5 November 1993, Indonesia digemparkan dengan kabar kematian seorang Maestro Lukis, Raden Basoeki Abdullah atau Fransiskus Xaverius Basoeki Abdullah, atau lebih kita kenal dengan nama Basoeki Abdullah.
Kematian pelukis kebanggan Indonesia itu karena ulah tangan kotor perampok yang sebenarnya tidak tahu siapa korban mereka saat itu. 4 pelaku perampokan berhasil ditangkap, salah satunya adalah tukang kebun sang maestro sendiri. Ia melakukannya bersama teman-temannya yang saat itu sama-sama tengah membutuhkan uang karena terlilit utang. Namun, si tukang kebun tak pernah menceritakan bahwa majikannya itu adalah maestro lukis Indonesia yang sudah mengharumkan nama bangsa. Dari pengakuan salah satu perampok, ia tidak memiliki niat untuk menghabisi nyawa Basoeki Abdullah. Melainkan saat tengah melakukan aksinya, sang maestro terbangun dari tidurnya. Kondisi itulah yang membuat pelaku ini panik kemudian langsung menghantamkan senapan ke kepala Basoeki Abdullah. Semakin miris saat diketahui bahwa senapan yang digunakan pun merupakan salah satu koleksi pribadi Basoeki Abdullah sendiri.
*
Setelah lama mencari waktu yang pas, akhirnya saya bisa mengunjungi rumah mendiang Basoeki Abdullah (Pak Bas) yang kini sudah dihibahkan oleh para ahli warisnya pada pemerintah Indonesia untuk dijadikan museum. Walaupun lokasinya dekat dengan kantor, namun jam operasionalnya sama persis dengan jam kerja saya. Kebetulan hari itu saya bisa pulang lebih cepat, sehingga niat untuk menyambangi museum Basoeki Abdullah bisa tergenapi.
Pukul 2 siang saya berangkat dari kantor. Kebetulan hari ini terasa seperti family time karena saya mengajak suami dan anak, karena memang sudah mempersiapkan diri untuk pulang cepat dan berkunjung ke museum hari ini. Hanya menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit dengan motor, saya sudah sampai di lokasinya yang terletak di Jalan Keuangan Raya No.19, RT.7/RW.5, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Tampak depan kondisinya cukup hening dan sepi. Mungkin karena lokasinya pun tidak dekat dengan jalan utama. Jika tidak ada tulisan open/buka mungkin saya berpikir Museum sedang tidak beroperasi.
Ada dua orang security yang berjaga. Melihat gelagat kami yang  ingin masuk, salah seorang petugas dengan sigap berdiri dari posisi duduknya. Museum ini memiliki 2 bangunan yang selanjutnya kita sebut Gedung I dan Gedung II.
Gedung I adalah rumah asli Basoeki Abdullah, dan Gedung II adalah bangunan tambahan yang dipergunakan untuk memperluas area museum agar semakin banyak koleksinya yang bisa dipajang di sini.
Security tadi mengarahkan kami untuk menuju ke tempat parkir yang ada di sisi kanan Gedung II.
Mulanya saya kira tak ada lagi pengunjung di hari itu, ternyata sudah lebih dulu ada hampir 15 motor yang parkir di sana.
Setelah memarkir motor, kami pun kembali ke pintu utama. Security tadi mengarahkan untuk masuk ke bangunan baru. Walaupun Covid sudah berlalu, namun di bagian depan pintu masuk tersedia dispenser untuk hand sanitizer.
Yuk, ikut saya sowan ke "rumah" mendiang Pak Bas.
1.Loket
Masuk di pintu utama di Gedung II yang ukurannya tidak terlalu lebar, kami langsung menemukan loket. Ada seorang petugas yang standby di sana. Untuk masuk ke sini, kita akan dikenakan tarif yang jauh lebih murah dari museum yang lain. Hanya 2.000/orang. Dikarenakan tarifnya yang murah, bawa saja uang pas agar petugas yang berjaga tidak kesulitan mencari uang kembalian, tapi lebih bagus kalau anda tidak perlu menagih uang sisanya. Hihihi. Selesai membayar, kami pun langsung mulai menjelajahi museum yang terasa homy ini.
2.Ruang Publik
Tepat di dinding seberang meja pembelian tiket kami sudah disuguhi 2 buah banner. Pertama, Â berisikan jargon bahwa Basoeki Abdullah bukan hanya sekadar pelukis melainkan juga berperan sebagai pendidik seni, duta lukis Indonesia, pejuang bangsa, dan yang terakhir tentulah sebagai sang maestro lukis. Banner kedua berisikan testimoni para sahabat tentang sosok Basoeki Abdullah.
Di usia 10 tahun, Basoeki Abdullah sudah mampu melukis sosok Mahatma Gandhi. Sejak kecil beliau memang memiliki kemampuan menggambar perspektif, yakni cara menggambar suatu objek riil ataupun imajiner yang menitikberatkan pada penglihatan mata ataupun menurut pandangan mata seorang penggambar. Cukup dengan melihat foto Mahatma Gandhi, Basoeki kecil sudah bisa membuat gambar 3 dimensinya.
FYI, walaupun AC nya tidak terlalu dingin, tapi karena ada 3 tingkat di bangunan ini sehingga jarak antara lantai dan plafon cukup tinggi, membuat suhu tetap terasa nyaman.Â
3. Ruang Pameran Temporer
Tak ada dinding tanpa lukisan. Walaupun tidak semuanya adalah lukisan hasil karya dari Sang Maestro, namun tetap sedap dipandang. Beberapa lukisan yang menempel di dinding juga hasil karya adik-adik peserta lomba lukis atau pelatihan yang diadakan museum ini.
4.Ruang Lukis Gerakan Non Blok (GNB)
Atas permintaan Presiden Soeharto, Pak Bas diminta untuk melukis para pemimpin negara Non-Blok yang saat itu menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi  Non-Blok (KTTNB).Â
Sejumlah pemimpin tersebut adalah : Mahathir Muhammad, Ali Akbar Hashemi Rafsanjani, Raja Norodom Sihanouk, P.V. Narashimha Rao, Kiichi Miyasawa, Ali Hassan Mwinyi, Sam Nujoma, Haydar Abubakar Alatas, Yong Hong Muk, Paias Wingti, Begum Khaleda Zia, Nelson Mandela, Yaser Arafat, Pangeran Saud Al Faisal Shaik Isa Bin Salman Al-Khalifa, Burhanuddin Rabani, Goh Chok Tong, Wijetunge, Albdulrahman Saad, Abdul Halim Khaddam, Amre Moussa, Fernando Messmer, Raja Husein dan D.S.Katopola.
5. Ruang Lukisan Perempuan
Basoeki Abdullah dikenal juga sebagai pelukis yang gemar melukis perempuan-perempuan cantik. Beberapa diantaranya yang bisa saya abadikan.
Untuk lukisan Ratu Juliana, ada sejarah luar biasa yang melatarbelakanginya. Pada tahun 1948 Ratu Juliana baru dinobatkan, hal itu sebagai pemicu diadakannya sebuah sayembara untuk melukis sosok beliau dalam rangka penobatannya. Pak Bas yang kala itu pernah hidup di Belanda ikut berpartisipasi. Siapa sangka, dari 87 pelukis yang mengikutsertakan hasil karyanya, Pak Bas dinobatkan sebagai pemenang. Lukisan asli Ratu Juliana kini berada di Istana Kerajaan Belanda.
Salah satu alasan seorang Basoeki Abdullah ingin melukis sosok Nyai Roro Kidul, karena beliau mengaku pernah bertemu langsung dengan penguasa Pantai Selatan itu. Namun, karena ia sulit melukiskannya karena menurutnya sosok Nyai sangatlah cantik, maka Pak Bas mencari beberapa perempuan cantik untuk dijadikan model. Nahasnya, rencana tak berjalan mulus. Beberapa model mendapatkan banyak kejadian buruk. Mulai dari sakit hingga meninggal dunia. Sejak saat itu, Pak Bas enggan mencari model lagi untuk melukis sosok Nyi Roro Kidul. Sehingga ada beberapa versi lukisan Nyi Roro Kidul yang beliau buat dan semua berbeda wajah. Lukisan asli Nyi Roro Kidul yang asli saat ini tersimpan di Istana Kepresidenan.
Setelah selesai mengelilingi Gedung II, kami pun beranjak ke Gedung I yang awalnya adalah rumah dari mendiang Basoeki Abdullah dan keluarganya.
6. Ruang Lukisan Tokoh
7. Ruang Lukisan Tema Alam, Pemandangan dan AbstrakÂ
Ayah dan kakeknya masuk dalam kategori lukisan tokoh, karena keduanya merupakan tokoh penting di Indonesia. Ayahnya, Abdullah Suriosubroto adalah salah satu seorang pelukis dan sempat mencacatkan namanya dalam sejarah seni lukis Indonesia sebagai salah satu tokoh Mooi indie. Mooie indie sendiri adalah aliran seni lukis yang berkembang di Hindia Belanda pada abad ke-19.
Sementara ayah dari Abdullah Suriosubroto adalah tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia pada awal tahun 1900-an yaitu Doktor Wahidin Sudirohusodo. (sumber)Â
8.Ruang Koleksi Pribadi Wayang Kulit
 Pak Bas sangat menyukai Wayang Kulit, bahkan beliau sempat juga ikut pentas sebagai wayang orang bersama komunitasnya. Bahkan pernah pula beliau memainkannya di depan orang-orang Belanda.
9.Ruang Koleksi Pribadi Senjata dan Aksesoris
Tak banyak pelukis Indonesia yang karyanya bisa dikenal dunia. Dan Pak Bas salah satu yang beruntung karena memiliki kemampuan itu. Personal branding yang ia bangun juga cukup memuluskan langkahnya menjadi pelukis dunia. Berbeda dengan seniman kebanyakan yang lebih memilih penampilan santai yang terkesan ala kadarnya, Pak Bas justru mendandani dirinya dengan tampilan yang kece. Pak Bas juga lebih suka bergaul dengan kalangan elite seperti para pemimpin negara dikarenakan beliau ingin memperluas kemampuan melukisnya hingga ke mancanegara.Â
Berikut koleksi barang pribadinya yang super keren.
9. Alat Kerja
Berikut adalah alat-alat yang pernah dipakai Pak Bas untuk melukis ada pula mesin tik. Semuanya masih terawat dengan baik.
10. Ruang Perpustakaan
Ruangan ini menyimpan ratusan koleksi buku Pak Bas.
10.Replika Ruang Tamu
Terdapat 3 lukisan pada ruangan ini. Lukisan wajah Pak Basoeki Abdullah, lukisan wajah Nataya Nareerat (istrinya), dan lukisan wajah Cicilia Sidhawati (anaknya).
11.Ruang dan Benda Memorial
Tibalah kita di ruangan terakhir. yang disebut dengan Ruang Memorial. Ruangan ini berupa kamar tidur Pak Bas saat hendak ingin menyendiri untuk membaca buku, mencari inspirasi, juga ruang berdoa. Pak Bas adalah seorang penganut Katholik, terlihat di dalam kamar ini ada patung  Yesus dan Bunda Maria. Ada pula koleksi rosario beraneka warna. Ada kisah yang melatarbelakangi seorang Basoeki Abdullah akhirnya memutuskan untuk menjadi umat Katholik.Â
Saat itu beliau terkena sakit typus. Dalam kondisi lemah, beliau berusaha tetap melukis. Saat itu yang dilukisnya adalah sosok Yesis Kristus. Setelah gambar itu selesai, sakit yang dideritanya sembuh. Hal itu menjadi salah satu alasan Pak Bas memutuskan untuk menjadi penganut Katholik hingga akhir hayatnya.
Semasa hidup Pak Bas banyak menghabiskan waktunya dalam kamar ini sendirian. Dan ia juga menghabiskan sisa usianya dalam kamar ini pula. Kejadian 30 tahun itu menyisakan luka dan rasa kehilangan untuk kita semua.
Di kamar ini semua masih sama seperti saat kejadian nahas malam itu. Termasuk sprei dan selimutnya. Yang diganti hanya lampu penerangan pada langit-langit, CCTV dan AC. Pada toilet, semua alat mandi pun tidak ada yang diganti. Mungkin ini cara keluarga dan pihak pengelola mempertahankan keaslian ruang memorial ini.
Sebagai tambahan informasi, Museum Basoeki Abdullah ini ramah untuk Lansia dan Difabel. Tersedia lift juga jalan yang bisa dipakai oleh pengguna kursi roda. Terdapat pula penjelasan di tiap ruangan yang menggunakan huruf braile untuk pengunjung tuna netra.
Sebagai penutup, saya mau mengutip kata-kata salah seorang sahabat Basoeki Abdullah.
"Basoeki itu memang pantas jadi Duta Seni Indonesia di banyak negara. Karena hanya ialah yang bisa membuktikan kepada orang bahwa bangsa Indonesia itu pinter nggambar, pandai melukis. Saya tak habis pikir, bagaimana kalau Basoeki Abdullah itu mati. Bangsa Indonesia akan kehilangan satu-satunya pelukis potret kampiun yang belum ada duanya." S.Sudjono - Pelukis
Sampai di sini dulu, yaaa.
Semoga teman-teman terinspirasi untuk datang ke sana juga.
Salam sayang.
Ajeng Leodita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H