Belum juga Una menjawab, Lala begitu takjub melihat sebuah cahaya terang di meja makan. Semua makanan menjadi terlihat lebih jelas dari sebelumnya. Lalat suka dengan suasana yang terang, kondisi itu membuat mata mereka yang rabun bisa sedikit lebih baik. Lala memutari sumber cahaya itu penuh semangat, sayapnya yang transparan naik dan turun serupa manusia yang tangannya sedang menari.
"Aku belum pernah melihat seterang ini, kurasa terangnya melebihi matahari," puji Lala.
Una tak mendengarkan kata-kata Lala, ia lebih fokus menghabiskan stroberi yang sempat ditinggalkannya karena kedatangan sosok manusia tadi.
Lala terbang semakin dekat ke arah cahaya yang sumbernya dari lilin yang menyala itu, tanpa sengaja salah satu sayapnya terbakar. Lala limbung, tubuhnya tergelincir ke dalam mangkuk lilin yang ternyata berisi air. Lala panik, kedua sayapnya basah kuyup, ia tak bisa keluar dari kubangan itu. Una bingung karena tak bisa membantu sahabatnya. Una memutuskan meninggalkan Lala, ia berniat  menyusul Omi yang masih berada di tempat pembuangan sampah untuk meminta bantuan. Una berharap kawanan itu bisa bekerjasama mengangkat tubuh Lala.
Namun, belum sampai teman-temannya itu muncul, tubuh Lala semakin lemah, ia kesulitan bernapas. Lala menutup matanya, namun antenna yang menjadi indera pendengarannya seakan menangkap suara ibu. Suara merdu yang terakhir ia dengar semalam.
Jika saja semalam Lala tidak pulang dengan kondisi kekenyangan, mungkin ia masih tetap terjaga dan mendengar dongeng ibunya, sehingga kejadian hari ini tidak akan menimpanya.Â
Padahal ibunya sempat menyelipkan sebuah nasihat penting untuknya di malam itu, "Anakku, jangan mendekati cahaya lilin, itu jebakan untuk kita. Â Ibu, kau, dan semua lalat di dunia ini suka sekali dengan cahaya terang. Tapi ingat, Sayang, semua yang indah dan memanjakan mata tak selalu menciptakan kebahagiaan, terkadang ia bisa juga berbahaya dan mematikan."
-selesai-
Dari Bekasi dini hari,
Salam sayang,
Ajeng Leodita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H