Selain urut saya juga membeli obat cina untuk luka dalam. Setelah semua kondisinya mulai membaik,mama menyampaikan kepada saya untuk membawa bapak ke salah satu pendoa di Larantuka. Dengan oto Galaxi yang dikemudikan oleh Saudara Lukas Melur kami semua ikut. Saya bersama istri, Anak Iren, Karol, Linda, Anjas dan Yoman.
Ada beberapa hal yang terjadi pada diri Bapak yang menurut kami janggal. Terutama luka di bagian bekas operasi saat itu. kulit bekas operasi tersebut seperti kembali mengangah. Tiba di rumah pendoa tepatnya dijalan bagian bawah kelurahan Weri. Setelah mengamati Bapak, pendoa tersebut menyampaikan kepada kami semua terkait musibah yang dialami oleh Bapak. Bahwa sesungguhnya ada kecemburuan sosial terjadi.
Pendoa tersebut langsung memandikan bapak di laut. Bapak sampai menggigil. Sebelum pulang pendoa tersebut memberikan resep obat untuk dikosumsi Bapak terkait luka yang diderita dan menyampaikan bahwa luka didekat bekas operasi ini kalau sakitnya buatan maka akan sembuh dengan sendirinya namun luka ini akibat benturan maka besok luka itu masih ada.
Kami pulang kurang lebih jam 19.00 Wita. Tiba di rumah bapak langsung istirahat. Malam itu bapak tidur nyenyak dan pulas. Keesokan harinya luka dekat bekas operasi tersebut sudah tidak kelihatan lagi.
Kurang lebih dua kali kami bertemu dengan pendoa tersebut. Namanya saya sudah lupa. Ia bekerja sebagai perawat di unit gawat darurat RSU. Hendrikus Fernandez Larantuka dan berasal dari Adonara Kecamatan Ile Boleng.
(Tobias Ruron)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H