Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sebuah Lesehan di Jogja, Membuktikan Hukum Tabur Tuai Itu Bekerja

25 September 2023   16:17 Diperbarui: 8 Oktober 2023   12:51 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah suatu hari saya datang dan nggak punya uang. Pakdhe Kampret melihat gelagat bokek saya yang memenuhi ekpresi diri ini. Tanpa saya pesan tahu-tahu sudah ada seporsi nasi goreng teri yang disajikan di depan mata, lengkap dengan es jeruk. Pakdhe itu selalu hafal kebiasaan pelanggan.

Antara malu dan lapar, saya pilih malu saja. Tanpa basa basi saya langsung habiskan seporsi sendirian. Urus bayar pikir belakangan.

Setelah saya selesai makan, pakdhe mendekat. Sebenarnya saya ketar ketir disuruh bayar, tapi ternyata bukan itu.

Masih saya ingat sekali kalimatnya, "Puluhan tahun Pakdhe jualan, ngalamin anak kampus gonta ganti tiap tahun, yang semodel kamu itu banyak."

Saya berpikir keras saat itu. Tapi namanya wong lagi kere itu suka baperan, jadi saya langsung paham maksudnya. Saat itu saya sudah pegang ponsel, rencana mau nekad kirim SMS ke orangtua minta tambahan uang jajan. Jujur saya malu banget, padahal belum jelas arah pembahasan Pakdhe Kampret ini ke mana.

"Anak kampus nggak punya uang itu biasa. Namanya ke sini buat belajar bukan buat kerja. Kamu kalau besok-besok nggak ada uang, bilang, ya. Kalau cuma ma'em aja Pakdhe bisa sediakan. Tapi kan tahu kalau Pakde buka warungnya malam, jadi ya tunggu, itung-itung kayak puasa Ramadan,"

Rasanya bagai tersambar bule malam hari di Malioboro dengar ucapan Pakdhe, orang yang belum lama kenal sudah memperlakukan saya sebaik ini.

Jujur, mau nangis rasanya saat itu.

Sejak hari itu kalau saya kehabisan uang dan lapar ya saya langsung datang. Bukan aji mumpung, karena saya minta pakdhe hitung, nanti saat uang bulanan saya ditransfer langsung saya bayar. Tapi saya pun memutuskan untuk jadi freelance di salah satu optik yang cabangnya banyak di Jogja. Jadi kalaupun saya kasbon ya nggak banyak-banyak juga karena saya punya gaji, hehehe.

Sebenarnya soal memberi makan anak kos dari luar kota ini juga sudah dilakukan lebih dulu oleh kakek saya. Bedanya, kakek saya di Jakarta. 

Waktu itu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Rumah kami di Rawamangun. Banyak anak kampus di IKIP Jakarta (sekarang UNJ) yang kos di lingkungan rumah kami, termasuk di rumah kakek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun