Ruang Pertemuan (Onvangkamer)
Ada 4 sofa kursi tamu dan sebuah meja. Juga meja dan kursi kerja yang menghadap ke jendela. Ruangan ini dipakai oleh Maeda untuk menerima kedatangan Ahmad Subarjo, Soekarno dan Hatta pada 16 Agustus 1945 pukul 22.00 WIB.
Ketiga tokoh Indonesia ini meminta bantuan pada Maeda agar mereka diberikan tempat untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dalam hal ini adalah merancang teks proklamasi yang niatnya akan mereka bacakan segera di depan seluruh rakyat Indonesia.
Namun, niat tulus tidak selalu mulus. Saat tiga tokoh Indonesia dan Maeda menemui Mayor Jenderal Nishimura Otoshi yang kala itu menjabat sebagai Direktur Urusan Umum Pemerintahan Militer Jepang, ada penolakan yang muncul.
Otoshi mengatakan bahwa Jepang tidak bisa membantu karena adanya kesepakatan dengan pihak Sekutu dan ia juga melarang rapat malam itu di rumah dinas Maeda dilanjutkan.Â
Maeda berusaha tetap berdiri dalam posisi tengah di antara kedua kubu. Beliau memutuskan untuk tidak lagi ikut campur atas keduanya. Ia memilih untuk meninggalkan tiga tokoh Indonesia ini dan masuk ke tempat istirahatnya.
Ruang Makan (Eetzaal)
Terdapat sebuah meja makan panjang dan 12 kursi berbahan kayu. Juga meja makan yang berukuran lebih kecil dengan 4 kursi dan 2 lemari kayu berukuran sedang.
Melihat Maeda masuk ke kamarnya (kurang lebih pukul 02.00 WIB, 17 Agustus 1945) ketiga tokoh ini bergegas ke ruang makan untuk mengadakan rapat perumusan naskah proklamasi.Â
Di malam itu, tak hanya tiga tokoh besar ini yang ada di dalam ruang makan ini, melainkan ada 3 pemuda Indonesia yakni: Sukarni, B.M Diah, dan Sudiro. Hanya saja mereka tidak dilibatkan dalam rapat. Ruangan ini menjadi saksi kali pertama Bung Karno merumuskan naskah yang beliau beri judul "Proklamasi"