Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fabel - Lala Si Lalat Kecil yang Tertidur Saat Ibunya Bercerita

16 Maret 2023   03:51 Diperbarui: 16 Maret 2023   03:55 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum juga Una menjawab, Lala begitu takjub melihat sebuah cahaya terang di meja makan. Semua makanan menjadi terlihat lebih jelas dari sebelumnya. Lalat suka dengan suasana yang terang, kondisi itu membuat mata mereka yang rabun bisa sedikit lebih baik. Lala memutari sumber cahaya itu penuh semangat, sayapnya yang transparan naik dan turun serupa manusia yang tangannya sedang menari.

"Aku belum pernah melihat seterang ini, kurasa terangnya melebihi matahari," puji Lala.

Una tak mendengarkan kata-kata Lala, ia lebih fokus menghabiskan stroberi yang sempat ditinggalkannya karena kedatangan sosok manusia tadi.

Lala terbang semakin dekat ke arah cahaya yang sumbernya dari lilin yang menyala itu, tanpa sengaja salah satu sayapnya terbakar. Lala limbung, tubuhnya tergelincir ke dalam mangkuk lilin yang ternyata berisi air. Lala panik, kedua sayapnya basah kuyup, ia tak bisa keluar dari kubangan itu. Una bingung karena tak bisa membantu sahabatnya. Una memutuskan meninggalkan Lala, ia berniat  menyusul Omi yang masih berada di tempat pembuangan sampah untuk meminta bantuan. Una berharap kawanan itu bisa bekerjasama mengangkat tubuh Lala.

Namun, belum sampai teman-temannya itu muncul, tubuh Lala semakin lemah, ia kesulitan bernapas. Lala menutup matanya, namun antenna yang menjadi indera pendengarannya seakan menangkap suara ibu. Suara merdu yang terakhir ia dengar semalam.

Jika saja semalam Lala tidak pulang dengan kondisi kekenyangan, mungkin ia masih tetap terjaga dan mendengar dongeng ibunya, sehingga kejadian hari ini tidak akan menimpanya. 

Padahal ibunya sempat menyelipkan sebuah nasihat penting untuknya di malam itu, "Anakku, jangan mendekati cahaya lilin, itu jebakan untuk kita.  Ibu, kau, dan semua lalat di dunia ini suka sekali dengan cahaya terang. Tapi ingat, Sayang, semua yang indah dan memanjakan mata tak selalu menciptakan kebahagiaan, terkadang ia bisa juga berbahaya dan mematikan."

-selesai-

Dari Bekasi dini hari,

Salam sayang,
Ajeng Leodita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun