Bisa berkunjung ke Kota Blitar tepat saat perayaan 1 Suro lalu, adalah kesempatan yang sangat langka bagi saya. Hal itu pula yang membuat saya tidak mau menyia-nyiakan momen ini untuk sekalian berkunjung ke makam Proklamator Indonesia, Bapak Ir. Soekarno.
Kota Blitar merupakan sebuah kota yang terletak di bagian Selatan provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 167 km sebelah barat daya Surabaya dan 80 km sebelah barat Malang. (Sumber). Penempatan lokasi makam Bung Karno yang berada di kota inilah yang membuat Blitar disebut sebagai Kota Proklamator.Â
 Sebelum saya ajak menjelajahi Museum dan Makamnya, kita flash back dulu ke kisah pahit yang dialami Bung Karno sebelum akhirnya beliau wafat, ya.
Kilas Balik
Beberapa bulan pada awal tahun 1969, Bung Karno "diasingkan" ke Wisma Yaso. Wisma Yaso adalah rumah yang dibangun Bung Karno untuk istrinya, Ratna Sari Dewi. Yaso adalah nama mendiang adik dari Ratna Sari Dewi. Pemerintah memutuskan menahan Bung Karno di sana karena beliau harus mendapatkan interogasi terkait peristiwa G30/S serta menjalani serangkaian pemeriksaan intensif untuk penyembuhan sakit ginjal yang diidapnya saat itu.
Namun, dari beberapa sumber mengatakan bahwa sebenarnya Bung Karno tidak mendapatkan perawatan selayaknya. Obat-obatan yang diberikan pun jauh dari kata cukup. Jangankan teman, keluarganya pun tak mendapatkan ijin untuk menjenguknya. Mereka hanya boleh mengirimkan makanan yang kemudian dititipkan pada penjaga.
Radio Republik Indonesia menyiarkan kabar kematian Bung Karno pada 21 Juni 1970 sekitar pukul 07.00 WIB di RSPAD Gatot Soebroto - Jakarta Pusat.
Lokasi pemakaman pun sempat menjadi perdebatan beberapa pihak. Subagio Anam, mantan kepala Biro Penerangan Kementerian Koperasi, mengabarkan pada wartawan bahwa Bung Karno akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, namun hal tersebut mendapat penolakan dari beberapa pihak karena status Bung Karno yang masih dalam tahanan.Â
Kemudian pemerintah pun membuat sebuah keputusan, Bung Karno akan disemayamkan di Wisma Yaso. Hal ini tentunya adalah keputusan yang tak disangka-sangka terutama oleh Fatmawati Soekarno sebagai Ibu Negara pertama RI. Beliau justru meminta mendiang suaminya lebih baik disemayamkan di rumah mereka di Jalan Sriwijaya - Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sayangnya, permintaan itu ditolak oleh pemerintah.
Jenderal Hoegeng Iman Santoso yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia mewakili keluarga besar Soekarno, melakukan perundingan dengan asisten pribadi Presiden Soeharto, yaitu Alamsyah Prawiranegara dan Tjokropranolo.
Jika mengikuti wasiat Bung Karno, beliau ingin dimakamkan di Bogor, namun hal itu pun mendapat penolakan dari pemerintah dengan alasan jarak ibukota dengan lokasi pemakaman terlalu dekat. Keputusan akhir pun didapat, Pak Soeharto menginstruksikan mendiang Proklamator RI itu dimakamkan di Blitar agar dekat dengan makam mendiang ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai.
Keputusan perihal pemakaman ini bahkan tertulis dalam KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1970 TENTANG PENYELENGGARAAN UPACARA PEMAKAMAN KENEGARAAN SEBAGAI PENGHORMATAN NEGARA KEPADA ALMARHUM DR. IR. SOEKARNO SEBAGAI PROKLAMATOR KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA.
Museum Bung Karno
Museum dan Makam Bung Karno Dua berlokasi di Jl. Ir. Soekarno No.152, Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur. Museum diresmikan pada 3 Juli 2004 oleh salah satu putri Bung Karno, Megawati Soekarno Putri.
Saat itu saya berkunjung bersama teman-teman kantor. Dua diantaranya adalah warga lokal Blitar. Di pelataran parkir kami dengan mudah menemukan para penjual bunga tabur. Kalau tidak salah harga yang dibandrol lima ribu rupiah untuk satu plastik. Adapula penjaja aksesoris seperti gelang dan kalung buatan warga sekitar dengan harga kisaran 5.000 - 10.000.
Bangunan ini terletak di sisi selatan makamnya. Bangunan ini awalnya merupakan lahan yang dihibahkan oleh Pamoe Rahardjo, ajudan Bung Karno selama periode 1946-1948.
Dalam Museum ini terdapat barang-barang peninggalan Sang Proklamator. Seperti lukisan, foto-foto, uang dengan seri Bung karno yang diterbitkan pada 1964, juga barang-barang pribadinya.
Ada sebuah lukisan yang fenomenal, yakni lukisan detak jantung. Jika kita memperhatikan dari samping, terlihat pada bagian dada nampak seakan berdetak seperti dada manusia yang masih hidup. Tapi, lukisan ini nggak boleh disentuh, ya.
Berikut foto-foto yang bisa saya bagikan.
Selain museum, kita juga bisa mengunjungi perpustakaannya. Banyak buku-buku disimpan dalam perpustakaan tersebut. Mulai dari buku-buku biografi Bung Karno, buku-buku karya Bung Karno sendiri, buku-buku referensi, dan koleksi umum. Ada pula koleksi audio visual berupa CD dan VCD. Terdapat 1.120 eksemplar buku dan sejumlah lukisan yang dihibahkan oleh almarhum Pamoe Rahardjo yang diwakili oleh anaknya pada Perpustakaan Nasional RI (PNRI), yang kemudian dialokasikan ke Perpustakaan Bung Karno di Blitar.
Makam Bung Karno
Lokasi ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 21 Juni 1979. Â Untuk kunjungan makam, ada tarif 2.000/orang. Di depan dua gapura besar tiket akan diperiksa. Kita juga bisa membeli bunga tabur dari penjual yang berkeliling di area luar makam.
Infonya, pada hari biasa pengunjung kurang lebih mencapai angka seribuan orang perhari. Kebetulan saya datang tepat saat perayaan 1 suro. Namun, mungkin karena masih sore dan orang-orang sibuk menggelar acara di rumah masing-masing sehingga bisa dikatakan hari itu pengunjung tidak terlalu membludak. Kami masih bisa jalan santai dan bergantian duduk dan mengirimkan doa di depan makam Bung Karno dengan leluasa.
Lokasi makam Bung karno ada dalam sebuah pendopo, di mana selain makam Sang Proklamator, ada pula 2 makam di sisi kanan dan kirinya. Yakni makam kedua orangtuanya. Ida Ayu Nyoman Rai (wafat 12 September 1958) dan Raden Soekemi Sosrodihardjo (wafat 18 Mei 1945).
.
Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.- Soekarno 10 November 1961
*
Untuk teman-teman yang ingin berkunjung, lokasi ini buka setiap hari, pukul 07.00 WIB - 17.00 WIB. Tarifnya murah, aksesnya pun mudah. Banyak penjual aksesoris dan oleh-oleh khas mBlitar.
Warganya ramah dan hangat. Dijamin kalian betah berlama-lama mampir ke sini.
Sampai di sini dulu, jalan-jalannya.Â
Salam sayang,
Ajeng Leodita.
@ajeng_leodita Bapak, kami ijin datang. #visitjawatimur #wisatablitar #blitar #soekarnohatta #soekarno #museumbungkarnoblitar #makambungkarnoblitarjatim #satusuro #kunjungankerja #hitsjatim #hitsblitar  Gugur Bunga - Texnodi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H