Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati "Me Time" bersama Koteka

18 September 2023   00:16 Diperbarui: 18 September 2023   00:25 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan laporan The Least and Most Stressful Cities Index 2021, Jakarta berada di urutan ke 9 dari 10 kota paling stress dunia.

Tak bisa dipungkiri, memutuskan untuk berkarier di Jakarta membuat saya sulit punya waktu untuk "meliburkan" diri. Senin sampai Jumat, 7 pagi -- 6 sore adalah waktu yang saya habiskan untuk bekerja. Macet dan polusi adalah makanan sehari-hari. Saya harus menempuh perjalanan 1,5 jam untuk berangkat dan 1,5 jam untuk pulang ke rumah. Kadang, tenaga dan mood kerja sudah habis saat sampai di kantor.

Sabtu dan Minggu adalah harinya keluarga. Bagi keluarga kecil kami, family time tidak selalu merujuk pada membuat acara di luar rumah. Anak pertama saya masih ada pelajaran tambahan dan ekskul. Mungkin karena dia lelah, sehingga kurang semangat di ajak keluar rumah. Belum lagi jika salah satu dari anak-anak ada yang sakit. Akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk berobat.

Kadang, saya ingin punya waktu untuk me time. Sejenak melepaskan diri dari urusan rumah tangga. Bukan saya bosan, tapi sebagai manusia yang sibuk selama satu minggu penuh kita butuh waktu untuk me-reboot otak. Hal ini berguna untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan produktivitas.

Gayung bersambut.

Iseng membuka halaman TEMU di Kompasiana. Saya malah menemukan salah satu komunitas yang istilahnya "gue banget". Tanpa pikir panjang langsung saya klik fitur join. Apa sebab?

Saat itu Koteka atau Komunitas Traveler Kompasiana mengadakan event Walking Tour Museum yang bekerjasama dengan Komunitas Wisata Jakarta.

Saya sangat suka kunjungan museum. Sejak dulu saya punya mimpi bisa berkunjung ke seluruh museum di Indonesia. Bagi saya museum adalah tempat untuk mendekatkan diri pada sejarah. Belajar dari buku sejarah saja rasanya belum cukup jika tidak melihat langsung benda-benda yang mengikuti perjalanan sejarah itu sendiri.

Lokasi pertama tujuan kunjungan bersama Koteka hari itu yaitu, Museum Perumusan Naskah Proklamasi (MPNP) yang terletak di Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat. Di sana saya bertemu Mbak Ira Latif sebagai perwakilan dari Koteka. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok dipimpin oleh seorang Tour Guide, sehingga kami mendapatkan penjelasan lebih dari sekadar tulisan-tulisan yang tertempel pada benda-benda sejarah di dalam sana.

Koleksi Pribadi / Ajeng Leodita
Koleksi Pribadi / Ajeng Leodita

Semula MPNP adalah rumah Laksamana Tadashi Maeda. Saya bisa merasakan euphoria saat berada di dalamnya. Bangunan itu menjadi saksi bagaimana Bung Karno dan Bung Hatta juga tokoh-tokoh lain mengupayakan realisasi proklamasi kemerdekaan bangsa ini. Walau sempat mengalami diskusi alot antara golongan tua dan golongan muda, akhirnya di 17 Agustus 1945 proklamasi itu dikumandangkan.

Lepas dari sana, kami langsung diarahkan menuju ke Taman Suropati dengan berjalan kaki. Taman yang dulu hanya sekadar tempat nongkrong buat saya, kini saya jadi tahu siapa pencetusnya dan bagaimana proses pembangunannya. Taman ini awalnya bernama Burgemeester Bisschopplein (sesuai dengan nama walikota asli Belanda yang saat itu menjabat di Hindia Belanda). Akan tetapi setelah kemerdekaan Indonesia, namanya diubah menjadi Taman Suropati yang berasal dari nama pahlawan, Untung Suropati. Jujur, dengan bergabung di Koteka dan mengenal Komunitas Wisata Jakarta membuat saya ingin tahu latar belakang pembangunan semua tempat wisata di ibukota ini.

Koleksi Pribadi / Ajeng Leodita
Koleksi Pribadi / Ajeng Leodita

Selesai dari Taman Suropati, acara jalan kaki dilanjut menuju area Jalan Surabaya. Miris melihat kondisi di sana sekarang. Ruko yang berderet-deret itu banyak yang tutup. Efek pandemi kemarin membuat banyak pengusaha gulung tikar. Kami hanya menemukan 3-4 toko saja yang masih beroperasi. 

Koleksi Pribadi / Ajeng Leodita
Koleksi Pribadi / Ajeng Leodita

Kami juga sempat berhenti sejenak di depan rumah mendiang Bung Hatta yang terletak di jalan Diponegoro no.57. 

Koleksi Pribadi / Rumah Bung Hatta
Koleksi Pribadi / Rumah Bung Hatta

Koleksi Pribadi / Rumah Bung Hatta
Koleksi Pribadi / Rumah Bung Hatta

Tujuan selanjutnya adalah pelataran Bioskop Metropole yang dulu bernama Bioskop Megaria yang dibangun pada 11 Agustus 1949 sampai dengan 1951. Tak ada jadwal masuk dalam bioskop, kami hanya diberi sedikit penjelasan tentang sejarahnya saja dan diberi waktu untuk sejenak berfoto, ada tujuan akhir yang menunggu.

Koleksi Pribadi / Ajeng Leodita
Koleksi Pribadi / Ajeng Leodita

Setelah berjalan kurang lebih 2 kilometer, kelompok kami pun sampai di Monumen Proklamasi. Di lokasi ini terdapat 3 tugu. Tugu Petir, Tugu Peringatan Ulang Tahun Proklamasi, dan Tugu Proklamator yang masing-masing memiliki maknanya sendiri.

Koleksi Pribadi / Tugu Petir
Koleksi Pribadi / Tugu Petir

Koleksi Pribadi / Tugu Proklamator
Koleksi Pribadi / Tugu Proklamator

Kesempatan walking tour hari itu membuat saya sadar betapa sejarah itu memang tak hanya untuk dikenal, tapi sangat menarik untuk dipelajari.

Faktanya, Jakarta bukan hanya kota metropolitan yang menyajikan kesibukan aktivitas perekonomiannya saja. Di sudut-sudut ibukota negara ini ada lokasi sejarah yang bagus untuk dikunjungi. Tak hanya dalam bentuk museum, ada banyak bangunan atau area yang menyajikan kisah-kisah heroik dan mengesankan.

Walaupun walking tour ini berlangsung hanya setengah hari, tapi banyak benefit yang saya dapatkan.

Ilmu, pengalaman, teman baru, bahan tulisan, merchandise, dan yang terpenting, ME TIME! hahaha.  

Sampai di rumah saya sangat bersemangat membagikan cerita pengalaman hari itu pada suami dan anak-anak. Kelak, saya akan membentuk mereka untuk mencintai sejarah negaranya, mulai dari gemar mengunjungi museum yang sudah disediakan pemerintah dan ikut mensosialisasikannya pada banyak orang.

Salam sayang,

Ajeng Leodita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun