Dari kasus ini saya pribadi belajar untuk menghasilkan keputusan yang bisa diterima bersama, diperlukan komunikasi yang baik. Jangan memaksakan pendapat tanpa alasan-alasan yang kuat.
Tapi, sempat ada juga beberapa pertanyaan menggelitik dari beberapa wali murid di kelas anak saya, kenapa kita harus memberikan rewards atau kenang-kenangan pada guru?Â
Jawaban saya sederhana. Pemberian kenang-kenangan ini sifatnya tidak memaksa, karena menjadi guru memang pilihan. Masa transisi anak kita dari TK masuk ke SD benar-benar menguras hati juga pikiran. Dan, kita bagi kesulitan ini dengan guru mereka di sekolah, orang yang tidak melahirkan mereka namun mau ikut mendidik, mengasuh, dengan kesabaran dan penuh kasih sayang. Â
Tulisan ini hanya sekadar sharing untuk para koordinator kelas dari sekolah lain yang sedang mengalami masalah yang serupa, dan mungkin juga kondisi keuangan orang tua muridnya sama dengan yang ada di sekolah anak saya.
Tetap semangat.
Salam sayang,
Ajeng Leodita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H