Wajah Ayu berseri, isi hatinya sejak masih di kantor tadi sampai pula ke hati bapak. Ia memang sedang merindukan menu itu, kesukaannya saat ibu masih ada.
Acara makan malam selesai, Ayu bergegas mandi kemudian duduk di ruang keluarga menemani ayahnya yang duduk di sudut dekat lampu baca. Pria itu membuka album lama, sesekali wajahnya sendu, kemudian mengembangkan senyum. Bapak selalu apik menyimpan foto-foto lawas keluarga mereka, memori yang tak akan bisa diulang, katanya.
"Bapak, mulai besok Ayu akan pulang lebih larut. Jadi bapak nggak usah khawatir, ya. Ada pekerjaan tambahan yang harus Ayu kerjakan. Ayu juga mungkin akan susah angkat telepon, yang jelas Ayu pasti pulang. Mbak Ida nanti Ayu minta over time untuk jaga bapak,"
"Eh, ngga usah. Bapak nggak apa-apa, kok. Biar saja dia sampai sore, kan dia juga punya keluarga. Tapi, ingat, jaga kesehatanmu, Nak. Nanti bapak buatkan minuman yang bisa kamu bawa untuk diminum di kantor,"
Ayu tersenyum haru, bapak memang luar biasa, totalitas memerankan diri menjadi orang tua lengkap sekalipun sudah lanjut usia.
*
Sejak Rahayu mengatakan akan sering pulang lebih larut, Darsono bangun lebih pagi dari biasanya. Laki-laki itu memeriksa keranjang bumbu dapur dan mencari rempah-rempah yang akan ia racik menjadi minuman kesehatan untuk anaknya.
Pukul enam pagi mba Ida datang, seperti biasa, ia selalu membawakan jajan pasar untuk sarapan pak Darsono. Jam kedatangannya selalu pas dengan jadwal rahayu berangkat kerja, sehingga ada kesempatan untuknya memberi laporan tentang kondisi Pak Darsono.
"Mbak Ida, Ayu masih mandi, tolong masukan Wedang Uwuh ke ranselnya."
"Iya, Pak." balas Ida setelah terdiam beberapa saat.
"Saya mau buatkan lagi untuk stok minggu depan, besok pagi mampir ke pasar ya, Mbak? Belikan rempah-rempahnya."