Suster Ida pamit, waktu menunjukkan jam 5 sore. Jam kerjanya sudah selesai di rumah Pak Darsono, pria tua yang sudah setahun belakangan dirawatnya. Rahayu, anak perempuannya yang menyewa Ida untuk menjaga ayahnya selama ia bekerja.
Tak banyak yang bisa dilakukan Ida di rumah itu selain mengingatkan jam makan dan minum obat. Demensia Alzheimer menuntut pria itu untuk mengkonsumsi obat tepat waktu.
Selepas kepergian Ida, Darsono buru-buru masuk ke rumah, lonceng jam dinding di ruang tamu mengingatkannya agar segera menyiapkan air panas dan makan malam untuk Rahayu, yang sebentar lagi pulang dari tempat kerjanya.
Sejak kematian istrinya, Darsono memiliki berperan ganda, sebagai ayah juga ibu bagi Rahayu. Â Darsono mengurus segalanya seorang diri. Mirip janjinya pada mendiang istrinya sebelum mata indah wanita itu menutup selamanya. Sekalipun Rahayu keberatan jika ayahnya melakukan segalanya sendirian tapi ia pun tak ingin membuat ayahnya tertekan dengan larangan-larangan yang ia buat.
"Ayu, pulang, Pak,"
Suara Rahayu terdengar di pintu depan yang tidak pernah dikunci.
Darsono cepat-cepat menyambut anak gadisnya, kemudian mencium keningnya, kebiasaan yang tak pernah berubah sejak dulu.
"Mau mandi atau maem dulu, Nak?"
"Bapak masak apa?"
"Sayur lodeh, tempe goreng, sama ikan sepat."