk yang tak bisa menahan diri rasa jenuh jadi kian besar.

Dilansir dari BBC Science Focus Magazine, seperti lapar, haus, dan kesepian, kebosanan adalah perasaan negatif yang mendorong kita untuk mengubah perilaku. (kompas.com)

Jangan lupa, frustasi dan depresi juga termasuk dalam dua hal pemicu rasa bosan.

Saat pandemi covid, untuk mayoritas orang, media sosial adalah satu-satunya ruang membebaskan diri dari kebosanan. Hal itu pun yang menjadi pemicu untuk mencari lawan bicara lain yang sekiranya dapat menawarkan sebuah pembahasan yang berbeda. Tak bisa dipungkiri rasa tertarik bisa dimulai dari membangun sebuah komunikasi yang asik.

Backburner relationship ini tidak terpaku pada siapa yang jadi tujuan untuk dijadikan cadangan. Bisa orang yang baru dikenal, bisa orang-orang dari masa lalu yang kembali muncul ke permukaan.

Kenapa orang yang menjalankan backburner relationship lebih menonjol melakukannya di media sosial?

Media sosial dirasa paling aman. Tanpa bertemu muka, tanda ada interaksi fisik, dan media sosial memang terkesan bias untuk menutupi ketertarikan kita pada sesuatu. Pelaku backburner juga bisa menggunakan akun palsu untuk melancarkan hubungan gelap ini demi mengamankan diri dari pasangan utama. 

Media sosial juga tempat paling aman untuk berpura-pura membagikan aktivitas keseharian seseorang, yang ternyata hanya sebagai bentuk update pada kekasih cadangannya, nah, lho. Coba cek akun pasanganmu, doi aktif di medsos karena apa gerangan? Hahahaa.

Tapi, tidak semua orang yang sedang menjalani hubungan semacam ini bisa berpikir secara jernih. Mereka lupa bahwa kesan cadangan itu memberikan banyak sekali kemungkinan tidak enak ke depannya. Bahkan ada yang sampai 100% yakin bahwa kelak dirinya yang akan dijadikan sebagai tujuan hidup.

Untuk yang sedang menjalani hubungan semacam ini coba simak ciri berikut :

  • Apakah Anda pernah diajak menikmati momen penting dalam hidupnya?
  • Apakah Anda pernah ditawari atau diajak menemui keluarga besar terutama orang tuanya?
  • Apakah Anda pernah diajak berdiskusi membahas masa depan?
  • Apakah dalam moment terbaik hidup Anda dia lebih sering muncul lebih dulu dari pada diingatkan sebelumnya?
  • Apakah dia lebih sering membatalkan janji dengan pasangan resminya dibanding dengan Anda?
  • Apakah dia lebih senang berinteraksi di dunia nyata dengan Anda dari pada dunia maya?

Jika semua jawaban mengacu pada kata TIDAK, selamat, Anda benar-benar hanya dijadikan pelarian. Hhehee.

Namun hal itu kembali lagi pada sesiap apa mental Anda menerimanya. Ada kok yang memang diberi kesabaran luar biasa untuk ditempatkan sebagai cadangan.

Lantas jika sudah terlanjur menjalankan backburner relationship bagaimana cara menyudahinya?

Untuk permasalahan cinta kita harus sangat hati-hati dalam melangkah. Ini sudah masuk ke ranah perasaan. Orang bisa lebih nekad jika sudah urusan kecewa. Lakukan semua secara bertahap. Mulai dari mengurangi komunikasi intens, mengurangi perhatian secara perlahan. Alihkan pembahasan ke hal-hal yang bersifat lebih umum dari pada yang berfokus pada hubungan. Hilangkan panggilan-panggilan sayang yang kerap diciptakan oleh dua orang yang tengah menjalin hubungan lebih dari teman.

Ingat, hubungan lain di luar hubungan inti yang dibumbui rasa sayang dan cinta tetap adalah sebuah bentuk perselingkuhan. Jangan hanya berlandaskan rasa bosan, lantas Anda menghalalkan segala cara. 

Selesaikan dulu yang masih ada, baru memulai dari awal dengan yang lainnya. Bayangkan jika pasangan Anda tahu tentang ini? Jangankan dapat salah satunya, kehilangan keduanya malah menjadi kemungkinan yang lebih besar.

Oh, ya. Soal si BN pada kisah saya di awal, akhirnya saya nggak melanjutkan kedekatan kami. Untungnya kami tidak sulit untuk menyelesaikan backburner relationship ini, karena saat itu kami sama-sama menyadari bahwa memang tidak ada tujuan serius dari hubungan ini.

Salam sayang,

Ajeng Leodita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun