Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Urband Legend Banyuwangi, Cukup Lima Ribu Rupiah untuk Belajar Sejarah

28 Agustus 2023   19:04 Diperbarui: 30 Agustus 2023   04:15 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua dari beberapa syarat tersebut adalah, sisakan seonggok batu di pinggir pantai dan jangan berusaha mendodol batu tersebut lagi. 

Jadi, bisa diasumsikan Watu Dodol bukanlah batu yang berbentuk dodol. Watu tetap dari Bahasa Jawa yang berarti batu, dodolnya di sini artinya memecah/dipecah atau "didodol" dalam Bahasa Jawa. Sehingga maksud dari Watu Dodol itu sendiri adalah bongkahan batu hasil dari bukit yang didodol atau dipecah.

Patung Penari Gandrung Watu Dodol

Dokumentasi pribadi/ Patung Penari Gandrung - Watu dodol
Dokumentasi pribadi/ Patung Penari Gandrung - Watu dodol
Lepas dari sejarah Watu Dodol kita beralih ke ikon Patung Penari Gandrung yang dibangun di atas pantai. Berukuran tinggi 5 meter. Patung Penari Gandrung ini dibuat oleh seorang pemahat bernama I Wayan Sastra dan Pak Nasir. Kedua sosok ini membuat patung itu pada tahun 1967 dengan menelan biaya total 120 juta. Proses pembuatannya pun tidak mudah. 

Saat pertama kali Pak Wayan naik di bangunan yang akan dibangun Patung Gandrung tersebut, angin bertiup sangat kencang, dan ombak meninggi. Setelah Pak Wayan dan seorang kyai yang diminta datang ke lokasi, berdoa meminta kelancaran, seketika suasana menjadi tenang.

Sejarah Tari Gandrung

Tari Gandrung ini adalah tarian khas Banyuwangi. Awalnya ditarikan oleh kaum lelaki, makanya disebut Tari Gandrung Lanang. Para penari terdiri dari para lelaki yang berdandan seperti wanita. Namun berdasarkan beberapa sumber, Tarian Gandrung Lanang ini sempat hilang di tahun 1890an. Salah satu pemicunya adalah berkembangnya Islam di Blambangan. 

Sebelum menjadi Bayuwangi, wilayah ini bernama Blambangan karena terdapat Kerajaan Blambangan yang berdiri di sana. Tarian Gandrung ini diciptakan sebagai bentuk terima kasih masyarakat pada Dewi Padi / Dewi Sri saat musim panen padi tiba. 

Gandrung sendiri berarti jatuh cinta / tergila-gila, yang kurang lebih bisa diartikan sebagai bentuk jatuh cinta warga Banyuwangi pada sosok Dewi Sri / Dewi padi. 

Saat ini Tarian Gandrung dilakukan secara berpasangan antara perempuan yang disebut penari gandrung dan laki-laki disebuat pemaju atau paju. Jadi, penari gandrung akan menarik pemaju untuk ikut menari bersama.

Tak hanya Watu Dodol yang memiliki kisah mistis. Patung Gandrung dikenal pula memiliki cerita-cerita horror yang mengikutinya. Banyak yang bilang posisi tangan patung bisa berubah sendiri seakan menari, juga ekspresi wajahnya yang bisa berubah-ubah. Hal ini pun diakui oleh Pak Wayan sebagai pembuatnya. Dan beliau sendiri tidak paham mengapa bisa terjadi demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun