Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hadiah untuk Kakek Veteran Pejuang

4 Agustus 2023   21:20 Diperbarui: 4 Agustus 2023   21:29 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri/Ajeng Leodita, domisili Bekasi. Motto: Menulis untuk belajar. Belajar untuk menulis.

"Ibu dengar tadi dari luar kelas sudah mulai pilih-pilih lomba yang mau diikuti, ya? Nanti 15 menit sebelum jam pelajaran selesai, ibu akan mendata siapa saja yang mau ikut lomba. Sekarang saatnya belajar dulu, ya." ucap bu Kartika.

----------------2-----------------

Setelah mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba, anak-anak kelas 6 pun pulang. Beberapa anak menyempatkan diri mampir ke rumah kakek Waluyo yang jaraknya hanya 300 meter dari sekolah. Pria tua itu selalu membuka pintu rumahnya lebar-lebar bagi siapapun yang ingin mampir bertamu.

"Assalamu'alaikum, Kakek." sapa Dudi, Bagas, dan beberapa temannya yang lain. Kakek Waluyo memang cukup dikenal oleh semua murid SD Pelita Bangsa. Selain karena rumahnya yang dekat dengan sekolah, beliau juga kerap ikut membantu saat sekolah mengadakan berbagai kegiatan.

"Wa'alaikumsalam, anak-anak hebat. Bagaimana sekolahnya hari ini?" tanya Kakek.

"Alhamdulillah, lancar, Kakek. Oh, ya, kami sudah mulai daftar lomba buat acara tujuh belasan besok. Kakek datang, ya? Kasih kita semangat." pinta Bagas.

"Nggak terasa, ya. Sudah mau ulang tahun kemerdekaan lagi." balas kakek. Seketika wajahnya muram.

"Kakek kok sedih?" tanya Bagas heran.

"Kakek ingat teman-teman yang tewas. Kami berjuang agar anak dan cucu kami tahu bagaimana rasanya tinggal di negara merdeka. Tapi sayangnya teman-teman Kakek itu tak dikenal sampai sekarang, sama seperti Kakek kalian ini. Tapi, nggak apa-apa. Melihat kalian bisa sekolah tanpa kendala saja, Kakek sudah sangat bahagia."

Semua yang mendengar ucapan kakek, saling adu tatap. Beberapa menit kemudian, Dudi membisikkan sesuatu di telinga Bagas. Bagas mengangguk mantap. Matanya berbinar.

--------------------- 3 -----------------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun