Lala, seekor lalat betina kecil yang sedang asik bermain terpaksa harus pulang karena senja akan segera datang. Sebagai seekor lalat, mata Lala memang rabun, sehingga ia sulit melihat dalam kondisi hari yang gelap atau kurang pencahayaan. Oleh karena itu sebelum matahari terbenam Lala sudah harus sampai di rumah.
Lala pulang ke sebuah persawahan yang memiliki rumput-rumput yang tinggi. Tempat itulah yang dipilihkan orang tuanya untuk tempat tinggal mereka. Lula, ibunya, terlihat terbang rendah memutari sawah dengan perasaan tak karuan, hal itu biasa dilakukannya jika belum melihat Lala kembali ke tempat tinggal mereka. Lala seringkali bermain terlalu jauh sebab jiwa petualang dan rasa ingin tahunya sangat besar.
"Ibu, maaf, aku baru pulang mendekati senja, aku terlalu asik bermain," kata Lala.
"Besok jangan diulangi, ya. Itu sangat berbahaya, Nak." terang Bu Lula.
Lala mengangguk cepat sambil mengelus perut kuningnya yang buncit. Ia merasa sangat mengantuk karena seharian ini dia banyak mendapat makanan dari sebuah rumah yang jaraknya sekitar 9 kilometer dari tempatnya tinggal. Sayapnya pun terasa begitu lelah.
"Sepertinya kau kekenyangan, makan apa tadi?" tanya Bu Lula.
Lala menutup mulutnya menahan malu karena ketahuan Ibu.
"Ibu, aku menemukan sebuah rumah yang isinya banyak sekali makanan. Ada madu, sayur dan buah-buahan matang, pokoknya banyak sekali dan aku suka." cerita Lala dengan sorot mata bahagia.
"Apa mereka tidak mengusir Lala?" tanya Ibu lagi.
"Tentu saja. Ada seorang anak kecil yang mengusirku, Bu. Ia diperintahkan oleh ibunya. Tapi aku kan lihai terbang, jadi dia tak bisa menangkapku." Balas Lala berbangga hati.