Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hadiah untuk Kakek Veteran Pejuang

4 Agustus 2023   21:20 Diperbarui: 4 Agustus 2023   21:29 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: indoartnow.com

Setiap Senin pagi, para guru dan siswa SD Pelita Bangsa melaksanakan upacara pengibaran bendera. Dudi, Bagas dan beberapa murid kelas 6 yang lain dipilih menjadi petugas upacara, sisanya menjadi peserta. Semua yang terlibat harus mengikuti susunan upacara dengan tertib dan khidmat.

Namun, ternyata bukan hanya guru dan siswa yang mengikuti rangkaian upacara ini. Ada sosok lain yang tak pernah absen ikut berdiri dan memberi hormat saat bendera merah putih dikibarkan bersamaan dengan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R Supratman itu diperdengarkan. Sosok itu bernama Kakek Waluyo. Beliau selalu hadir, mengikuti jalannya upacara dari samping gerbang sekolah.

--------------------- 1 -----------------------

Selepas upacara bendera, para murid kelas 6 langsung masuk ke kelas dengan tertib. Namun, ada yang sedikit berbeda kali ini, sebelum guru masuk ke ruangan, puluhan siswa di kelas itu terdengar membicarakan sesuatu yang cukup seru. Bahkan, suara mereka terdengar sampai keluar kelas.

"Aku mau lomba makan kerupuk saja, ah." celetuk Bagas.

"Tapi tahun lalu kamu kan kalah, masa mau ikut lagi?" Dudi meledek.

Seketika beberapa murid lain tertawa mendengar ucapan ketua kelas mereka.

Ternyata, para murid tengah membahas rencana lomba pada perayaan HUT Kemerdekaan yang saat upacara tadi disampaikan Kepala Sekolah.

"Selamat pagi, anak-anakku. Ayo, duduk dulu yang tertib." Bu Kartika muncul tiba-tiba dan suaranya terdengar cukup nyaring.

"Pagi, Bu Kartika," balas mereka serempak.

"Ibu dengar tadi dari luar kelas sudah mulai pilih-pilih lomba yang mau diikuti, ya? Nanti 15 menit sebelum jam pelajaran selesai, ibu akan mendata siapa saja yang mau ikut lomba. Sekarang saatnya belajar dulu, ya." ucap bu Kartika.

----------------2-----------------

Setelah mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba, anak-anak kelas 6 pun pulang. Beberapa anak menyempatkan diri mampir ke rumah kakek Waluyo yang jaraknya hanya 300 meter dari sekolah. Pria tua itu selalu membuka pintu rumahnya lebar-lebar bagi siapapun yang ingin mampir bertamu.

"Assalamu'alaikum, Kakek." sapa Dudi, Bagas, dan beberapa temannya yang lain. Kakek Waluyo memang cukup dikenal oleh semua murid SD Pelita Bangsa. Selain karena rumahnya yang dekat dengan sekolah, beliau juga kerap ikut membantu saat sekolah mengadakan berbagai kegiatan.

"Wa'alaikumsalam, anak-anak hebat. Bagaimana sekolahnya hari ini?" tanya Kakek.

"Alhamdulillah, lancar, Kakek. Oh, ya, kami sudah mulai daftar lomba buat acara tujuh belasan besok. Kakek datang, ya? Kasih kita semangat." pinta Bagas.

"Nggak terasa, ya. Sudah mau ulang tahun kemerdekaan lagi." balas kakek. Seketika wajahnya muram.

"Kakek kok sedih?" tanya Bagas heran.

"Kakek ingat teman-teman yang tewas. Kami berjuang agar anak dan cucu kami tahu bagaimana rasanya tinggal di negara merdeka. Tapi sayangnya teman-teman Kakek itu tak dikenal sampai sekarang, sama seperti Kakek kalian ini. Tapi, nggak apa-apa. Melihat kalian bisa sekolah tanpa kendala saja, Kakek sudah sangat bahagia."

Semua yang mendengar ucapan kakek, saling adu tatap. Beberapa menit kemudian, Dudi membisikkan sesuatu di telinga Bagas. Bagas mengangguk mantap. Matanya berbinar.

--------------------- 3 -----------------------

Tepat satu hari sebelum perlombaan diselenggarakan, Dudi dan Bagas mengumpulkan teman-teman sekelasnya saat jam istirahat. Dudi menyampaikan sebuah ide yang diharapkan akan disetujui oleh teman-temannya itu.

"Teman-teman, ini tahun ajaran terakhir kita di sekolah ini. Aku dan Bagas punya ide. Bagaimana jika dari kelas 6 memberi kenang-kenangan untuk Kakek Waluyo? Apa kalian setuju?" tanya Dudi.

"Caranya bagaimana?" tanya Asya dengan sorot mata penasaran.

"Bersediakah untuk yang menang lomba besok menyumbangkan hadiahnya untuk Kakek Waluyo?" tanya Dudi.

"Ayolah, kadang kita suka dibantu mengerjakan PR, kalau ada acara di sekolah pun kakek selalu ikut gotong royong." seloroh Bagas untuk menguatkan ide Dudi.

Satu per satu dari mereka pun akhirnya mengangguk sepakat.

Rencana selanjutnya pun dijalankan, saat jam pulang sekolah keduanya menemui Ibu Kartika di ruang guru. Bak seorang detektif profesional, Dudi dan Bagas menunggu sampai ruangan itu kosong, sehingga mereka lebih leluasa untuk menyampaikan ide briliannya pada Bu Kartika.

"Selamat siang, Bu Kartika."

"Lho, kalian kok belum pulang? Ada apa, Bagas, Dudi?"

"Bu, kami dari kelas 6 sudah sepakat, saat perlombaan nanti untuk siswa kelas 6 yang mendapatkan juara akan menyumbangkan hadiahnya untuk Kakek Waluyo. Apa boleh jika hadiah yang berbentuk barang digantikan dengan uang saja?"

"Ibu coba sampaikan ide ini pada kepala sekolah, semoga niat baik kalian diberi kelancaran ya anak-anak Ibu." Jawab Bu Kartika.

--------------------- 4 -----------------------

Hari yang ditunggu pun tiba. Pemandangan di SD Pelita Bangsa sangat meriah dengan bendera dan umbul-umbul warna-warni di setiap sudutnya. Terlihat  wajah para murid begitu bersemangat untuk mengikuti lomba. Keringat yang membanjiri tubuh juga kaos olahraga yang kotor menjadi pemandangan indah hari ini.

Tepat pukul 2 siang, semua perlombaan selesai. Masing-masing lomba sudah mendapatkan juaranya. Sesuai arahan kepala sekolah, hadiah dibagikan di hari yang sama. Semua murid dikumpulkan di lapangan.

Satu per satu nama pemenang perwakilan kelas 1 sampai dengan kelas 5 dipanggil maju ke sebuah panggung kecil yang disiapkan untuk menerima hadiah. Wajah-wajah para pemenang nampak sangat gembira.

Tibalah pemberian hadiah untuk siswa kelas 6. Dudi, Bagas, dan teman-temannya antusias menunggu.

Aulia, Randi, Lila, Bagas, dipanggil untuk menerima hadiah. Sayangnya, hal itu bukan membuat mereka senang, malah menimbulkan rasa bingung. Banyak pertanyaan muncul di kepala Dudi dan Bagas. Apakah ide mereka ditolak kepala sekolah? Mengapa hadiah -- hadiah itu tetap diberikan pada para pemenang?

Tiba-tiba Bu Kartika muncul ke atas panggung.

"Selamat siang, anak-anakku tersayang. Hari ini adalah hari istimewa untuk kita seluruh masyarakat Indonesia. Hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang setiap tahun kita rayakan dengan mengadakan bermacam lomba. Namun, sepertinya kita melupakan sesuatu. Bahwa, yang membuat bangsa ini Merdeka bukan hanya doa, melainkan ada pengorbanan darah dan nyawa." Bu Kartika menghentikan ucapannya, kemudian menarik napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Oleh karena itu, Ibu mengucapkan banyak terima kasih untuk siswa dan siswi kelas 6 yang sudah mengingatkan kami para guru bahwa ada sosok pejuang kemerdekaan yang keberadaannya sangat dekat dengan kita. Dengan segala hormat, untuk Bapak Waluyo, mohon kehadirannya di panggung ini."

Tiba-tiba muncul Kakek Waluyo dari belakang panggung. Kakek terlihat sangat gagah dengan pakaian ala veteran.

Kemudian Bu Kartika pun memanggil Dudi dan Bagas. Dengan sedikit canggung, keduanya pun maju ke panggung.

"Dudi, Bagas, ada yang mau disampaikan pada Kakek Waluyo sebagai perwakilan murid-murid sekolah kita?" tanya Bu Kartika.

"Kakek, terima kasih. Karena kakek dan semua pejuang, kami bisa menikmati bangsa yang merdeka."

 

Dokpri/Ajeng Leodita, domisili Bekasi. Motto: Menulis untuk belajar. Belajar untuk menulis.
Dokpri/Ajeng Leodita, domisili Bekasi. Motto: Menulis untuk belajar. Belajar untuk menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun