"Husst, nggak boleh suudzon. Belum tentu yang kamu lihat itu orang,"
"Ya jelas bukan orang dong, Bu. Tapi udah jadi set ...,"
Nuning cepat-cepat menutup mulut Gina dengan telapak tangannya.
*
Hari kembali malam, Nuning dan Wiyoko sengaja tak tidur cepat seperti hari sebelumnya. Ketiganya berkumpul di ruang tengah sambil bercerita tentang masa kecil Nuning di desa ini. Gina begitu bersemangat mendengarkan kisah ibunya yang juga anak semata wayang, sama seperti dirinya.
"Ada cerita horor nggak waktu ibu kecil?" tanya Gina.
"Horor? Kamu berani dengarnya? Nanti nangis lagi," ledek ibunya.
"Kan cuma cerita, berani lah. Ayo, Bu!"
Nuning diam beberapa saat, mencoba mengingat-ingat kisah horor di desa ini.
"Jadi begini, dulu ada sebuah rumah yang dihuni seorang Kyai beserta keluarganya. Sebagai seorang Kyai, beliau selalu mengingatkan anaknya untuk sholat, bahkan sampai membelikan mukena yang sangat bagus dengan harga yang cukup mahal. Namun, anaknya tetap melawan. Sampai akhirnya anak Pak Kyai itu meninggal dunia. Setelah kematian anaknya, Pak Kyai sering sakit-sakitan, merasa bersalah karena tidak memaksa anaknya untuk beribadah sampai ajal menjemputnya."