Mohon tunggu...
Tobias TobiRuron
Tobias TobiRuron Mohon Tunggu... Guru - Hidup adalah perjuangan. Apapun itu tabah dan setia adalah obatnya.. setia

Anak petani dalam perjuangan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Cinta dan Kemurnian Hati

1 Februari 2023   07:35 Diperbarui: 1 Februari 2023   07:38 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket. Foto. Yohanes Tuatana Hekin/dokpri

Waktu terus berlalu. Pada setiap jumputan kehidupan kita terus berikhtiar bahwa hidup butuh kesegaran baik bersikap maupun dalam berlaku disetiap dimensi kehidupan sehingga jejak disetiap tapak kehidupan tetap memberikan pemaknaan tersendiri bagi diri sendiri dan orang lain.

Setiap perjalanan akan selalu menghadirkan kenangan. Kenangan tersebut hadir dalam setiap arsiran hidup bahwa hidup akan tetap hidup bila kita terus memupuk, merawat kehidupan itu sendiri dengan konsistensi diri, berani mengambil keputusan dan bekerja keras. Hal ini ada dalam diri Yohanes Tuatana Hekin, anak dari Alm. Bapak Herman H. Hekin dan mama Lusia Welan.

Berasal dari keluarga yang boleh dikatakan rendah, tak memupus harapan bagi Yohanes Tuatana Hekin bersama adik-adiknya untuk tetap belajar dan melanjutkan Pendidikan. orang tua cukup dilematis karena ke lima anak memiliki kemauan yang tinggi untuk bersekolah. 

Segala daya upaya tetap dilakukan dari ke dua orang tua dan pada akhirnya semua harapan itu perlahan terkabul dengan menghadirkan sarjana dalam rumah dan semuanya sudah mandiri dalam mengatur rumah tangga masing-masing.

Bagi Rudi sapaan karibnya hidup butuh perjuangan. Perjuangan tentu membutuhkan kerja keras. Kita tidak harus berdiam diri ataupun pasrah dengan keadaan. Dan ia yakin bahwa segala usaha akan peluh bercucuran ada imbalan yang diperoleh. 

Hal ini telah ia peroleh sejak kecil dibangku Pendidikan orang tua selalu memberikan perhatian, motivasi yang kuat sehingga dari usaha belajarnya tersebut ia selalu mendapat peringkat di kelasnya dan mendedikasikan dirinya baik untuk sekolah, di kabupaten dan Provinsi dalam setiap perlombaan. Konsistensi diri ini tetap dirawat dalam melawat kehidupan itu sendiri.

Dengan komitmen, keyakinan, rindu akan pola pikir masyarakat dan rasa cinta terutama pada kampung halamannya ia mencalonkan diri menjadi kepala desa Painapang periode 2009-2015 tepatnya pada tanggal 28 Maret 2009 Ia mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk mengabdi pada Lewotanah Lamatou. Baginya Lewotanah adalah harga mati yang tak harus ditawar tentunya dengan pendasaran bahwa perjuangan leluhur untuk mempertahankan Lewotanah itu tidak semudah membalik telapak tangan. Nyawa menjadi taruhannya.

Dengan pandangan bahwa pengabdian/gelekat terhadap Lewo merupakan niat luhur untuk memajukan Lewotanah maka suami dari Rosalia Fronsila Dua Saeng ini menyerahkan diri secara total untuk tetap bekerja pada Lewotanah Lamatou. Hal ini setidaknya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat baik dari aspek pembangunan, perberdayaan demi kemaslahatan bersama. Dalam mengabdi kita harus mampu mengendalikan rasa jiwa dan raga, Ungkap Yohanes Hekin.

Mengenal sosok Yohanes Tuatana Hekin ada cinta, ada rindu, Ia cerdas, punya idealisme tinggi, berani mengambil keputusan, pekerja keras, dedikasi tinggi pada Lewotanah dan konsistensi diri akan suatu kebenaran. Menurut Ayah dari Maria Herlina Hekin, menjadi pemimpin tidaklah muda. jutaan harapan dari masyarakat terpatri. Namun ia tetap menjalani dengan penuh integritas, selalu berpikir positif dengan tidak menyepelekan hal-hal kecil dan tetap komitmen akan sebuah keputusan.

Setiap kebijakan/keputusan selalu menghadirkan pro maupun pro kontra. Namun ini adalah sebuah dinamika dalam berdemokrasi. Banyak keputusan maupun kebijakan yang telah dibuat dan dilaksanakan pada intinya terbaik untuk Lewotanah. Dan salah satu keputusan Bapak Yohanes Hekin adalah tahun 2012 ada kegiatan pemetaan   wilayah untuk administrasi desa oleh dinas kehutanan. 

Banyak sekali kendala yng dihadapi sehingga dengan pertimbangan pertimbangan maka menolak surat camat untuk pemasangan papan Nama batas wilayah administrasi dan kembali pada batas  ulayat  adat dan konsisten dalam melakukan pembinaan mental untuk menerapkan  sanksi adat terhadap masyarakat yang melanggar norma-norma adat dengan tegas sekalipun itu keluarga intinya.

Setiap keputusan maupun kebijakan tentu membawa dampak ditengah masyarakat namun ia tetap berprinsip bahwa hal terbaik buat masyarakat dan Lewotanah dengan demikian akan tetap dilakukannya serta tidak bersebrangan dengan suara hati. Karena ia yakin TUHAN ALLAH  dan leluhur, Sejarah struktur peribadi, Lewo kejernihan hati dan kemurnian pikiran menjadi panglima atau acuan dalam menata kehidupan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun