Tepat satu hari sebelum perlombaan diselenggarakan, Dudi dan Bagas mengumpulkan teman-teman sekelasnya saat jam istirahat. Dudi menyampaikan sebuah ide yang diharapkan akan disetujui oleh teman-temannya itu.
"Teman-teman, ini tahun ajaran terakhir kita di sekolah ini. Aku dan Bagas punya ide. Bagaimana jika dari kelas 6 memberi kenang-kenangan untuk Kakek Waluyo? Apa kalian setuju?" tanya Dudi.
"Caranya bagaimana?" tanya Asya dengan sorot mata penasaran.
"Bersediakah untuk yang menang lomba besok menyumbangkan hadiahnya untuk Kakek Waluyo?" tanya Dudi.
"Ayolah, kadang kita suka dibantu mengerjakan PR, kalau ada acara di sekolah pun kakek selalu ikut gotong royong." seloroh Bagas untuk menguatkan ide Dudi.
Satu per satu dari mereka pun akhirnya mengangguk sepakat.
Rencana selanjutnya pun dijalankan, saat jam pulang sekolah keduanya menemui Ibu Kartika di ruang guru. Bak seorang detektif profesional, Dudi dan Bagas menunggu sampai ruangan itu kosong, sehingga mereka lebih leluasa untuk menyampaikan ide briliannya pada Bu Kartika.
"Selamat siang, Bu Kartika."
"Lho, kalian kok belum pulang? Ada apa, Bagas, Dudi?"
"Bu, kami dari kelas 6 sudah sepakat, saat perlombaan nanti untuk siswa kelas 6 yang mendapatkan juara akan menyumbangkan hadiahnya untuk Kakek Waluyo. Apa boleh jika hadiah yang berbentuk barang digantikan dengan uang saja?"
"Ibu coba sampaikan ide ini pada kepala sekolah, semoga niat baik kalian diberi kelancaran ya anak-anak Ibu." Jawab Bu Kartika.