Hai, salam kenal. Aku adalah anak asuh Pak Selong dan Bu Tindoh, sepasang suami istri asli Kalimantan yang mengabdikan diri sebagai petani. Terhitung kebersamaan kami sudah 3,5 tahun. Keduanya merawatku dengan sepenuh hati. Setiap pagi dan sore mereka mengunjungiku. Memastikan aku tidak kekurangan cairan. Mereka juga memeriksa kemungkinan adanya pengganggu di sekitarku. Mereka selalu menyiapkan senjata untuk menjagaku.
Aku adalah generasi termuda kelapa sawit di lahan perkebunan yang diolah oleh Pak Selong dan Bu Tindoh. Nama latin spesiesku, Elaeis Guineensis. Kami adalah keturunan genus Elaeis. Seseorang bernama Nicholas Jacquin yang pertama kali menemukan nenek moyangku di Nigeria, Afrika Barat pada tahun 1763.
Keluarga kami adalah tumbuhan monokotil. Sama seperti tumbuhan lain, kami pun memiliki akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. 85 tahun sejak nenek moyangku ditemukan di Afrika, ada seorang keturunan Belanda membawa keturunan nenek moyangku ke negara kalian. Ya, Tuan Mauritus Amsterdam namanya. Beliau yang membawa kami akhirnya kenal dengan tanah Indonesia. Iklim kalian yang tropis membuat kami tumbuh dengan subur.Â
Pepatah lama bilang, "Kalau jodoh itu nggak akan kemana." sepertinya cocok menggambarkan perkenalan ini. Spesies kami dan Indonesia sangat cocok, saking cocoknya, negara kalian menjadi penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Hebat, kan?
Biarpun hanya sekelas tumbuhan tapi keturunan Elaeis Guineensis termasuk saksi sejarah bangsa kalian juga, lho. Karena kami ada sejak jaman penjajahan Jepang dan Belanda. Tapi sayangnya, saat mereka menduduki Indonesia keberadaan spesies kami mengalami penyusutan sehingga tak bisa berproduksi secara maksimal. Entah, mungkin mereka tak peduli akan keberadaan kami yang sebenarnya sangat penting ini.
Tetapi aku senang, setelah kemerdekaan bangsa kalian, perlahan tapi pasti keberadaan keluargaku diperhatikan lagi. Keluargaku dan bangsamu rasanya seperti orang pacaran yang CLBK. Cinta Lama Berkebun Kembali, he...he...he.
Berhubung ceritaku akan cukup panjang, ada baiknya kalian sediakan camilan atau kopi untuk menyimak ini.
Sebenarnya aku memiliki 2 saudara dari genus yang sama. Mereka bernama Elaeis Oleifera dan Elaeis Odora. Di antara kami bertiga, hanya Guineensis dan Oleifera yang dibudidayakan. Layaknya manusia, walaupun bersaudara, namun kami memiliki karakter yang berbeda satu dengan yang lain. Keunggulan spesiesku, kami memiliki tingkat produktivitas lebih tinggi, sehingga masyarakat kalian lebih suka membudidayakan kami. Namun bukan berarti Oleifera tidak punya keunggulan, kandungan asam lemak oleat dan linoleat lebih tinggi dari pada yang kami miliki.
Spesies Elaeis Guineensis memiliki 3 jenis cangkang. Dura, Pisifera, dan Tenera. Diantara 2 yang lain, Tenera bisa dikatakan paling hits di bumi Indonesia, karena Tenera adalah buah hasil persilangan dari buah sawit betina dura dan buah jantan. Cangkangnya tipis tapi buahnya besar. Walaupun bercangkang tipis tapi Tenera mudah memiliki keturunan alias fertil. Kayak manusia yang lupa program KB aja, ya? Ha...ha...ha.
Saat ini spesies kami tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Jambi, Aceh dan yang lainnya. Aku sendiri tumbuh di perkebunan kelapa sawit area Kalimantan. Sebagai makhluk Tuhan juga yang sama seperti kalian, aku pun tak bisa hidup sendiri. Aku tetap membutuhkan bantuan.Â